PART 7 - Surprise!

6.5K 171 14
                                    

Langkah kaki beralaskan stiletto merah manyala bergemeletak di atas lantai marmer yang mewah. Seorang perempuan cantik yang sedang duduk di balik sebuah meja kerja yang nampak rapi untuk ukuran sekretaris CEO langsung menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya perempuan muda memakai sheath dress berwarna kuning cerah berdiri di hadapannya. Aroma parfume yang jelas-jelas bukan parfum murahan menyentak indra penciuman sekretaris itu. Dia selalu nampak begitu sempurna! Pikir sekretaris merasa takjub. Dia masih memerhatikan perempuan yang berdiri tak sabar di hadapannya yang kini mulai memainkan ujung ikal rambut warna pirangnya yang berkilau.

“Uhm, maaf Miss,” katanya dengan nada gugup. Tangannya yang lentik meraih gagang telepon di hadapannya, “Saya akan memberitahukan kedatangan Anda kepada Mr. Wrestler.”

“No, Pretty. Tidak perlu,” perempuan itu mengambil gagang telepon dan kembali menaruhnya. “Aku ingin memberikan kejutan. Dia ada di dalam kan?” Perempuan itu tersenyum manis. Pretty kembali terkesima. Sebagai informasi, Andrew Wrestler sangat pemilih dalam urusan merekrut sekretarisnya, dan kualifikasi utama seorang sekretaris selain pintar, cerdas, dan cekatan adalah ia harus seseorang yang cantik. Banyak yang bilang bahwa Pretty adalah sekretaris paling cantik di antara mantan-mantan sekretaris Mr. Wrestler dulu yang tentunya juga tidak dapat dikatakan bahwa mereka semua tidak cantik. Dan saat Pretty melihat perempuan di hadapannya, ia merasa bahwa ia adalah itik buruk rupa karena sosok perempuan itu begitu sempurna.

“Pretty?” tanya perempuan itu merasa tak ditanggapi oleh dirinya. Seketika Pretty mengangguk, kemudian ia berdiri hendak mengantarkan perempuan itu ke ruangan CEO. Lagi-lagi perempuan itu menolak. “Tidak Pretty. Ingat aku ingin memberinya kejutan? Jadi kau bisa duduk manis di kursimu dan lakukanlah pekerjaan yang lain.”

Sekali lagi, Pretty terkesima pada cara perempuan itu bertutur kata. Benar-benar anggun dan berkelas membuatnya tak bisa berkata-kata sampai perempuan yang dianggapnya sempurna itu berbalik dan melangkah menuju ruangan bosnya.

***

Bibir Drew menyunggingkan senyum, menanti kedatangan perempuan yang amat dirindukannya selama dua hari ini. God! Hanya dua hari saja aku tak melihatnya, diriku sudah merasakan rindu hebat? Tolol sekali!

Gelisah ia mengambil sebotol air dingin dari dalam lemari pendingin dan meneguknya banyak-banyak agar pikirannya kembali normal. Sebenarnya ia sangat membutuhkan vodka atau minuman beralkohol lainnya namun melihat dan merasakan kehadiran Lou dengan keadaan fitnya itu merupakan sebuah keharusan karena ia ingin memaku setiap kegiatannya bersama Lou dalam benaknya dalam-dalam. Dan alkohol, jelas akan membuatnya menjadi hilang keseimbangan dan hilang akal.

Pintu ruangannya tiba-tiba terkuak dan sesosok makhluk cantik dengan senyum memikat berdiri di hadapannya. Senyum Drew tiba-tiba saja pudar dan raut wajah shock jelas tak bisa disembunyikannya dengan baik.

“Surprise? Aku benar-benar mengejutkanmu Drew?” tawanya berderai dan tanpa malu-malu ia menghampiri Drew dan mengecup bibirnya sekilas.

Ekspresi shock Drew secepat kilat berganti menjadi dingin dan kaku seperti biasanya. “Ya, aku tidak mengira kau datang,” balas Drew.

“Aku begitu marah tadi pagi karena kau meninggalkanku begitu saja. Tapi kemudian Lou datang dan aku tak menyangka, bahwa kau melakukan ini semua untukku.”

Drew terkesiap saat ia mendengar nama Lou disebut. Kedua tangannya terkepal, tiba-tiba saja amarah merasuki dirinya. Apa yang sebenarnya direncanakan Lou, sehingga Amanda yang datang menemuinya dan bukannya Lou sendiri? Sialan!

***

Loura menghembuskan napasnya dalam-dalam. Setelah pesan dari Drew yang diterimanya tadi sebetulnya ia ingin saat itu juga meluncur pergi ke kantor Drew dan melakukan apapun yang lelaki itu minta. Namun melihat Amanda yang berurai air mata di hadapannya sungguh mengikis perasaan Lou. Ia tidak mungkin mengizinkan dirinya pergi entah ke mana bersama Drew dan meninggalkan Amanda berserta air matanya di sini! Demi Tuhan! Dia tidak sejahat itu!

Otak Lou berputar mencari cara agar permasalahan air mata ini bisa segera teratasi. Alih-alih membuat Amanda bercerita mengenai Drew, Lou memotongnya dengan mengatakan bahwa Amanda-lah yang diminta oleh Drew pergi ke kantornya dan membawa pakaian untuk tiga hari. Mulut besar Lou mengatakan bahwa Drew akan memberikan Amanda kejutan dan raut wajah sendu yang dilihatnya pada Amanda seketika berubah. Ia langsung kembali ke wujud aslinya. Seorang perempuan anggun dan berkelas yang jauh sekali dengan kepribadian Lou yang terbuka dan blak-blakan. Sesungguhnya ia sadar bahwa ia tak akan dapat bersaing dengan Amanda, dalam hal apapun karena dengan mudah Amanda akan mengalahkannya.

Amanda menghambur masuk ke dalam kamar Drew. Teritori paling pribadi milik Drew yang selama ini hanya dirinya yang diizinkan untuk masuk, namun kenyataan bahwa Amanda juga memiliki hak yang sama seperti dirinya atau mungkin lebih, sedikit membuat dirinya merasa gelisah yang saat itu juga segera ditepisnya jauh-jauh. Dua puluh menit kemudian, Amanda keluar dari kamar. Tangan kanannya memegang duffel bag berbahan leather dengan inisial H di tengah-tengahnya sementara di tangan kirinya tergantung sebuah kelly bag dengan inisial sama dengan duffel bag miliknya. Air matanya telah hilang berganti dengan polesan make up sempurna yang mewarnai wajahnya yang lembut. Bibirnya yang berlapis lipstick berwarna bloody red menyunggingkan senyum. Dan untuk pertama kali sejak dua tahun ia mengenal Amanda, perempuan itu memeluknya. Layaknya pelukan seorang sahabat perempuan yang tak pernah dimiliki oleh Lou.

Terimakasih Loura.

Hanya itu yang diucapkan Amanda sebelum ia pergi meninggalkan kondominium dan menemui Drew yang tidak tahu apa-apa mengenai perubahan rencananya. Dan melihat bayangan Amanda yang menghilang dibalik pintu dengan senyum manis tersungging di bibirnya sungguh membuat Lou menyesal saat itu juga. Tapi, memang apa yang bisa dilakukannya?

***

“Jadi, kau akan membawaku ke mana Mr. Wrestler?” Amanda nampak menggoda dalam balutan dress ketat yang melingkupi tubuhnya. Belum lagi kakinya yang jenjang sengaja ia pertontonkan di hadapan Drew yang merasa mulutnya tiba-tiba saja terasa kering.

“Leavenworth, Sayang. Ada beberapa urusan di sana yang harus kuselesaikan dan aku tidak bisa membiarkanmu tinggal sendirian di sini,” jawab Drew dengan nada tenangnya seperti biasa. “Kita akan pergi dalam waktu tiga puluh menit.”

“Apa yang akan kaulakukan di sana Drew? Menyelesaikan urusanmu dan meninggalkanku di hotel? Seperti itukah?” Amanda memancing Drew. Mencoba menguak tanda-tanda yang merujuk pada kejutan yang akan diberikan oleh tunangannya. Melihat Drew yang terdiam dan seakan tidak acuh, Amanda meneruskan perkataannya. “Aku benar-benar buta mengenai kejutan apa yang tengah kaupersiapkan untukku.” Amanda tersenyum kepadanya. Sebuah senyum yang mampu meluluhkan hati siapapun yang melihatnya termasuk Drew. Tanpa sadar, bibirnya ikut menyunggingkan senyum. Ia meraih Amanda ke pangkuannya dan bibirnya dengan lembut menelusuri leher perempuan itu.

“Kau harus menyiapkan dirimu untuk kejutan nanti, Sayang,” ujar Drew dengan bibirnya masih melekat di leher Amanda. Perempuan itu tergelak seraya menengadahkan kepalanya agar Drew lebih bebas mengeksplorasi leher jenjangnya yang mulus.

Fakta bahwa Drew yang tidak menyiapkan apapun mengenai kejutan untuk tunangannya, setidaknya sedikit terlupakan. Namun tiba-tiba saja telepon yang terletak di atas meja Drew berdering. Dengan gaya tak acuh, Drew mengangkatnya. Tak kurang dari sepuluh detik ia sudah meletakkan kembali gagang telepon ke tempatnya dan menurunkan Amanda dari pangkuan.

“Jet pribadiku sudah siap. Saatnya kita pergi,” Drew mencium bibir Amanda sekali lagi dengan keras. Kalau saja pinggulnya tidak tertahan oleh meja, mungkin Amanda akan jatuh saat itu juga. Dengan manja dia bergayut pada lengan Drew saat lelaki itu membawanya keluar ruangan menuju lift khusus yang akan membawa mereka ke landasan udara pribadi, tempat jet dan sejumlah alat transportasi udara milik Drew berada. Pikirannya dipenuhi fantasi-fantasi nakal mengenai perjalanan udara yang akan dilakukannya sebentar lagi. Andai jarak Leavenworth dan Seattle sejauh New York – Belanda, mungkin kesempatannya untuk merayu Drew dan melakukan Mile High Club di atas jet pribadi milik tunangannya itu dapat terlaksana. Tapi tidak mengapa, Amanda masih memiliki waktu selama tiga hari untuk merayu Drew dan membawanya ke ranjang. Semata-mata agar Drew terikat dengannya dan mau melakukan apa yang telah mereka berdua rencanakan sehingga mempercepat prosesnya.

Senyum Amanda tersungging sekali lagi. Kalau kau memiliki kejutan untukku, kupastikan aku pun akan memberikan kejutan untukmu, Andrew Wrestler. Bersiap-siaplah untuk itu. Dan kupastikan kalau ini tidak akan gagal!

***

Catch Your HeartWhere stories live. Discover now