DEWATA
Dewa mengernyit. Dia harusnya berdua aja sama Ren hari ini, jalan-jalan, tapi Wanda tiba-tiba bilang pengen hangout bareng mereka dan Ren―jadi betapa polosnya dia yang gak bisa nangkep kalo Dewa lagi pengen nge-date―malah ngeiyain permintaan si rambut cokelat.
Jadilah mereka disini sekarang, duduk di depan kios es krim dalam area foodcourt Ancol Dreamland yang padat peminat.
"Sori," Wanda bergumam, meringis pas liat muka Dewa yang asem banget. "Gue lagi pengen kabur dari Dira sama adek gue."
"Eh? Jadi harusnya lu sama mereka hari ini?" Ren menoleh dengan mulut belepotan karena es krim yang dia makan. "Kok gitu?"
"Habiiis, mereka kan lagi nge-date. Nggak bisa dong gue gangguin," sungut Wanda.
"Eh kutu, lo sadar enggak sih gue sama Rena juga lagi nge-date?" Dewa menjitak kepala Wanda dengan kesal. "Dan lagi, apa-apaan lo bilang Andira nge-date sama Dinda? Dia sukanya elo, bangsat."
"Masa?" Wanda menatap Dewa ragu. "Tapi tadi gue confirm ke Dira sama Dinda, mereka bilang iya kok."
Giliran Dewa mendengus. Apa-apaan lagi sih yang sepupunya rencanain kali ini? Suka ya suka aja, langsung tembak apa sulitnya. Kalo udah gini kan jadi dia sama Ren yang kena getah. Kavin juga, bilangnya mau ngurus Bram tapi kemarin cowok itu udah ngancam-ngancam Ren segala. Dasar anggota keluarga gak berguna, pada gak becus semua.
"Yaudah, kali aja Wanda cuma salah paham, Tama," Ren masih fokus sama es krim dia. "Lu nggak perlu khawatir Wan. Main aja dulu sama kita sekarang!"
"Oke!" Wanda langsung sumringah dan dua cowok itu lari-lari ke depan buat nyari wahana selanjutnya yang bakal mereka mainin.
Dewa nutup muka. Mungkin ini akibatnya jatuh cinta sama cowok yang level mentalnya masih kayak umur lima.
"Tamaaa c'mooon!" terdengar seruan Ren dari kejauhan, dan Dewa balas melambai sebagai tanda dia bakal segera nyusul.
Baru dua langkah maju, terdengar panggilan lain.
"Dewa? Kok lo disini?"
Cowok itu menoleh. Dia melihat Dian, Susi dan Susan. Tiga cewek itu saling bergandengan tangan dan dua rada hiper di depannya.
"Dewa lagi maen juga?" tanya Susi, mengedipkan mata.
"Enggak, gue mau benerin pipa kolam yang bocor," jawab Dewa datar, menunjuk ke wahana air di belakang punggung teman-teman sekelasnya.
"Ah Dewaaa lo lucu banget siih!" kali ini Susan yang komentar, tertawa, diiringi Susi.
"Gue serius."
Hening.
"O-oh." Susan tampak kikuk. "Gue baru tahu lo kerja sampingan di sini... ehm, gimana keadaan pipanya? Udah baikan?"
Dewa menarik nafas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan. Beberapa orang benar-benar perlu belajar sarkasme. Dia memilih mengabaikan tiga gadis itu, langsung mencari sosok berambut pirang dan cokelat di antara lautan manusia nun jauh di sana. Ah, mereka lagi di antrian... tunggu. Komidi putar??
"D-Dewa, tunggu! Gimana kalau kita sama-sama aja?" terdengar suara Susan yang timbul-tenggelam dari belakang punggungnya, tapi Dewa masa bodoh. Dia melangkah lebar-lebar ke arah wahana yang dijajah mayoritas oleh anak kecil itu, dan ketika sampai, bisa dia lihat Ren sama Wanda sudah asyik bermain.
Dewa memilih untuk memperhatikan saja dari luar pagar pembatas. Dia menumpukan dagu pada telapak kanan, matanya tak berkedip mengawasi ekspresi bahagia Ren di atas seekor kuda poni warna ungu muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Give Two Fucks [in ed.]
Romance[sekuel i dont give a fuck.] lanjutan kisah Renaro, mantan playboy sekolah yang jatuh ke tangan Dewata, si Ice Prince yang katanya sih dulu aseksual, disaat hubungan mereka kecium anak satu sekolah. Juga tentang Wandaru, temen Ren sekaligus tetangga...