Perawat Kim Ji woon

103 11 1
                                    

Sohyun memegang dadanya, berusaha menjawab sapaan yang selembut sutra itu, tapi mulutnya hanya terbuka dan tertutup tanpa bersuara, seluruh tubuh Sohyun benar-benar mati rasa.

"Hei, apakah kamu baik-baik saja?" Tanya sosok itu lagi sambil mendekatkan wajahnya dan tatapannya langsung menghujan tajam di mata Sohyun.

Sohyun semakin gelagapan, bau harum yang menguar dari tubuh sosok itu semakin membuatnya tak berdaya, mungkin inilah rasanya kalau mati masuk surga, akan ada banyak malaikat setampan ini yang akan menyambutnya ketika ia membuka mata.

"Sohyun-ah, Gwanchanhayo?" Ulang suara itu lagi.

Kali ini Sohyun berusaha mengatasi dirinya yang terlalu berlebihan, jelas saja ia belum mati, orang mati tak akan bisa bertemu Park Yoo Chun yang setampan ini, atau mama dan papa sudah berbaik hati mengundang Park Yoo Chun untuk mengjenguknya dan membuat ia segera berlari saat ini juga?

"Gwanchanha, hanya saja, kukira aku sudah mati sehingga bertemu malaikat,"

Sohyun menutup mulutnya, ia adalah jawaban terbodoh yang terucap dari mulutnya, astaga, betapa memalukannya.

"Malaikat?" Ulang sosok itu bingung sambil menoleh ke kiri dan kanan.

"Bukan! Aku salah bicara," sela Sohyun judes, ia tak ingin mengakui kebodohannya, walaupun nyatanya memang terlihat, seperti inilah dirinya, rasa panas kembalu merambati pipinya, Sohyun yakin setengah mati; wajahnya pastilah serupa kepiting rebus yang baru keluar dari panci.

"Mianhamnida, maaf membangunkanmu sepagi ini, aku Dokter Sungjae, yang akan menemani Sohyun-ah untuk melakukan tratment dan penyembuhan kaki," katanya sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Bukannya membalas ulurab tangan itu, tiba-tiba Sohyun jengkel, kenapa dokter ini baru sekarang menampakkab diri?" Padahal jelas-jelas dokter inilah yang bertanggung jawab untuk kesembuhan kedua kakinya, ia malah menyibukkan dirinya setiap sore dengan duduk di tengah anak-anak itu membacakan cerita.

"Ya! Kenapa baru muncul sekarang? Bukannya kau harusnya sudah muncul sejak kedatanganku ke sini? Sampai kapan aku harus menunggu dan menatapmu bermain di taman itu setiap sore?" Sohyun berteriak keras sekali pada dokter Sungjae yang langsung melongo.

"Mianhae, Nona melihat saya setiap sore?" Ulang dokter Sungjae, ada senyum terkembang di sudut bibirnya, lalu tawa dokter Sungjae pecah seketika.

Dokter Sungjae berjalan ke jendela dan menatap Sohyun

"Mianhae," ucap dokter Sungjae.

"Maaf? Apa gunanya polisi dan hukum jika maaf itu bisa menghapuskannya?" Seru Sohyun gemas.

Tiba-tiba pintu terbuka mendadak, perawat masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa.

"Maaf Dokter Sungjae, saya akan segera menyiapkan Sohyun untuk perawatan hari ini, silahkan menunggu di luar," katanya pada dokter Sungjae sambil membungkukkan tubuhnya.

Begitu dokter Sungjae meninggalkan ruangan itu, Sohyun menatap Perawat dengan sadis, ada kemarahan membara dalam mata Sohyun membuat perawat tak mampu bersuara, bahkan Sohyun menepis tangan perawat yang hendak membantunya turun dari tempat tidur.

"Kenapa tidak bilang bahwa orang itu Dokter Sungjae?"

"Sohyun-ah tidak pernah bertanya pada saya," sahut Perawat masih dalam posisi menundukkan kepala.

"Kamu tidak tahu kalau orang itu Dokter Sungjae?"

"Saya tau, tapi tidak berani lancang."

"Aisshi! Cepat bantu saya mandi dan berganti pakaian," sentak Sohyun akhirnya.

Perawat membalikkan tubuhnya untuk mengambil kursi roda, senyum itu terkembang, ia tahu, cepat atau lambat inilah yang akan terjadi, ia bahagia melihat Nona yang cantik ini menjadi bersemangat.

