Amanda bergerak gelisah dalam di sekitaran ruang tengah kondominium milik Drew. Wanita itu bolak-balik melihat Dior yang melingkari pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun kekasihnya, sekaligus tunangannya belum muncul juga. Sesungguhnya ia tak mengerti mengapa Drew tak memberikan kabar seperti biasanya pada Amanda. Maka dari itu sudah semenjak sore tadi, saat ia tiba di sini, alih-alih memberikan kejutan pada kekasihnya dia sendiri yang terkejut.
Ponsel Drew tidak aktif, kantornya pun mengatakan bahwa Drew telah meninggalkan kantor sejak siang, dan sahabatnya sendiri, George pun tak tahu kemana Drew pergi. Ia sungguh khawatir karena Drew tak pernah bersikap seperti ini selama dua tahun kebersamaan mereka. Drew selalu bersikap manis dan amat sangat lembut kepadanya, itulah yang membuat Amanda jatuh cinta pada lelaki berambut tembaga itu.
Sejujurnya Amanda sudah lelah. Ia ingin beristirahat kemudian tidur, namun ia masih bingung untuk tidur di mana. Tak mungkin dia masuk begitu saja ke dalam kamar Drew yang selalu terkunci rapat dan Drew termasuk lelaki yang sangat menjaga privasi. Tak mungkin juga dia akan merangsek masuk ke kamar sahabat Drew, sahabatnya sejak kecil yang selalu membuatnya cemburu sampai saat ini karena dirinya diperbolehkan untuk tinggal bersama Drew, sementara Amanda, tunangannya sendiri, bahkan harus melalui berbagai macam skenario yang dibuat otaknya untuk dapat tinggal bersama lelaki itu. Wanita cantik itu melihat lima koper yang terletak di samping sebuah buffet antik di ruangan itu dan tiba-tiba saja hatinya terasa nyeri.
Keputusannya untuk pindah ke sini memang belum sepenuhnya diketahui oleh Drew. Pada saat beberapa hari yang lalu ia ke sini dan mengutarakan keinginannya untuk tinggal bersama, raut wajah Drew tampak kaget dan entahlah, Amanda seperti melihat setitik rasa enggan di sana. Namun ia segera menepisnya jauh-jauh, masih berusaha berpikir positif mengenai tunangannya sendiri. Sekali lagi ia melirik ke arah pergelangan tangannya. Kini jarum pendek beranjak menuju pukul dua belas. Demi Tuhan Drew! Ke mana dirimu?!
***
Drew memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi dan entah mengapa ia langsung mengarahkan mobilnya ke kawasan South Lake Union, mendapati kafe bernuansa romantis itu berdiri di tengah bangunan tinggi yang menjulang di sekitarnya. Seperti biasa, Rove nampak ramai sore ini ketika ia menjejakkan kakinya masuk ke dalam kafe dan dirinya langsung disambut oleh Merge, sang manager, yang memang mengenal sahabat dari pemilik tempat ia bekerja.
"Selamat sore, Mr. Wrestler. Silakan duduk," sapa Merge dengan senyum profesional. Drew menggeleng, kemudian dengan susah payah ia menyebutkan nama sahabatnya itu. Entah mengapa hari ini suasana hatinya begitu buruk akibat Loura yang meninggalkannya begitu saja.
"Tidak Merge, aku hanya ingin bertemu Lou. Apa dia ada di ruangannya?"
Sekali lagi senyum profesional mampir di bibir tipis milik Merge. "Mohon maaf Mr. Wrestler, Ms. Loura sudah pergi meninggalkan kafe sejak tadi siang."
Kening Drew berkerut. Ia langsung menghubungi Sienna dan menanyakan apakah Loura ada di kondonya atau tidak, dan jawaban Sienna sungguh mengecewakannya. Loura belum pulang. Kalau begitu ke mana dia?!!
"Hm, sebenarnya tadi kekasih Ms. Loura datang ke sini. Kau tahu, Ben Houdson?"
