Menunggu. Apakah sudah kodrat seorang perempuan untuk menunggu dan selalu menunggu? Menunggu untuk sesuatu hal yang tidak pasti, namun sekali lagi aku akan tetap diam untuk menunggu.
Sudah tiga hari ini Megan tidak pernah lagi memberiku pesan manis yang biasanya selalu saja membuatku tersenyum. Rasanya seperti ada yang hilang di tiap harinya. Hanya ada Rasya, yang selalu menghubungiku tiap malam namun tidak pernah kuangkat. Aku mungkin pernah bilang kan? Aku tidak suka pada Rasya. Dia berbeda dengan Megan, dan tidak akan pernah menjadi seorang Megan.
Aku berjalan menuju kantin bersama Acel dan juga Clara. Ini adalah jam istirahat pertama dan kami sudah sangat kelaparan. Maklum, karena kesiangan aku dan para dedemit ini sama sekali belum sarapan, akibatnya perut kami rasanya seperti sedang menggelar konser rock n roll di saat pelajaran Pak Hadi tadi. Saking kelaparannya Clara, ia bahkan memesan dua porsi bakso Mang Tarjo. Memang dasar, Clara si perut karet!
"Ra.." seseorang menepuk pundakku dari belakang membuatku menoleh dan mendapatkan Rasya. Hm, kukira Megan.
"Eh? Ya?" tanyaku secara singkat. Ya, aku masih marah padanya.
"Ini.." Rasya memberikan kotak makanannya kepadaku, "Gue masakin sesuatu buat lo, dimakan ya.."
Aku mengangkat satu alisku, menatapnya dengan tatapan aneh, "Dalam rangka apaan nih?"
"Pasti lo belum sarapan kan?" tanya Rasya namun pandanganku sekarang tertuju pada Megan yang sedang memperhatikanku tepat di kantor pos satpam yang bersebrangan dengan meja kantinku ini. Dia menatapku lama sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke arah Kelvin, teman satu komunitasnya. Menatap punggungnya berjalan pergi menjauh membuatku merasa semakin bersedih. Aku menunggunya datang kembali untuk mewarnai hidupku di setiap harinya. Dan kapan hari itu akan terulang lagi? Sepertinya Megan sudah malas denganku, menyapaku saja dia tidak mau.
"Gue udah pesen bakso." jawabku ketus. "Thanks."
"Yaudah, gue simpen disini aja ya. Selamat makan, Mora." ujar Rasya menaruh kotak makan nya di depanku sembari pergi melewati meja yang ku duduki.
"Ra? Lo mau makan gak? Kalo gak buat gue aja, gimana?" seru Clara dengan senyuman menyebalkannya.
"Ya makan aja kek, gue males pokoknya makan makanan si Rasya!"
Acel mengernyit, "Kenapa? Kok marah gitu sih? Megan yang deketin salah, Rasya juga salah."
"Apasih, Cel! Megan lagi Megan lagi, udah tau dia itu ngejauh dari gue!" bentakku dengan kesal, sementara Acel dan Clara hanya saling berpandangan lalu tertawa kecil tepat di depanku.
"Apaan? Ada yang lucu?"
"Lo marah gara-gara Rasya, Megan ngejauh dari lo gitu?" tanya Acel dengan nada mengejek.
"Ya e-engga lah! Yang bener aja gue marah sama Rasya gara-gara Megan!" rutukku yang jelas saja berbohong.
Ah, mengapa harus ada perasaan seperti ini sih? Mengapa Megan harus datang di hidupku dan mengisi hatiku yang telah lama kosong? Kalau dia tidak pernah datang mungkin perasaan ini tidak akan ada bahkan tidak pernah ada!
Selagi Acel dan Clara membayar makanan, aku melangkahkan kakiku dengan cepat ke arah toilet. Baru saja akan masuk, seseorang yang sangat kupikirkan keluar dari toilet Pria. Megan menatapku sementara aku yang gugup hanya tersenyum padanya. Tapi, aku begitu kecewa ketika Megan tidak membalas senyumanku itu dan hanya pergi mengacuhkanku. Rasanya ingin menangis detik itu juga namun tidak bisa. Mengapa kali ini aku tidak bisa menahan perasaanku sendiri?
Perasaan yang begitu bergejolak di dalam hati yang hanya ingin mengutarakan namun takut. Takut jika perasaan Megan hanyalah sesaat. Aku begitu takut jika Megan hanya mempermainkanku dan membuatku sakit lagi seperti ketika Rivera melakukannya padaku. Rasanya tidak ingin jatuh ke lubang yang sama lagi. Hati bukan untuk main-main, maka aku pun tidak ingin menjatuhkan hati pada orang yang salah. Megan, jika saja aku mempunyai keberanian dan tidak ada rasa ketakutan akan masa lalu, pasti semuanya akan terasa mudah. Namun, aku terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku ini. Tolong maafkan aku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Mora & Megan✔
Teen Fiction#6 in Teen Fiction (04/12/16) [ Cerita sudah diterbitkan ] SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE, FOLLOW UNTUK MEMBACA. Siapa yang tidak mengenal Achmad Megantara di SMA Belitung yang menjadi salah satu SMA favorit di Bandung? Sang the most wanted sekaligus K...