Hari Sabtu, adalah hari yang paling membahagiakan untuk semua anak sekolah terutama untukku. Bukan soal hari yang membuatku bahagia, tapi Megan. Ya, dia sudah kembali dan aku begitu merasa senang sampai-sampai aku rela bangun lebih pagi hari ini untuk menunggu Megan datang menjemput.
Kududuki kursi taman yang ada di depan rumahku. Pandanganku memperhatikan betapa indahnya langit yang begitu biru dan cerah. Tentu saja secerah hatiku. Aku sudah menunggu kira-kira sudah sekitar 10 menit sudah.
Menunggu. Kali ini aku bukanlah menunggu hal yang tidak pasti. Tapi aku menunggu seseorang yang sudah pasti datang menyambut pagiku dengan sebuah senyuman. Apa aku sudah pernah mengatakannya? Aku suka senyuman indah yang dimiliki Megan, seolah menghipnotisku untuk tetap melihat wajahnya tanpa ingin memalingkan muka.
Suara deruman motor terdengar dan berhenti tepat di depan pagar rumahku. Apakah itu Megan? Berjalan membuka pagar tinggi yang menutupi siapa yang ada di depan rumahku. "Megan?"
"Hai, yuk pergi." sapa Megan diatas motor besar berwarna merahnya. Megan begitu gagah memakai motor itu dengan jaket kulit berwarna hitam yang begitu matching dengan motornya."Ini.. motor siapa? Mobil lo kemana?" tanyaku keheranan. Pasalnya, baru kali ini aku melihatnya memakai motor. Aneh kan?
Megan tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapih, "Motor gue kok, bukan maling punya orang. Kalau pake mobil kurang so sweet, kan kalau pake motor, gue bisa rasain gimana rasanya dipeluk lo dari belakang, Ra."
"Ih! Nakal ya, Megan!" seruku seraya mengacak-acak rambutnya.
"Ih udah rapih juga! Yaudah yuk naik, jangan lupa pegangan ya, Ra." ucap Megan sementara aku hanya tersenyum lalu menaiki motor itu. Sedikit kesulitan memang, karena rok seragamku itu model panjang rempel. Namun, aku merasa nyaman-nyaman saja asalkan bersama Megan.
Sebelum datang ke sekolah, Megan memberhentikan motornya di depan markas Destroyer. Membuat semua mata yang ada di sana seperti terkejut saat menyadari bahwa Megan yang membawa motor itu dan aku ada tepat di belakangnya.
"Loh loh apaan nih.. udah jadian?" tanya Veron langsung sementara anak-anak Destroyer yang lain mengejek dengan kata 'cie'.
Megan menggeleng, "Belum. Lagi nunggu waktu yang pas."
Jantungku lagi-lagi berpacu dengan cepat. Megan dengan santainya menuntun tanganku agar mengikutinya duduk di sofa yang ada disana. Tatapan semua orang yang ada di markas ini seakan hanya terfokus padaku dan juga Megan. Malu? Tidak usah ditanya lagi. Pastilah wajahku sudah memerah layaknya tomat sekarang.
"Ra, kalo Megan nembak bakal jawab apa?" tanya Kelvin seraya menyulut rokoknya itu. Pertanyaan macam apa ini??
Aku hanya tersenyum dan diam. Tidak tahu harus menjawab apa, masa iya aku harus menjawab iya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mora & Megan✔
Roman pour Adolescents#6 in Teen Fiction (04/12/16) [ Cerita sudah diterbitkan ] SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE, FOLLOW UNTUK MEMBACA. Siapa yang tidak mengenal Achmad Megantara di SMA Belitung yang menjadi salah satu SMA favorit di Bandung? Sang the most wanted sekaligus K...