Angel's Eyes.

109 16 3
                                    

Beberapa kali dokter Chiu bertanya apakah sakit ketika di pukul dan di pijat? Dan beberapa kali pula Sohyun menggeleng, itulah kenyataannya, ia tidak merasakan apapun di kedua kakinya, sepertinya seluruh syaraf jaringan otot yang ada di kaki itu sudah tidak bisa berfungsi lagi. Sohyun mengeluh dalam hati.

"Nanti doket Sungjae yang akan langsung menangani Kim So hyun," kata Dokter Chiu sambil menoleh kepada Mama.

"Dokter Sungjae? Wah sungguh beruntung Sohyun bisa di tangani oleh dokter Sungjae, sudah lama sekalu rasanya tidak bertemu dengan dokter Sungjae," sahut Mama girang.

Sohyun mendelikkan matanya, siapa lagi itu dokter Sungjae? Kenapa bukan Dokter Chiu saja yang menangani dirinya? Ia sudah menyukai keramahan Dokter Chiu ini, walaupun tadi sempat tak rela mamanya di peluk.

"Eomma, siapa Dokter Sungjae?

"Dokter Sungjae itu..."

Kata-kata Mama langsung terhenti begitu Dokter Chiu memotobg pembicaraannya.

"Dokter Sungjae adalah dokter praktek di sini, tapi ia pasti akan bisa membantu membuat kaki indah ini untuk kembali berjalan," sahut dokter Chiu sambil tersenyum.

Mama juga ikut tersenyum, senyum yang meninggalkan rasa penasaran di hati Sohyun, sehebat itukah Dokter Sungjae yang hanya seorang dokter praktek? Sohyun jadi tak sabar untuk segera bertemu dengan dokter Sungjae itu.

🍃🍃🍃

Hari-hari Sohyun berjalan begitu lambat sejak kepulangan Mama dan perawat itu, Sohyun sekarang sendirian, serangkaian tes dan pemeriksaan harus di laluinya sebelum pengobatan yang sebenarnya di tentukan.
Para perawat bergantian mengurus segala keperluannya, tidak ada satupun yang membuatnya kekurangan di kamar rumah sakit yang seperti istana ini, berbagai fasilitas tersedia, makanan kualitas hotel bintang lima tersaji sebagai hidangannya sehari-hari.

Dokter Chiu tak pernah muncul lagi, pertemuan pertama dan dua pertemuan berikutnya yang di lakukan oleh Dokter Chiu ke kamarnya itu hanya untuk berbincang dengan mama, memang saat itu Dokter Chiu memeriksa catatan medisnya dan memberinya saran-saran kepada para perawatnya, setelah Mama pulang, tak sekalipun Dokter Chiu berkunjung lagi kekamarnya.
Dokter Sungjae?
Hingga hari ini, Dokter Sungjae itu tak pernah menampakkan batang hidungnya, jangankan untuk membatu penyembuhan kakinya, kunjungan perkenalan pun tak di lakukannya.

"Aisshi!" Sohyun mengumpat dalam hati.

Ia mulai bosan dengan rutinitas yang di laluinya, meninggalkan kamar hanya untuk melakukab rangkaian-rangkaian pemeriksaan yang itu-itu saja, berkali-kali kakinya di rontgen, tes darah, dan masih banyak lagi tes lain yang di lakukannya.

Sohyun tak terlalu suka berbicara dan bercanda dengan orang-orang lain yang tidak begitu di kenalnya, karena itulah ia tak terlalu banyak berbicara pada para perawat yang selalu berganti mengurusi keperluannya, Sohyun memang tipe perempuan introvert yang sangat tertutup, biasanya, dalam kondisinya seperti ini, ia masih di kelilingi keluarga yang merupakan orang-orang yang dekat dengannya, merekalah yang sering kali mengajaknya berbicara dan bercanda.

Sohyun menekan tombol panggil, tidak berapa lama kemudian, seorang perwat datang.

"Bisa tolong saya untuk duduk di kursi roda?" Pinta Sohyun pada perawat itu.

"Ne! Mari saya bantu, mau berjalan-jalan ya Chingu?" Tanya perawat itu ramah sambil kembali menekan tombol yang tadi di tekan Sohyun.

"Panggil aku, Sohyun, aku tak suka di panggil Chingu," perintah Sohyun oada perawat itu.

"Ne! Mianhamnida," jawab perawat itu sambil membungkukkan kepalanya.

Satu lagi perawat masuk ke dalam ruangannya.

"Mari tolong saya untuk memindahkan Sohyun-ah ke kursi soda," katanya pada perawat yang baru datang itu, Sohyun langsung mendelikkan matanya ke arah perawat itu yang masih memanggilnya dengan sebutan Nona.

