Park Yoo Chun

109 12 0
                                    

Di sebuah taman bermain yang tidak jauh dari tempatnya berada, ada sesosok manusia yang begitu memikat dirinya, sosok itu sedang berbicara dengan anak-anak yang mengeliliginya atau mungkin sedang membacakan sebuah cerita, karena di pangkuan itu terdapat sebuah buku yang terbuka, anak-anak yang duduk mengelilinginya itu seperti mendengarkan dengan seksama, sesekali mereka tertawa bersama, sesekali berteriak, lalu kembali menyimak.

"Bisakah kita berhenti sebentar?" Pinta Sohyun pada Perawat yang masih mendorong kursi roda dengan perlahan.

"Tapi Sohyun-ah..."

"Sebentar saja, aku janji," potong Sohyun, ia menahan roda kursi itu sekuat tenaga dengan kedua tangannya, mata Sohyun tertuju pada satu titik yang membuat Perawat ikut mengarahkan pandangannya untuk mencari tahu apa yang membuat Sohyun ingin berhenti di sini.

Kadang kala sosok itu tertawa, tawa yang sayup-sayup terbawa ketelinga Sohyun, kadang ia berwajah sedih, dan di detik berikutnya ia memasang wajah menyeramkan, tapi apapun raut wajah yang di tampilkan sosok itu, Sohyun tetap melihatnya sebagai rupa malaikat, ah, sepertinya berlebihan jika menggambarkan sosok itu mirip dengan malaikat, mungkin ia lebih mirip dengan bintang film pujaannya, Park Yoochun, seperti itulah tampan laki-laki itu, matanya yang tajam membuat denting piano di hatinya mengalunkan lagu yang sangat indah.

"Siapa dia?" Tanya Sohyun akhirnya, ia tak mampu lagi menahan rasa penasaran untuk mengetahui orang itu

"Nugu?" Tanya perawat pura-pura tak tahu sambil tersenyum.

"Itu..." Sohyun seperti tersadar, ia menghentikan ayunan tangannya di udara, rasa panas merambai pipinya, tangan itu tak jadi menunjuk ke arah sosok yang begitu mempesonanya

"Kita kembali kekamar," perintah pada Perawat yang langsung mendorong kursi roda itu memasuki pintu belakang gedung rumah sakit itu, ada senyum misterius yang mengembang di bibir Perawat, senyum yang tak dapat di lihat oleh Sohyun.

Sepersekian detik sebelum kursi rodanya memasuki pintu itu, Sohyun kembali menolehkan wajahnya ke arah di mana sosok itu kini berdiri, tubuhnya yang tinggi, rambutnya yang tersibak tiupan angin dingin, matanya yang tajam namun memberikan teduhan yang nyaman, nyaris saja Sohyun tak mampu melepaskan dirinya dari pesona sosok itu.

"Aku masih ingin duduk fi sini," katanya bersikeras ketika perawat memintanya untuk kembali beristirahat.

"Sohyun-ah harus beristirahat, besok kita akan mulai melakukan Treatment untuk kaki Nona," sahut perawat.

"Aku tidak mau, nanti akan ku panggil jika aku ingin kembali ke tempat tidur."

"Baiklah, Sohyun-ah."

Perawat mengalah, setelah membunngkuk dirinya, ia langsung meninggalkan Sohyun dan keluar dari ruangan itu, pintu tertutup dan Sohyun langsung menjalankan kursi rodanya menuju jendela, disibakkannya korden yang menutupi jendela besar itu dengan tak sabar, setiap sisi jendela di telusurinya, sayang, taman tak terlihat dari kamarnya ini.

"Aisshi! Kenapa tidak kelihatan dari sini?" Teriak Sohyun kesal. Tanpa sadar Sohyun menghentakkan kakinya, walau pelan, tapi gerakan itu membuat Sohyun terkejut, ia memandang kedua kaki itu, memcoba sekali lagi untuk menggerakkan kaki itu, namun kaki itu tak mau bergeser sesentipun dari tempatnya berada.

Sohyun menarik nafas panjang, sepertinya masih panjang perjuangannya hanya untuk membuat kedua kaki ini dapat bergerak kembali.

Sohyun menjalankan kursi rodanya kembali menuju meja yang berada di samping tempat tidurnya, mengambil telepon genggam yang tergeletak di meja itu.

"Eomma, aku ingin pindah kamar, aku bosan dengan kamar ini," serunya langsung tanpa mengucapkan salam, ada rasa tak sabar yang memenuhi hatinya, ia ingin melihat sosok itu lagi.

Searching for lost loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang