Mirecel

105 16 1
                                    

Sohyun berusaha membuka matanya. Namun silaunya lampu memaksakan kembali memejamkan mata. Suara Mama terus memanggilnya, seolah-olah Sohyun sudah berjalan terlalu jauh lalu di teriakki untuk kembali.

Sohyun merasakan tangannya yang kaku setengah mati, Sohyun mulai merasakan perih di wajahnya, di kakinya bahkan di seluruh tubuhnya, tanpa sadar, Sohyun mengerang dan bergumam.

"Sohyun, apa yang sakit?" Suara Mama yang lembut membelai pendengarannya.

"Eomma!" Rintih Sohyun pelan.

Kelebatan ingatan bermain dalam pikiran Sohyun yang baru memperoleh kesadarannya. Kepalanya terasa begitu sakit ketika ia mencoba mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Rasa nyerih yang menyiksa di kaki dan kepalanya membuat rintih panjang kembali terdengar dari mulutnya.

"Arrgg. . ." Sohyun menangis.

"Sohyun, ohh syukurlah. Sohyun-ku sadar."

Suara mama dan papa bersahut-sahutan menyambutnya, membuatnya sadar bahwa dirinya sendiri saat ini bukanlah di surga, melainkan ia telah mampu kembali ke tubuh fananya, walaupun tubuh ini masih tak dapat di gerakkan, Sohyun sangat bersyukur, bahwa ia tak akan selamanya menjadi arwah yang gentayangan.

                        🍃🍃🍃

Besok adalah hari yang sebenarnya menjadi hari pernikahannya. Tanpa harus diingatan pun, Sohyun jelas mengingatnya dengan sangat, sayangnya saat ini ia sudah tak berminat lagi untuk melanjutkan pernikahan itu.

"Selamat yaa Sohyun, kamu sudah kembali berada di tengah-tengah kami," Nam joo hyuk duduk dihadapannya, dengan rangkaian bunga mawar merah yang sangat besar dalam genggamannya. Sedangkan tangan yang satu lagi berusaha mencari-cari tangan Sohyub untuk di genggamnya.

"Gomawo," sahut Sohyun datar sambil berusaha menepis lagi tangan Nam joo hyuk yang berusaha memegang tangannya.

"Bisakah gaun pengantin Sohyun di bawah ke sini besok pagi? Pasti Sohyun cantik sekali menggunakan gaun itu.

"Ya, Neo jugeoshipheo?  (Kau ingin mati?) Aku tidak mau memakai gaun pengantin itu."

"Bukankah besok itu adalah hari yang kau persiapkan? Sohyun, itu hari bahagia kita."

"Aku tidak mau, tidak dalam kondisi yang seperti ini, dan tidak juga dalam kondisi apapun dari diriku!"

"Sohyun! Jangan begini. Maafkan kesalahanku, karena tidak menemanimu mempersiapkan hari pernikahan kita ini, tapi aku janji, aku akan menjadi suami yang terbaik untukmu."

"Ohh ... Jjinjjayo? Bagaimana dengan Kang so young? Bukankah kau ingin menikahinya juga setelah merebut seluruh harta Ayahku?"

Sohyun tersentak, ia seolah-olah lupa dari mana ia mendapatkan kata-kata yang terucap secara tak sengaja itu, entahlah, dalam komanya kemarin, Sohyun merasa bahwa ia hidul seperti dalam dunia mimpi yang panjang, ada banyak kenyataan yang dilihatnya dalam mimpi itu, walaupun ia tak tahu kebenarannya. Namun alam bawah sadarnya seperti memperingatkan, bahwa apa yang di alaminya selama koma adalah nyata.

"Sohyun, apa maksudmu? Kenapa kau bisa bicara seperti itu? Tanya Mama dan papa hampir berbarengan.

"Sohyun, tega sekali kau berbicara seperti itu pada Oppa-mu? Sahut Nam joo hyuk yang sudah bangkit dari duduknya dan memandang Sohyun dengan tatapan yang sangat tajam.

"Oppa? Sejak kapan aku memanggilmu Oppa? Rasanya tidak pernah," sahut Sohyun sinis.

Tiba-tiba saja, ada satu letupan api di hati Sohyun, ia seperti terdorong untuk mengungkapkan semuanya, ebtah benar atau tidak, ia tak akan pernah tahu hasilnya jika ia tak berbicara sekarang.

"Aku ingin pernikahan ini di batalkan," mohon Sohyun sambil memegang tangan mama dan ayah.

"Waeyo? Sohyun ada apa?" Ayah memandang  Sohyun dengan keheranan, ini pasti bukan Sohyun, yang Ayah tahu, Sohyun sangat mencintai Nam joo hyuk hingga apapun akan dilakukannya untuk membahagiakan Nam joo hyuk.