"Sudah nyaman?" Tanya perawat itu setelah Sohyun duduk di atas kursi rodanya.

"Ne, kamsahamnida."

Perawat itu merapikan rambut Sohyun setelah Sohyun duduk dengan baik di kursi roda, ia juga mengoleskan bedak dan merapikan pakaian Sohyun.

"Sohyun-ah harus cantik saat jalan-jalan," katanya kembali menyisir rambut Sohyun.

"Mwo? Siapa yang mengharuskannya?" Tanya Sohyun.

"Anyeo, tidak ada yang mengharuskannya, saya merasa bahwa saya suka melihatnya," sahut perwat itu sambil tertawa menggoda.

"Aissgi, kamu ada-ada saja," kata Sohyun galaj, lalu mau tak mau ia harus ikut tersenyum.

Sohyun mengulurkan tangannya untuk mulai mengayun roda pada kursi rodanya, baru beberapa langkah ua meninggalkan tempat tidurnya, kedua lengannya sudah terasa pegal dan berat, ternyata menjalankan kursi roda dengan kedua tangan seperti ini susah juga.

Mendadak Sohyun menjadi sangat kesal karena sempat marah-marah ketika Papanya membelikannya kursi roda otomatis yang bisa berjalab hanya dengan mengendalikan tuas.

"Babonya!" Seru Sohyun sambil kembali mengacak-acak rambutnya.

"Sohyun-ah, ada apa? Kenapa marah-marah?" Tanya perawat yang sudah berada di sampingnya.

"Ani, aku tidak marah, hanya sedikit kesal," sahut Sohyun sambil cemberut, bagaimana bisa ia jalan-jalan kalau menjalankan kursi roda dengan kedua tangannya saja ia tak sanggup, Niat hati tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya malah membuatnya sendiri merasa kesusahan.

"Mari, saya temani saja," perawat itu menawarkan diri.

"Jangan! Tidak perlu, mendadak saya tidak ingin jalan-jalan," sahut Sohyun gambek, ia mencoba memutar kembali kursi rodanya menuju ke arah tempat tidurnya, tapi tangan Perawat menahannya.

"Sohyun-ah jangan merasa sungkan, Kachi ka, itu akan membuatmu mengalihkan kebosanan."

Tanpa menunggu jawaban dari Sohyun , perawat sudah memutar kembali kursi roda Sohyun dan mendorongkan meninggalkan kamar itu, Sohyun mengelah nafas panjang, ia tidak suka merepotkan orang sebenarnya, ia juga tidak terlalu suka banyak berbasa-basi seperti ini, tapi terkurung di kamar mewah seperti itu lebih lama lagi pasti akan membuatnya gila, dalam hati, ia juga legah bertemu dengan perawat sebaiknya, paling tidak perawat itu sudah berbaik hati menemaninya tanpa Sohyun perlu mintanya.

Taman itu sangat indah, terawat dengan sempurna, walaupun hawa dingin korea menyergap hampir seluruh tulang-tulang di dalam tubuhnya, Sohyun tak ingin beranjak dari taman ini.

"Chubda?" Perawat merapikan selimut yang menutupi kaki Sohyun.

"Anieyo, taman ini sangat indah, rasanya enggan untuk beranjak dari sini," sahut Sohyun dengan tersenyum, tatapannya mengelilingi seluruh area taman.

"Udara semakin dingin Sohyun-ah, kita harus segera masuk, dingin seperti ini akan sangat tak baik bagi kakimu."

"Sebentar lagi," sahut Sohyun, ia masih begitu terpesona dengan taman ini, lalu lalang orang-orang yang melintas di taman ini membuat hatinya hangat, inilah seharusnya kehidupan yang sebenarnya, bahkan ada banyak orang di sekitar itu menandakan bahwa kita hidup, nyatanya beberapa hari ini Sohyun merasa bagai terasing dari dunia sebenarnya.

"Aku ingin di sini lebih lama," gumam Sohyun tiba-tiba.

"Besok kita akan kembali lagi ke taman ini Sohyun-ah, tapi sekarang waktunya kita kembali ke kamar, dingin ini akan membuat kakimu semakin kaku, sangat membahayakan bagi kesembuhan kedua kakimu itu," kali ini perawat tak bisa di bantah, ia pasti lebih tahu apa yang terbaik bagi Sohyun.

Perawat itu mulai mendorong kursi roda itu menuju pintu masuk yang berada di bagian belakang gedung, ketika melewati sebuah belokan yang di penuhi tanaman semak berbunga yang sangat indah di mata, Sohyun tiba-tiba terpaku, ia tak bisa melepaskan tatapannya sama sekali.












Next . . .

Searching for lost loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang