"Itu tadi gila!"
Aku melompat-lompat senang dan berusaha menyejajarkan langkahku dengan Black Athalla dan Hill Givaldy. Black terlihat sedikit marah, sedangkan Hill berusaha menahan tawa. Sekalinya tawa Hill hendak meledak, Black langsung menyikut tulang rusuknya, membuat laki-laki itu mengaduh. Tampaknya Black menyuruh Hill untuk memasang wajah keras di hadapanku, karena aku melakukan kesalahan.
"Yeah, lebih gila lagi ketika kau kabur dari asrama, melarikan diri ke kota, lalu melawan preman-preman jalanan di kota. Lalu mau tidak mau kita harus membuat atraksi besar yang sangat tidak mungkin terjadi di dunia manusia, mengungkapan jati diri Abnormal di depan manusia normal seakan-akan itu adalah masalah kecil." Kata Black setelah berbalik dan berkacak pinggang, menatap Fox dengan tatapan marah.
Hill menyentuh bahu Black dan berbicara santai. "Hei, sudahlah, tadi aku juga ikhlas menolongnya." Lalu Hill menyenggol lengan Black main-main. "Kau cuma kesal mungkin, karena Fox menghina atraksi bayangan nagamu."
Kini aku yang menahan tawa. Black mendengus kesal dan berbalik lagi, melanjutkan langkahnya. Hill menatapku lalu mengangkat bahunya, sama-sama tidak mengerti dengan emosi Black yang tidak keruan.
Aku dan Hill akhirnya menyusul masuk ke mobil yang dikemudikan Black dan terparkir di ujung jalan. Hill duduk di depan, samping kursi kemudi-tepatnya di samping Black yang mengemudikan mobilnya. Aku duduk di belakang. Mobil melaju, melewati tempatku duduk dan memakan kebab tadi, dan terus melaju. Meninggalkan kota, menuju Super Frand, asrama ku tersayang.
"Mau menjelaskan kenapa kau tiba-tiba saja mencari masalah dengan preman kota?" Tanya Black dengan nada datar.
"Oke pertama biar aku luruskan, mereka yang mencari masalah denganku-"
"Ya, ya. Intinya, kenapa kau bisa berakhir berkelahi dengan sekumpulan massa itu? Merasa jagoan dengan Abnormal Merah mu?"
Aku memutar bola mataku. Hill tampaknya tidak mau ikut campur dengan perdebatanku dengan Black, terlihat dari bagaimana dia langsung menyumpal telinganya dengan headset. Matanya terfokus ke layar ponsel. "Aku menggunakan bakat bela diriku untuk mempertahankan diri, Black. Bukan untuk mencari masalah."
"Pastinya kamu melakukan sesuatu kan sampai bisa terjadi perkelahian?"
"Aku hanya numpang lewat."
"Lalu kenapa kamu melewati jalan itu?" Black menatapnya dari kaca depan. "Kau tahu pasti kan jalan tersebut rawan pencurian?"
Aku mengangkat bahuku. "Aku tidak tahu."
"Jangan bohong, Fox." Tiba-tiba Hill bersuara. "Mobil kita sudah berada di sekitarmu ketika kamu dengan asalnya melempar botol ke tengah jalan."
"Lalu," Black menambahkan. "Seperti orang kesetanan berlari ke arah jalan kecil itu."
"Dan setelah kita turun dari mobil dan melihat keadaan, kamu sudah melawan orang-orang disana." Tambah Hill.
Aku memutar matanya. Mereka bekerja sama untuk membuatku tidak bisa mendebat lagi. Aku kira Hill akan berada di pihakku atau mungkin ia tidak akan memihak siapapun karena ia sudah menyibukkan diri dan menutup telinganya, tetapi aku salah. Ternyata ia tidak benar-benar menutup telinganya. Ia masih bisa mendengar dan membalas apa yang mereka bicarakan. "Oke, aku mengejar seseorang yang berlari kesana."
"Memangnya apa yang dilakukan orang itu sampai kamu repot-repot mengejarnya?" Black mengembalikan pertanyaannya lagi.
"Dia Clay Ralfian."
Mobil di rem mendadak. Entah bagaimana caranya, Black dan Hill bersamaan menolehkan kepalanya dan menatapku dengan tatapan tidak percaya. Aku pun susah payah menahan tubuhku untuk tidak terjungkal ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Are You? II
FantasiSheff Gilbert? Tidak, ia tidak akan jatuh cinta pada laki-laki itu. Tetapi kenapa tidak? Sheff adalah pianis, suaranya bagus, dan terlebih, Sheff memiliki kelebihan lain, yaitu menari, kegiatan yang sering dilakukan Cryst Leona selain bernyanyi. Sej...