"Baiklah. Sekian rapat kita kali ini. Kalian boleh beristirahat. Saya akhiri wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh""Waalaikumsalam warahmatullah.."
Rapat bulanan pun telah usai, Dana mengakhiri rapat hari ini. Para staff dan karyawan berhamburan keluar dari ruang Aula samping kantor manager. Masing masing membawa map serta berkas berkas sebagai bahan pembahasan rapat kali ini. Kebanyakan dari mereka langsung menuju kantin. Ada juga yang langsung menuju musholla untuk melaksanakan sholat Dzuhur berjamaah.
Tsabit berjalan lemah diantara sekumpulan karyawan dan staff yang berhamburan keluar. Kedua tangannya sibuk memeluk map yang jumlahnya lebih banyak dari karyawan lain. Wajahnya nampak kusut seperti pakaiannya yang dijemur berhari hari lalu dilipat tanpa disetrika.
"Lemes amat, neng. Lagi dapet?" Ada tangan yang menyenggol lengannya sehingga menyadarkan Tsabit dari lamunan semu. Tsabit menggeleng lemah.
Tak perlu berpikir lama, Citra tahu apa yang menyebabkan sahabatnya seperti itu. "Kalo dipikirin, bakal jadi beban. Jalanin aja. Kamu pasti bisa kok. Semangat!" Seru Citra menyemangati Tsabit. Mengingat rapat bulanan tadi membahas penggantian posisi sementara. Tsabit diberi mandat agar menggantikan posisi Abidzar Ahda sebagai staff HRD dikarenakan musibah yang menimpa Idzar dan istrinya, Aufa. Mereka tertimpa kecelakaan di jalan raya. Keduanya dilarikan ke rumah sakit kondisi mereka cukup parah, bahkan hingga saat ini Idzar dan Aufa belum sadarkan diri. Rupanya tidak hanya Idzar dan Aufa yang menjadi korban. Dua orang pengendara motor juga mengalami nasib yang sama. Diduga kecelakaan bersumber dari pengendara motor yang menerobos lampu merah dan melaju pada kecepatan tinggi. Disaat yang bersamaan mobil Idzar datang dari arah kanan sehingga terjadilah kecelakaan dahsyat tersebut. Selain rezeki, jodoh dan kematian, Musibah juga kerap mendatangi manusia kapan pun ia mau. Tak peduli siapa, kapan dan dimana. Yang lebih menyedihkan adalah Idzar dan Aufa baru saja menikah. Kebahagiaan tidak selamanya didapat secara instan. Terkadang butuh jerih payah bahkan air mata untuk memperolehnya. Mengingat perjalanan asmara keduanya begitu panjang nan penuh lika liku. Bahkan Tsabit sendiri turut andil dalam kisah mereka. Ya, sebagai mak comblang yang tersakiti hatinya karena harus mengikhlaskan pria yang dicintai. Kadang Tsabit merasa keberadaannya di kehidupan Idzar, tak lebih seperti jeda iklan yang tidak begitu penting, tapi juga dibutuhkan suatu saat.
Seiring perasaan itu berlalu, ujian tak bosan menimpa Idzar dan Aufa. Sungguh betapa Allah menyayangi hambaNya melalui ujian yang bertubi tubi. Bukankah manusia bisa dikatakan beriman kalau Allah telah mengujinya dengan ujian dan masalah?
Sejak Diana menghubungi Tsabit mengenai kecelakaan tersebut, Tsabit nampak tidak bersemangat. Hari harinya terasa begitu berat dilalui."Pak Dana kasih kamu posisi itu kan karena dia tau, kamu punya skill di sana. Kamu pasti bisa jalaninnya, deh. Aku yakin 100 persen" Citra masih menyemangati. Tsabit menoleh sekilas sembari berjalan beriringan menuju kantin.
"Itu nomer dua, Cit" ujarnya singkat.
"Terus, yang pertama apa?"
"Keadaan Idzar dan istrinya. Sampai sekarang mereka belum sadarkan diri. Gimana aku ga kepikiran. Mereka juga sahabat aku" ungkap Tsabit setibanya di salah satu meja Kantin yang letaknya tak jauh dari musholla.
"Jadi, gara gara itu. Yaudah kamu berdoa aja biar mereka segera membaik. Musibah itu kan datengnya dari Allah, jadi kembalinya ke Allah juga. Kamu jangan sampe kebanyakan pikiran, bit. Inget tipes kamu" Citra mengingatkan selagi melumuri roti daging dengan saus tomat.
"Ada masalah atau engga. Makan ku tetep banyak kok. Insya Allah tipes gak berani deket deket sama aku" Tsabit cengengesan setelah itu.
"Iya juga ya. Aku lupa kalo kamu ini ratu makan. Dimana dimana mah orang kalo stress, gak nafsu makan. Cuma kamu doang yang stress gak stress sama aja" timpal Citra. "Mana gak gemuk gemuk lagi. Aku bingung, deh. Itu makanan larinya kemana sih? Makan banyak, tapi badan segitu gitu aja" ungkapnya mengintimidasi keadaan yang menurut Citra tidak adil. Kenapa hanya Tsabit yang seperti itu. Makan banyak tapi berat badan tetap stabil adalah impian semua wanita. Termasuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsabita Ilana
SpiritualitéDitengah kegalauannya menjomblo di usia yang udah gak setengah mateng lagi, Tsabit dihadapkan dalam situasi rumit. Menikah sama cowok ganteng, famous, anak konglomerat, tajir, siapa yang gak mau? Meskipun dia brondong sekalipun? Sayangnya Tsabit har...