Entah mengapa, Perawat langsung terpesona waktu pertama kali melihat Sohyun di hadapannya dengan Mama dan perawat itu, wajah yang cantik, namun memiliki sorot mata yang kosong, ada kesedihan yang tak mampu di lukiskan dengan kata-kata, kesedihan yang tergambar di mata indah Sohyun waktu itu seketika membuat dirinya kasihan.

Bahkan di hari-hari pertama Sohyun ada di rumah sakit ini, Sohyun bagai robot yang hanya akan bergerak jika di minta, yang akan membuka mulut ketika hendak di suapi makan, malah kadang-kadang Sohyun sama sekali tidak makan jika tidak ada orang yang memaksanya untuk makan.

Dari dokter Chiu, cerita tentang Sohyun di ketahuinya. Cerita itu malah membuat rasa iba di hati perawat Kim ji won, dulu ia pernah mengalaminya, mungkin sama dengan gadis yang sekarang dilayaninya itu atau jangan-jangan apa yang di alami Sohyun ini jauh lebih parah, entahlah, ia belum tahu cerita lengkapnya

Dulu, dokter Chiu yang datang menolongnya, menyelamatkannya dari Kekosongan dan kegilaan yang saat itu menimpa dirinya, kini , tanoa di minta dokter Chiu pun, ia ingin melakukan hal yang sama untuk gadis di hadapannya saat ini, gadis yang nasibnya nyaris mirip dengan dirinya.

Sementara itu, Sohyun yang sedang di hantu membilas diri, sibuk dengan pikirannya, ternyata tuhan itu sungguh sayang padanya, walaupun hingga hariniji kedua kakinya belum mampu untuk di gerakkan, namun tuhan telah berbaik hati mengirimkan malaikat untuk merawatnya.

Tidak hanya tampan, Dokter Sungjae itu seperti juga laki-laki yang memiliki hati selembut sutra, benarkah? Sohyun tak taju jawabannya, tapi ia yakin, hatinya jarang salah ketika menilai orang, diabaikannya begitu saja, beberapa kali sebenarnya ia sempat curiga dengan kelakuan Nam joo hyuk yang seolah-olah tidak peduli pada dirinya, awalnya ia mengira karena Nam joo hyuk adalah seorang yang gila kerja.

Ia pernah membandingkan Nam joo hyuk dengan Papanya yang juga gila kerja, tapi Papa tidak pernah mengabaikan Mama seperti Nam joo hyuk sering mengabaikannya, papa malah seorang laki-laki yang sangat perhatian dan suka memberikan kejutan pada Mama dan juga pada Sohyun, Nam joo hyuk? Sangat jauh berbeda, sayangnya saat itu ia masih tergila-gila pada Nam joo hyuk, cintanya yang buta membuatnya tidak mampu melihat apapun yang aneh dari diri Nam joo hyuk.

Kali ini berbeda, Sohyun sangat yakin, Dokter Sungjae adalah benar-benar malaikat yang tuhan kirim untuk membantu kesembuhannya, betapa sempurnanya hidupnya saat ini.

"Aku bahagia," gumam ditengah guyuran air dari shower di atasnya.

"Apa?"

"Tidak ada apa-apa, Jiwoon, lakukan saja tugasmu," sahut Sohyun.

🍃🍃🍃

Hari ini hari kesekian yang akan di laluinya bersama Dokter Sungjae, setelag berbagai treatment yang berfungsi untuk memasukkan obat-obatan ke kakinya, hari ini Sohyun akan mulai latihan berjalannya, seperti anak yang baru pertama kali berjalan, begitulah yang dilakukan Sohyun saat ini.

Ruangan latihan itu terbuat dari kaca tembus pandang, sambil berjalan di antara dua palang yang membuat Sohyun untuk berdiri tegak, Sohyun dapat melihat Orang-orang yang berlalu lalang lewat di depan ruangan latihan ini.

Langkah pertama betapa sulitnya, Sohyun merasakan sakit yang luar biasa di pinggulnya ketika ia mencoba menggerakkan salah satu kakinya

"Tidak perlu di paksa, lakukan dengan perlahan, jika terasa sangat sakit, tolong hentikan," suara Dokter Sungjae memecah keheningan yang menegangkan.










Next . . .

Searching for lost loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang