Buih yang terombang-ambing di lautan yang luas terbentang di hadapan mata. Apakah ada manusia yang ingin hidupnya seperti itu? Tidak untukku. Tetapi, ada suatu titik dimana kita sebagai manusia tidak bisa melakukan apapun atau tidak mendapatkan pilihan atas apa yang akan kita lakukan. Menjadikan seseorang dengan tekad dan keinginan untuk melawan derasnya arus kehidupan berubah menjadi buih yang mengalir mengikuti aliran sungai yang bermuara di luasnya samudera.
Hanya luasnya langit yang tak terhingga dan sepinya aliran sungai menjadi teman perjalanan dikala pasrah.
Apa yang aku miliki lagi saat ini? Kepasrahan? Keputusasaan? Lebih dari semua itu, aku kesepian.
Dulu, seorang cinta pertamaku pernah berkata bahwa ada hal yang lebih menakutkan dari ditinggal oleh cinta sejati, yakni rasa kesepian.
Ia berkata padaku, bahwa rasa sepi bisa membunuh manusia perlahan. Tanpa ia rasa, sadari, manusia akan tenggelam dalam rasa sepi, menghilangkan semua rasa yang dimilikinya dan menggantinya dengan kehampaan.
Drowning... drowning... drowning...
Hari demi hari kulalui. Tanpa luka, tanpa sakit, tanpa dendam dalam dada. Tetapi, sedikitpun aku tak menyadari, jika aku ini sedang sekarat. Rasaku mulai habis, bahkan tak lagi tersisa. Membeku, ditelan dinginnya lautan.
"Jadi, kau akan tinggal di kota sendirian?" tanya seorang pria.
Dan hanya anggukan dari kepala yang kujadikan jawaban. Pria bertubuh dempal dengan kulit kecokelatan itu masih saja menatapku dalam. Dan aku tak sanggup membalas tatapannya, ia terlalu terlihat seperti orang yang kukenal.
'Bodoh, apa yang sedang kau pikirkan?'
Aku bergeliat dengan pikiranku sendiri. Akhirnya, aku mengangkat pandanganku.
Kutunjukkan wajahku dengan senyum mengembang padanya. Mataku harus berbinar memancarkan keceriaan. Seolah-olah, aku sedang baik-baik saja.
"Ran..."
Tapi, apakah orang akan tahu jika semuanya hanya topengku untuk menutup luka yang bahkan tak bisa kusembuhkan? Aku, begitu hancur!
"Paman sayang Ran." ia mendekapku erat, aku ingat rasa ini.
"Jangan ragu mencari Paman, saat Ran butuh."
Aku, ingin kembali ke masa itu, masa seperti saat aku merasakan pelukan seperti ini.
'Bisakah? Bisakah aku melakukannya?'
Ditinggal 3 orang paling berharga dalam hidupmu, tidakkah kau merasa gila seketika?
Ini semua seperti kutukan, apakah di kehidupan sebelumnya aku ini adalah penyihir jahat? Dan, apakah ini karma untukku yang dulu berbuat jahat?
Aku punya keluarga sempurna. Ayahku orang tersohor, berkedudukan dan disegani. Ibuku mirip seperti mawar, cantik, merekah, lambang keindahan wanita sejati. Dan kakakku, adalah simbol keagungan sebuah kerajaan yang bangga punya seorang pangeran. Yah, begitulah, akupun hidup bahagia seperti putri di cerita dongeng.
Lalu, apa yang salah?
Tidak ada.
Takdir yang berkata, manusia yang menjalani.
KAMU SEDANG MEMBACA
A WEEK WHEN I SEE THEM
Short StorySeorang mahaguru asal Yunani pernah bertanya, 'apakah yang paling dicari oleh manusia?'. Lalu, seorang murid menjawab, 'Kesenangan, manusia akan selalu mencari kesenangan, batiniah ataupun lahiriah'. Apakah benar adanya? Karena, Tuhan memberikan ka...