"Appa, tolong periksa seluruh aset perusahaan terutama aset yang atas namaku, coba lihat laporan penjualan dari sumber yang terpercaya, jangan pernah mempercayai laporan yang di berikan oleh laki-laki ini," sambil berbicara, Sohyun menunjukkan jarinya kepada Nam joo hyuk.

"Eomma, aku tak ingin menikahi laki-laki yang sudah tidur dengan sahabatku sendiri, bahkan yang berjanji akan menikahi sahabatku itu setelah ia berhasil menguasai aset terpenting dari perusahaan Ayah."

"Sohyun, apa maksudmu? Apakah kau bermimpi?" Ayah benar-benar bingung kali ini, Mama memandang Sohyun dalam diam, seperti memikirkan sesuatu.

"Sohyun, tega sekali kau menuduhku, siapa yang kau maksud 'laki-laki' itu? Aku? Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam pikiranku untuk melakukan perbuatan itu, aku mencintaimu Sohyun!" Nam joo hyuk berteriak sambil mengguncang-guncangkan tubuh Sohyun yang duduk bersandar di tumpukan bantal.

"Ya! Jangan mengguncangkan tubuh Sohyun seperti itu," tiba-tiba saja Mama dengan galak mendorong Nam joo hyuk hingga Nam joo hyuk terjengkang.

Lalu tanpa di duga, Mama bercerita panjang lebar, ia sudah mencurigai Nam joo hyuk sejak awal ketika ia tidak sengaja melihat Nam joo hyuk dan Kang so young berciuman di sebuah restoran, lalu mama juga sempat mendapatkan laporan dari salah satu seorang kepercayaannya di perusahaan, bahwa ada orang dalam yang berusaha menjual berbagai aset perusahaan ke pihak lain.

"Jangan kau kira, aku hanya diam saja tanpa berbuat apa-apa, maafkan aku, Pa aku tidak bermaksud memata-matai perusahaan Papa, aku hanya menjaga agar perusahaan yang juga peninggalan kedua orang tuaku dapat kuwariskan kelak pada Putri semata wayangku dalam keadaan yang sangat baik."

"Eomma, jika eomma mengetahui hal ini kenapa tak mengatakan padaku?" Gumam Sohyun tertahan, ada ketidak mengertian, kenapa Mama tidak langsung memberitahukan kecurigaannya itu sedari awal sebelum semuanya terlambat.

"Aku sudah mencoba memberitahumu Sohyun, tapi saat itu kamu tak mendengarkan, Mama tak ingin membuatmu sakit hati, semua rahasia ini, mama tidak sanggup melihatmu menangis hanya karena kecurigaan Mama yang belum tentu terbukti benar."

"Eomma," Sohyun terisak.

"Ahjumma, aku tidak mengerti maksud kalian? Apa yang telah kulakukan? Selama ini aku bekerja sedemikian keras untuk kemajuan perusahaan, tidakkah kalian lihat hasil yang sudah kudapat? Aku mengembangkan perusahaan dengan baik, Sajangnim," Nam joo hyuk mulai histeris.

"Aku mencintaimu Sohyun, aku berjanji akan menjagamu baik-baik," Nam joo hyuk masih mencoba meluluhkan hati Sohyun.

"Besok kita akan menikah Sohyun," lanjutnya lagi.

"Menikah? Untuk membalas dendam? Membalas dendam untuk apa Nam joo hyuk? Ini yang tak aku mengerti, kejahatan apa yang sudah kami lakukan padamu, hingga kamu tega menyakiti kami seperti ini?" Seru Sohyun tak mau kalah.

                         🍃🍃🍃

Ia yang mengakhiri tetapi ia sendiri yang harus merasakan sakitnya, itulah yang di rasakan Sohyun saat ini, ia merasakan sendirian, dalam arti tak ada lagi Nam joo hyuk sebagai tunangannya dan Kang so young sebagai sahabatnya.

Kata orang, sakit karena terkhianati akan lebih menyiksa daripada semua penghianatan yang terjadi di depan mata. Bagi Sohyun itu sama saja, ia merasakan keduanya, bertahun-tahun ini ternyata ia hidup dalam kebohongan, laki-laki itu sungguh pemain sandiwara kawakan yang telah menipu dirinya menggunakan cinta yang nyatanya sama sekali tak di milikinya.

"Aiss.... buat apa di pikirkan lagi!" Gumam Sohyun sambil memukul kepalanya.

"Aku harus segera melupakannya."

Tapi Sohyun tak menyangka, bahwa akan semudah ini ia membuka kedok Nam joo hyuk dan Kang so young, akan semudah ini ia menyelesaikan permasalahan? Entahlah.

Sohyun menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir semua kelebatan pikiran yang mengganggunya, dalan hati kecilnya, tiba-tiba terselip rasa khawatir, masalah ini tidak semudah ini untuk diselesaikan, Sohyun merasa akan ada lebih banyak masalah lagi yang akan menghampirinya.











To be continue. . .

Mianhae slow update Reader😂

Searching for lost loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang