4. Ular berbisa

51.8K 2.8K 44
                                    

Allah mempunyai kuasa penuh atas segala hal di Dunia ini. Termasuk dalam nenciptakan manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Dengan menyisipkan keadilan tersembunyi, Allah memberi hambaNya satu persatu kekurangan yang kebanyakan manusia tersebut tidak menyadari bahwa kekurangan yang ia dapat bukan tidak mungkin ada pelengkapnya. Dia juga memberinya kelebihan yang hanya bisa dirasakan jika manusia mau sedikit saja bersyukur. Hanya rasa syukur lah yang membuat manusia akan semakin menerima apa yang Allah berikan. Tidak merasa kurang dan tidak merasa lebih. Maka bersyukur lah, agar kita bahagia. Bukannya menunggu bahagia baru kita bersyukur. Itu pemahaman yang salah.

Kira kira seperti itu lah hikmah yang bisa Tsabit ambil dari peristiwa yang menimpanya barusan. Ternyata masih banyak di dunia ini manusia manusia hedonis seperti Kartika dan kawan kawannya. Betapa kenikmatan dunia adalah segalanya bagi mereka. Gengsi atas harta dan jabatan adalah nomor satu. Tidak peduli bagaimana mereka mempertahankan derajat mereka. Meski dengan cara yang salah sekalipun. Asal nama baik dan derajat mereka tetap berada di atas. Bahkan yang begitu menyayat hatinya yakni mengenai sosok pacar untuk anaknya. Sosok laki laki, yang katanya tampan. Kalau memang tampan kenapa harus susah susah mencari sih? Si pemilik nama aneh itu. Ya, Arca Arca itu. Tsabit menyimpulkan pasti anak itu adalah anak manja yang hidupnya berada pengawasan sang mami. Kemana kemana mengikut di ketiak sang mami. Tsabit ingin tertawa sendiri mengingatnya. Dan kalau tidak salah umurnya baru menginjak 22 tahun? Astaga! Anak mami sekali. Hati Tsabit tertawa.

"Eh, ketawa ketawa sendiri. Kamu gila ya?" Tegur Citra. Salah satu rekan satu kantor Tsabit.

"Tau nih, sejak dari sana kamu bengong terus. Emang mereka siapa, sih?" Timpal Yuana rekan satunya. Mereka nampak menikmati hidangan di meja Cafe, setibanya Tsabit meladeni tante tante heboh tadi. Kasihan mereka terlalu lama menunggu Tsabit. Habisnya mau bagaimana lagi? Tsabit tidak mungkin melawan perlakuan Kartika. Ia menghormati Kartika sebagai orang tua sekaligus pelanggan Cafenya yang setia.

"Oh, mereka. Biasa lah. Pelanggan setia. Cuma mau ngasih testimoni aja" jawab Tsabit bohong sambil mengaduk ngaduk spaghetty menggulungnya pada garpu lalu menyuapnya.

"Ciee, udah famous" celetuk Yuana lalu menambahkan, "Cit, abis ini kita minta tanda tangan Tsabit, yuk! Nanti kalau dia terkenal kan bakal susah minta tanda tangannya" Yuana terkekeh geli.

"Sekalian foto bareng juga. Biasanya public figure bakal sok sibuk gitu" Citra menambahkan. Tsabit hanya tersenyum kecil.

"Gak sekalian minta dinner special juga? Atau voucher menginap di rumah ku selama dua hari dua malam, gimana? Mau?" Tsabit menimpali lalu tertawa renyah.

"Ogah. Mending nginep di hotel sekalian, deh"

"Fasilitas rumah ku gak jauh beda kayak di hotel, loh. Bedanya aku ga pake room boy atau cleaning service, jadi jangan lupa ngepel sama bersih bersih juga ya" ujar Tsabit mendapat serangan tepukan ringan di kedua lengannya dari arah Yuana dan Citra duduk.

"Mulai ngaco nih anak" sungut Citra sambil merapikan tepian hijabnya.

"Kalian duluan sih yang mulai. Aku gak mau terkenal di dunia. Aku maunya terkenal di akhirat sebagai hamba Allah yang terkasih lalu bersanding bersamaNya kelak" bola mata Tsabit menerawang ke atas sambil mengulum senyum.

"Iya deh iya. Aamiin. Aku doain" Tsabit kalau sudah mengucapkan quotes quotes seperti itu, biasanya susah untuk berhenti. Maka Citra menyahutnya dengan mengganti topik pembicaraan. "Ngomong ngomong, kamu belum update tutorial terbaru ya? Kapan update lagi? Aku nungguin tau"

"Iya nih aku sibuk. Emang kamu mau tutorial yang kayak gimana?" Tanya Tsabit setelah sekilas menoleh ke belakang. Kartika cs masih disana berkongkow ria di meja dekat balkon. Mereka nampak tertawa tawa kecil entah menertawakan apa.

Tsabita IlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang