- 3 -

49 4 1
                                    

"Silahkan. Aku sudah siap mendengar ocehanmu."

Setelah Sheff berkata begitu, amarah Cryst yang tadi sudah padam mendadak berkobar lagi. Gadis itu mencengkeram jaket yang Sheff pakai, membuat laki-laki itu mau tidak mau harus berdiri. "Maksudmu apa, hah?!"

"Apa? Apa salahku?" Tanya Sheff dengan wajah tanpa dosa.

"Kau memotong siaranku, dan mengikutiku bernyanyi. Maumu apa?!"

"Hei, hei." Sheff mengangkat kedua tangannya, seakan pasrah pada Cryst yang menuduhnya. "Aku disini terus dari bel istirahat! Tanya saja yang lain!"

Seakan dikomando, seluruh murid di kelas itu mengangguk setuju untuk Sheff. Cryst mendengus, melepaskan cengkeramannya pada kerah Sheff, lalu membelakangi laki-laki itu. "Jadi begini, sekarang? Kalian membela Sheff?!"

Semuanya berpandangan, bahkan ada yang berusaha menahan tawa. Cryst semakin merasa telinganya panas dan ingin meledak.

"Hei sudahlah, terima saja apa yang terjadi." Sheff menurunkan tangan Cryst yang sudah menunjuk ke arah wajah teman-temannya.

Kini telunjuk Cryst mengarah ke depan hidung Sheff, laki-laki itu bergeming, menatap jari telunjuk Cryst tanpa berkedip dan kembali beralih pada mata cokelat Cryst. "Apa yang kau katakan pada mereka? Kau memfitnahku di depan mereka?"

"Kamu yang memfitnahku memfitnahmu." Butuh beberapa detik bagi Cryst untuk mengerti apa yang baru saja dikatakan Sheff. "Sudahlah Cryst, aku bermain game sedari tadi di kelas. Aku juga tidak pernah menghiraukan omongan radio." Sheff memutar bola matanya, lalu menurunkan tangan Cryst yang masih menunjuk batang hidungnya.

"Kau pasti memiliki seseorang yang berkoneksi ke radio, kan? Aku tau, Sheff. Aku tau!"

"Darimana kamu tau? Memangnya siapa? Siapa namanya? Sekarang ia dimana?"

Dihujani pertanyaan dari Sheff, Cryst malah memilih diam dengan wajah cemberut. Keheningan berlangsung lama, sampai akhirnya Sheff menarik nafas panjang, disusul oleh kalimat Cryst yang dilontarkan dengan terpaksa. "Aku tidak tau siapa namanya, dan dimana ia sekarang. Ini hanya perasaanku saja. Aku melihatnya sebentar sesaat sebelum aku mengudara dan ketika aku selesai, dia menghilang."

"Bukan salahku kan, dia menghilang?"

"Bisa saja dia membantumu memanipulasi radio, kan?!"

"Cryst, sudah kukatakan, aku disini terus. Banyak saksi mata loh, kamu bisa kalah telak."

"Intinya, dia pasti menghilang karena membantumu, dengan memanfaatkan ruang broadcast lama!" Cryst tetap tidak mau kalah. Ia tetap bersikeras dengan dugaannya.

Terdengar beberapa orang di kelas menyahut, bertanya-tanya dimanakah letak ruang broadcast lama itu.

"Ruang broadcast lama? Yang sekarang menjadi gudang?"

"Bukankah alat-alat radio disana sudah rusak?"

Sheff kembali menatap Cryst dengan senyum kemenangan. "Nah, sudah jelas kan? Aku tidak mungkin melakukannya, Cryst. Itu akan mengotori nama baikku."

"Lihat kalau aku menemukan sebuah bukti." Cryst menunjuk wajah Sheff sekali lagi, lalu berbalik dan menghentakkan kakinya. Ia berjalan keluar dari kelas dengan perasaan kesal, sekaligus malu karena tidak mampu melawan Sheff di depan anak-anak kelas. Sejujurnya ia tidak memiliki kegiatan lain di waktu istirahat itu, maka ia hanya berjalan mondar-mandir di depan kelas. Seharusnya ia pergi ke kantin, tetapi selera makannya menghilang setelah berdebat dengan Sheff. Tidak ada yang biasa ia ajak bicara.

What Are You? IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang