- 13 -

11 0 0
                                    

"Ini hanya gudang lama yang tidak terurus dan kotor, Cryst."

Cryst ingin untuk tidak mempercayai pandangannya, tetapi Sheff benar. Ruangan itu sudah kembali ke keadaannya yang semula. Kotor, dan tidak terawat. "Tunggu, tunggu kamu harus melihat ini."

Cryst menyanyikan sebuah nada seperti apa yang ia lakukan kemarin. Tetapi selama beberapa detik ia menyanyikan lagu itu, tidak ada yang terjadi. Sheff memutar bola matanya. "Cryst..."

"Lalu apa yang kulihat kemarin, Sheff?"

Sheff memperhatikan gadis itu, berusaha mempelajari apa yang dipikirkannya sekarang. "Ayo kembali ke kelas."

Cryst memandang ruangan itu sekali sebelum akhirnya berjalan mengikuti Sheff. Sheff berjalan sambil memasukkan tangannya ke saku celana. Cryst berjalan di belakang laki-laki itu tanpa mau menyejajarkan langkahnya. Pikirannya masih berkelana tentang mengapa ruangan itu tidak lagi meluruh seperti yang ia saksikan kemarin.

Sheff menoleh ke belakang untuk melihat apa yang dilakukan Cryst. Wajah gadis itu kusut. "Dua hari lagi acara besar kita Cryst. Jangan biarkan satu masalah menghancurkan suasana hatimu seharian ini."

"Tapi-"

"Aku tidak tahu hal gila apa yang kamu lihat disana dan bagaimana bisa kamu menemukan jam antikku disana. Terima kasih, tetapi lupakanlah masalah yang lain."

Tepat pada saat itu, bel masuk berbunyi. Mereka masuk ke kelas dan duduk berjauhan. Beberapa anak masih memperhatikan mereka, ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya dengan pertengkaran hebat mereka di dalam kelas tadi. Tetapi baik Cryst maupun Sheff tidak ada yang berbicara. Beberapa orang mulai berkumpul membentuk kubu-kubu. Murid-murid perempuan tampak bertanya apa yang terjadi pada Cryst yang diam saja, sedangkan murid laki-lakinya mengerubungi Sheff dan berusaha bercanda, sekaligus ikut mempertanyakan apa yang terjadi di antara mereka berdua.

Sepanjang pelajaran, dari ujung matanya Cryst bisa melihat tangan Sheff yang terus-menerus menyentuh lekukan ornamen itu. Lagu di dalam kotak musiknya masih terngiang-ngiang di kepala Cryst.

Akhirnya seluruh jam pelajaran usai. Semua murid di kelasnya berjalan menuju ruang auditorium, kembali mempersiapkan pentas untuk Peninter Cup. Kini ruang Auditorium sudah terhias penuh, dan properti untuk drama juga sepenuhnya siap. Sungguh mengejutkan sebetulnya membayangkan Ketua OSIS mereka tidak disini dan pindah sekolah secara tiba-tiba, tetapi persiapan acara ini tetap berjalan lancar. Black tidak mengatakan apapun pada Cryst yang menunjukkan keikutsertaannya dalam persiapan ini, seakan-akan status 'Ketua OSIS' nya disini langsung hangus bersamaan dengan dia pindah sekolah. Perannya disini digantikan oleh wakilnya dan tentu saja ketua acara pensi. Besok, semua orang akan sibuk dengan gladiresik dan persiapan di luar auditorium. Cryst bukan anggota panitia maupun OSIS, karena ia merupakan pengisi acara, bersama Sheff.

Pemeran drama Aladdin sedang latihan. Cryst duduk sendiri di kursi penonton di pinggir auditorium, memperhatikan bagaimana mereka beradu akting diatas panggung. Cryst membayangkan bila saja Meth Athalla, Hide Riandi, dan Clay Ralfian masih ada dan pemeran itu tidak jadi digantikan.

Tiba-tiba Sheff duduk di sampingnya. "Memang, kita tidak dapat pemeran Aladdin dan Jasmine, tapi ya sudah lah." Sheff memutar bola matanya dan Cryst tertawa kecil. "Aku tahu kamu menginginkan peran itu, Cryst."

"Ya, tapi kan sudah diperankan oleh Meth, waktu itu."

"Kenapa sekarang setelah Meth tidak ada, kamu tidak ingin mencalonkan diri?"

"Mereka sudah memilihnya." Cryst mengedikkan dagu pada pemeran baru Jasmine. "Lagi pula, aku sudah tidak menginginkannya."

Sheff menatap Cryst sejenak lalu mengangguk-angguk. Ia kemudian berkata, "Nanti malam bisa datang ke kafe?"

What Are You? IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang