Soledad

215 18 4
                                    

Saat-saat seperti adalah saat yang sangat menegangkan bagi Sohyun, betapa ingin dirinya segera mampu, menggerakkan kedua kakinya ini, betapa ingin ia dapat berjalan lagi, agar ia akan secepatnya bisa berjalan bersisian dengan doktet Sungjae berkeliling rumah sakit ini, bahkan jika perlu, ia ingin mengelilingi daerah yang ada di korea selatan ini bersama Dokter Sungjae.

Pikiran itu membuat semburat merah kembali menghiasi pipinya, semburat yang terpampang jelas di kaca yang ada di sampingnya, dan itu merusak seluruh konsentrasinya untuk menciptakan keseimbangan tubuhnya, Sohyun terjatuh, rasa sakit di bagian punggungnya menyerangnya secara tiba-tiba.

"Aarrrggg..." Sohyun mengerang sambil memegangi punggungya itu.

"Sohyun-ah? Gwanchanhayo?" Dokter Sungjae langsung jongkok di dekatnya, memegangi punggungnya yang sakit, menekannya perlahan, namun tekanan itu ternyata sangat menyakitkan, Sohyun berteriak keras sekali, rasa sakit itu membuat ngilu seluruh tubuhnya.

"Mianhamnida," hanya kata itu yang keluar dari mulut Dokter Sungjae.

Yang terjadi selanjutnya, Dokter Sungjae menggendong dirinya membuat tubuh Sohyun langsung mengejang dalam pelukan tangannya yang kokoh itu, bahkan dadanya yang bidang terasa menyentuh wajahpun secara tak sengaja, bau wangi yang tercium dari tubuh Dokter Sungjae membius Sohyun, debar jangtungnya seperti habis lari maraton 10Km.

"Asalkan terus dapat berada dalam pelukan ini, matipun aku rela," pikiran Sohyun melanglang buana.

Ketika keluar dari ruang latihan itu, tanpa sengaja Sohyun melihat laki-laki itu, entah di mana Sohyun pernah bertemu dengannya, tapi wajahnya sangat familiar sekali bagi Sohyun, seperti telah bertemu berkali-kali, bahkan Sohyun mampu merasakan tatapan yang sama telah berulang kali terjadi tapi dimana?

Sohyun menatap lekat-lekat wajah lelaki itu, mencoba mengingat di mana ia pernah melihat atau bertemu laki-laki itu, sayang, langkah Dokter Sungjae yang menggendong tubuhnya, membawanya semakin jauh meninggalkan laki-laki yang berdiri mematung sambil menatapnya itu.

Serangkaian perawatan harus kembali di lakukannya agar membuat seluruh syaraf di kakinya bekerja kembali, Nyeri jarum-jarum akupuntur kembali menyiksa setiap pori-pori yang ada di kulit kakinya, kali ini bukan perawat seperti biasanya yang melakukannya akupuntur itu, melainkan Dokter Sungjae sendiri.

"Sakit?" Itulah kata yang terucap dari bibir dokter Sungjae setiap kali ia menancapkan jarum-jarum kecil itu ke kakinya.

"Anieyo," inilah jawaban yang di ucapkan Sohyun berkali-kali pula.

Hingga ketika pertanyaan itu terucap kembali, Sohyun langsung berteriak tak senang.

"Ya! Jangan mengulang-ulang pertanyaan yang sama setiap kali menancapkan jarum itu di kakiku, jika kubilang tidak, yaa berarti memang tidak! Apakah jika ada seribu jarum yang harus ditancapkan di kakiku, maka kau akan seribu kali pula menanyakan hal yang sama? Betapa membosankan."

"Aku tidak mau kau kesakitan, Sohyun?" Sahutnya dengan suara yang penuh kesabaran, laki-laki berwajah malaikat ini sepertinya tidak memiliki emosi sama sekali, sangat berbeda dengan Sohyun yang selalu mudah meledak ketika hatinya kesal.

Sohyun terdiam, ia memandang laki-laki yang sedang menundukkab kepalanya dan dengan telaten menancapkan jarum-jarum akupuntur itu di kedua kakinya, ada saat-saat tertentu di mana Sohyun terpaksa menjerit keras karena rasa sakit yang menyerang kakinya ketika salah satu jarum tersebut menusuk bagian syaraf yang bermasalah, namun di saat berikutnya Sohyun akan kembali tenang seperti tak terjadi apa-apa.

Setiap Sohyun berteriak kesakitan, wajah malaikat itu langsung pucat pasi, rasa khawatir yang berlebihan tergambar jelas di wajahnya, spertinya, wajah itu bagai akuarium yang langsung menampakkan isi yang ada di dalam hatinya.

