- 2 -

48 6 0
                                    

Bel tanda istirahat berbunyi. Yang seharusnya dilakukan Cryst sekarang adalah pergi ke ruang broadcast sekarang, hanya saja gadis itu masih berkutat dengan wastafel sekolah. Ia menggosok punggung tangannya keras-keras agar tanda tangan Sheff menghilang, tetapi tetap saja goresan spidol laki-laki itu membekas. Beberapa murid perempuan masuk ke dalam toilet, sambil sesekali mencuri-curi pandang ke Cryst dengan tatapan penasaran.

Lama kelamaan Cryst menyerah karena tidak ada gunanya berlama-lama mencuci tangan begitu. Tanda tangan Sheff masih ada, dan ia tidak mau gadis dari radio tadi kecewa. Akhirnya, kini Cryst berlari pontang-panting menuju ruang broadcast.

Sesampainya disana, dua orang anak klub radio sudah menunggu. Seorang laki-laki menatap Cryst dengan tatapan terkejut, dan Cryst mengenali siapa laki-laki itu. Dia yang biasanya pergi ke kantin bareng Sheff. Ah, Cryst baru tahu bahwa dia anak radio juga.

Gadis yang tadi meminta Cryst datang melambai, dan mempersilahkan Cryst untuk masuk.

"Maaf!" Cryst menunduk sebentar. "Maaf aku telat."

"Hei Cryst, tidak apa-apa. Langsung saja ya? Kita sudah telat beberapa menit." Gadis itu tersenyum hangat, lalu memberikan kode untuk mengikutinya. Ia menarik kursi di depan mic dan menyodorkan headphone pada Cryst. Cryst menerimanya dengan tangan gemetar. Radio sekolah merupakan hal kecil baginya karena ia sudah biasa siaran di radio-radio terkenal. Satu-satunya masalah yang ia takuti sekarang adalah tanda tangan Sheff yang tidak bisa hilang.

Terdengar intro sebentar sampai gadis itu bersuara. Mereka sudah mengudara. Gadis itu sangat pandai bicara. Terkesan santai, karena ia memilih kata-kata yang tidak terpikirkan oleh Cryst. Nada suara gadis itu tenang, dan Cryst bersyukur karena itu. Dia bisa semakin santai lagi.

"Nah, sekarang, di depan ku sudah ada penyanyi muda berbakat nih. Siapa sih, anak PI yang tidak kenal dengan Cryst Leona? Kalian semua setuju kan kalau bakat menyanyi Cryst memang luar biasa?" Gadis itu tersenyum pada Cryst. "Hai Cryst, bagaimana kabarmu?"

"Hai, aku baik-baik saja."

"Nah, teman-teman, Cryst Leona juga pernah loh menjadi bintang tamu di radio sekolah. Kalian ingat kan, kita pernah tanya jawab dengan Cryst? Cryst sendiri juga ingat, kan?"

"Iya, aku ingat."

"Sayang sekali waktu itu bukan aku yang siaran. Tetapi tidak apa, aku memiliki kesempatan kali ini! Hehehe!"

Gadis itu terus melontarkan beberapa pertanyaan tentang karir Cryst. Bagaimana cara Cryst membagi waktu antara pekerjaan dengan pendidikan, sejak kapan Cryst sudah latihan bernyanyi, bahkan gadis itu menanyakan siapa laki-laki paling spesial bagi Cryst. Itu bukan pertanyaan yang sulit, karena Cryst menjawabnya tanpa jeda sedikit pun.

"Baiklah, aku sudah sedikit puas dengan jawaban-jawaban Cryst Leona." Gadis itu mengedipkan matanya pada Cryst. "Bagaimana kalau sekarang, kita meminta Cryst Leona untuk bernyanyi?"

Terdengar suara latar drum yang dipukul berkali-kali. Cryst sedikit terkejut, tetapi ia langsung menjawab. "Hahaha, baiklah. Lagu apa yang sebaiknya aku nyanyikan?"

"Bagaimana kalau lagumu yang paling baru?"

"Itu masih rahasia..." Cryst tertawa pelan. "Bagaimana kalau aku menyanyikan lagu yang lain?"

"Boleh, lagu apa nih Cryst?"

"Die In Your Arms," Cryst tersenyum "Ariana Grande."

"Oke!" Gadis itu bertepuk tangan karena senang. "Nah, mari kita dengarkan lagu Die In Your Arms dari Cryst Leona!"

Intro dimulai, dan Cryst membetulkan posisi headphonenya. Ia menghitung di dalam hati dan mulai bernyanyi.

What Are You? IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang