"CEPETAN BEL!!" Teriak Brian dari bawah. "Udah telat nih gue."
"Sabar dong kak!"
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas. Dan Bella masih berada didalam kamarnya. Rupanya tadi Ia keasikan bercerita dengan Mario.
Bella keluar dari kamarnya, dengan rambut yang belum disisir rapi dan tali sepatunya yang belum diikat.
Brian tertawa saat melihat penampilan Bella. "Lho dek, baru bangun ya?" Ledeknya.
Bella hanya memutar bola matanya malas. "Katanya udah telat. Kenapa masih diem aja disini? Ayo kak!" Tanpa menunggu jawaban Brian, Bella langsung beranjak menuju mobil.
Dengan cepat, Brian berlari menyusul adiknya itu. "Ngga pamitan dulu sama mama?" Tanyanya saat sudah berada di samping Bella.
"Ga usah. Lagian mama juga tau kalo kita udah telat."
"Yasudah." Brian memasuki mobilnya lalu diikuti oleh Bella yang masuk lewat pintu sebelahnya.
Brian menyalakan mesin mobil, lalu menjalankan mobil itu dengan kecepatan sedang. Sesekali, Brian memperhatikan adiknya yang lagi sibuk menyisir rambut.
"Kok ga barengan sama Mario?" Brian membuka suara.
"Ian ga pergi." Ucap Bella yang masih sibuk menata rambutnya. "Lagi males ke sekolah katanya."
"Buset cuma karena males ga mau datang sekolah." Ucap Brian. "Terus siapa yang bakalan jagain lo, dek?"
"Tenang aja bang. Masih ada temen-temen gue kok." Ucap Bella menenangkan. Brian hanya mengangguk.
* * *
Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya Bella sampai di sekolahnya. Bella melirik jam tangannya. Matanya melebar.
'Mati gue!' Batinnya. Ia sudah terlambat 30 menit.
Tanpa berpamitan pada kakaknya, Bella langsung berlari memasuki sekolah.
Rasa takut dan gelisah sudah menguasai tubuhnya.
Saat memasuki lapangan, mata Bella menyapu sekeliling. Ia tidak menemukan Pak Anwar. Si satpam yang galaknya minta ampun.
'Kabur ga ya? Kabur ga? Tapi jangan, dosa! Tapi dari pada dapet hukuman gila, kabur aja deh.' Batinnya berperang. Akhirnya ia memilih pilihan yang menurutnya akan membuatnya berdosa. Tapi itu tidak penting sekarang.
Baru saja Bella memasuki koridor sekolah...
"AAAAA!"
Bruk!
Bella terjatuh di lantai. Rasa sakit terasa diseluruh kakinya. Bella melihat kakinya dengan mata yang berkaca-kaca. Ini memang sungguh sakit. Ia tak mampu lagi berdiri.
Koridor mulai ramai. Banyak siswa dan siswi yang keluar dari kelas hanya untuk melihatnya. Tentu saja ini membuatnya malu.
"BELLA!!" Teriak Rachel dan Sandra yang sedang berlari menghampiri Bella. "Lo kenapa? Kok bisa jatuh?" Tanya Sandra panik.
"Ka..kaki gue, s..sakit." Gumam Bella dengan nada yang terdengar seperti menahan kesakitan.
"Ya ampun, Bel. Sini kita ban...""Minggir." Baru saja Rachel akan membantu Bella. Stevan datang dan langsung menyingkirkan Rachel dan Sandra dari hadapan Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Bella
Teen FictionKisah tentang Bella, seorang gadis yang dipertemukan kembali dengan sahabat lamanya yang juga menjadi cinta pertamanya, Mario Damian Okford. "Akankah suatu hari nanti kau bisa mencintaiku?" -Bella Brianna Wilson- Copyright © 2016 by auriliashania