Kepala Drew rasanya seperti dihantam godam saat itu juga demi mendengar perkataan Merge. Oh rupanya sudah jelas Loura ada di mana saat ini. Ia pasti bersama kekasihnya. Drew mengangguk, tanda ia mengerti. Setelah mengucapkan terimakasih dan pamit kepada Merge, Drew kembali ke mobilnya. Tak tahu lagi ia harus ke mana. Entah mengapa akhir-akhir ini Drew sangat membutuhkan Loura dan tak ingin jauh-jauh dari sahabatnya itu. Kenyataan bahwa Loura yang mungkin kini tengah bersama dan bermesraan dengan kekasihnya membuat perasaan Drew gamang.
Akhirnya Drew memutuskan untuk meninggalkan kawasann itu, ia tak dapat berpikir jernih terlebih dengan beberapa gelas wine yang tadi diminumnya yang untung saja tak membuatnya mabuk dan bertindak konyol dengan membuat kecelakaan di jalanan dengan mobilnya. Ia rasa kembali ke kantornya juga tidak mungkin, ia sama sekali tak ingin berhadapan dengan siapapun saat ini dan pulang ke kondonya pun ia enggan. Drew hanya memacu mobilnya dalam kecepatan sedang, entah ke mana hati membawanya.
***
Drew membuka pintu kondonya dan mendapati lampu-lampunya menyala. Seberkas perasaan senang muncul karena ia yakin bahwa Loura sudah pulang. Namun kenyataan memang tak seperti apa yang dibayangkan. Bukan Loura yang berada di sana namun Amanda. Wanita itu tertidur di sofa. Wajahnya seperti malaikat dan terlihat tanpa dosa. Ia begitu cantik, manis, mandiri, dan selalu bersikap layaknya pasangan yang baik. Tak heran bila Drew memutuskan untuk bertunangan dengan dirinya setelah dibuat jatuh cinta berkali-kali hanya dengan melihat tatapan matanya yang lembut namun berhasil menggelitik hatinya. Dia mendekati Amanda, mengecup keningnya dan merapikan rambut yang menghalangi wajah cantiknya. Ia sudah tahu alasan apa yang membuat Amanda ke sini dengan hanya melihat lima koper berukuran raksasa teronggok dekat buffet antiknya. Amanda akan pindah dan tinggal bersamanya.
Apa Drew dapat menolak saat binar mata Amanda begitu penuh pengharapan ketika meminta hal itu? Dan sejauh ini, Drew memang tak pernah menolak permintaan apapun dari Amanda dan memang wanita itu tidak pernah meminta yang macam-macam, selain hanya ingin tinggal bersamanya seperti saat ini.
Mungkin ini sudah waktunya, pikir Drew muram. Mungkin ini adalah waktunya untukku membuka seluruh hatiku untuk Amanda dan memberikan kepercayaanku sepenuhnya pada Amanda. Membiarkan wanita itu hidup dengan dirinya di sini dan menjaganya dalam jarak jangkauan, dan tak akan membiarkan wanita itu lepas darinya.
Kejadian delapan tahun lalu berkelebat dalam ingatannya. Mengoyak kembali hatinya yang ternyata belum sembuh benar. Tanpa terasa tangannya terkepal dan buku-buku jarinya memutih. Perasaan penuh emosi menggelegak di dalam relungnya yang dalam.
Sebuah alasan mengapa ia membentengi diri dengan prinsipnya yang enggan meniduri wanita manapun yang belum memiliki ikatan pernikahan dengannya, terkecuali Loura. Dialah wanita yang berhasil mendobrak sisi gelap Drew dan mengajarkannya lagi pada cinta, sehingga ia bisa mencintai wanita selain wanita delapan tahun lalunya.
Bukankah Tuhan sudah sangat baik dengan memberikan kesempatan untuk dapat mencinta lagi?
***
To Be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/9332098-288-k502342.jpg)
YOU ARE READING
Catch Your Heart
RomanceAndrew dan Loura sudah bersahabat semenjak mereka masih balita dan tidak memiliki perasaan satu sama lainnya karena masing-masing mereka telah memiliki kekasih. Andrew telah melamar seorang gadis manis yang dikenalnya semenjak kuliah di Columbia yan...