"Babo! Pikiranmu terlalu jauh Sohyun," Gumam Sohyun tanpa sadar.

"Mwo?"

Sohyun menolehkan kepalanya menatap Dokter Sungjae.

"Memangnya aku mengajakmu berbicara Dokter?" Sentak Sohyun balik bertanya.

Dokter Sungjae hanya tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaannya itu, sementara itu, Sohyun sibuk mengamati detail wajah Dokter Sungjae, hidungnya mancung sekali, sangat pas dengan alisnya yang tebal, sorot matanya tanpa tajam namun hangat, bibir tipisnya itu dengan mudah tersenyum, senyum yang pastilah memabukkan para perawat perrmpuan yang ada di rumah sakit ini.

Sohyun menggetok kepalanya, pikirannya semakin kacau saja rasanya setiap kali berdekatan dengan Dokter Sungjae, seperti orang yang sedang jatuh cinta, jatuh cinta?

Sohyun terkagum, secepat itukah ia bisa merasakan kembali rasanya jatuh cinta ? Sohyun lupa bagaimana rasanya jatuh cinta, apakah sama dengan rasa ingin memiliki yang dulu begitu menggodanya ketika pertama kali bertemu dengan Nam joo hyuk.

Masih tiga puluh menit lagi baru perawatan ini berakhir, Dokter Sungjae sudah duduk di kursi yang tidak seberapa jauh dari tempat Sohyun duduk, kakinya ditumpukkab pada tumbuhan kursi sehingga membuat kaki itu lurus dan kaku, Sohyun mencoba menggerakkannya.

"Jangan di gerakkan dulu, Sohyun, tenanglah sedikit," Suara Dokter sungjae mengagetkannya. Hais.... bisa-bisanya ia melihat Sohyun mencoba menggerakkan kakinya sementara ada buku di hadapan matanya.

Sohyun mengedarkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka, ia terpana, lagi-lagi laki-laki itu mengawasinya, berdiri mematung tak seberapa jauh dari pintu yang terbuka, Sohyun menatapnya, Bahkan mendelikkan matanya sewot, kenapa laki-laki itu terus menatapnya? Tatapan yang tajam dengan instensitas yang nyaris tanpa kedip.

Tinggi laki-laki itu hampir sama dengan Dokter Sungjae, usia mereka mungkin tak jauh berbeda, sekitar dua puluh lima tahun atau seusia Nam joo hyuk yang tahun ini berusia 27 tahun, tubuhnya lebih berisi, itu terlebih dari pakaiannya yang melekat di tubuhnya, wajahnya tampan tanpa senyum, wajah angkuh yang biasanya di perlihatkan para laki-laki kaya, sangat jauh berbeda dengan Dokter sungjae yang ramah, walaupun sama-sama tampan, jelas kedau orang itu jauh berbeda, ada luka yang tersamarkan pada tatapan mata itu, tapi kenapa? Kenapa melihatnya dengan tatapan luka seperti itu?

Sohyun sibuk dengan pikirannya, tanpa sadar ia memabandingkan laki-laki itu dengan Dokter Sungjae yang masih duduk di sampingnya sambil membaca buku, laki-laki itu berpaling kepada perawat yang menegurnya, mungkin sudah terlalu lama ia berdiri di situ hingga mengundang perhatian perawat yang terus lalu lalang di tempat itu, laki-laki itu mengangguk tanpa sepatah kata pun pada perawat yang tadi menegurnya, menolehkan kepalanya sekali lagi ke arah Sohyun, lalu langsung membalikkan tubuhnya dan pergi dari tempat di mana tadi ia berdiri.

Dering alarm berbunyi, perawat ini akhirnya selesai juga, Dokter Sungjae menghampirinya, lalu mencabut satu persatu jarum-jarum itu sari kakinya.

"Mau jalan-jalan, Sohyun?"

"Kemana?"

"Kemana saja yang kamu inginkan?" Dokter Sungjae lagi-lagi menggendongnya untuk memindahkan Sohyun dari kursi perawatan ke kursi rodanya.

"Ke taman belakang?" Tanya Sohyun ragu-ragu, sudah lama ia tak melihat Dokter Sungjae berkumpul di taman belakang rumah sakit itu.

Dokteru Sungjae mendorong kursi rodanya perlahan menuju taman belakang, Sohyun menikmati pemandangan dalam diam, ia sibuk meredakan debaran dengan Dokter Sungjae.










Next ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Searching for lost loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang