Part 1

5.9K 166 3
                                    

Desahan wanita yang tak putus akan nikmat yang dirasakan. Membuat sosok pria tegap dan berotot semakin semangat menghujam sampai mencapai titik puncaknya. Setelah mencapai puncaknya pria itu berdiri dengan keringat yang menetes disetiap bisepnya dan berjalan kearah meja untuk mengambil dompetnya. Si wanita masih belom pulih dari morfin yang tadi diciptakan. Si pria sudah mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan dan memberikan pada wanita itu. Tepatnya meletakkan uang itu diatas tubuh wanita itu yang masih telanjang.
" pergilah setelah ini, dari ruangan ini" kata pria itu menuju kamar mandi membersihkan dirinya.
" dasar laki-laki berhati es" sungut wanita itu merapikan pakaiannya dan keluar dari ruangan pribadi pria itu.
.............
What the hell.... Hari apa ini. Kenapa aku harus lembur membersihkan ruang pribadi sang ceo. Mana aku harus cepat pergi ke bar lagi. Dasar lina dia selalu merepotkan ku.
Aku berjalan membersihkan ruangan manajer personalia terlebih dahulu dan berjalan menuju ke ruang ceo. Baru saja aku mau membuka pintu dengan otomatis pintu terbuka sendiri dengan seorang wanita yang bajunya kusut dengan rambut awut-awuttan. Aku melongo diam.
" hei...bocah. Lihat apa kamu. Gak pernah liat wanita yah" kata wanita itu sambil berjalan meninggalkanku. Aku hanya diam dan menunduk dan berpikir keras. Bocah? Aku sudah umur 21 tahun. Apa dia kira aku laki-laki yah. Aku langsung melirik bajuku sendiri.
Yup, aku berpakaian layaknya laki-laki, tubuhku mungil, tinggiku 157cm, dengan rambut pendek potongan bob. Kalau orang mengira aku bocah laki-laki, maka aku tidak akan terkejut. Aku selain bekerja jadi serabutan disini. Malamnya aku akan bersama lina dan yoko sahabat baikku menjadi DJ di salah satu 'bar elite'. Bar elite yang tidak akan membahayakan aku yang masih gadis. Walau orang disana masih mengira aku bocah laki-laki karena wajahku yang kelewat baby face.
Aku menampar pipiku pelan supaya sadar. Aku membuka pintu ceo dengan pelan dan memasuki ruangannya. Dasar ini ceo, ruangan kok berantakan. Aku mulai memungut buku dan menyusun keatas mejanya. Aku mulai membersihkan meja yang basah entah oleh apa. Apa mungkin minuman yang tertumpah. Aku mulai mengelap meja yang berantakan dan membuang minuman kaleng yang telah kosong. Aku menyentuh plastik berbentuk lonjong yang berisi cairan putih kental. Plastik itu licin dan memiliki bau yang aneh aku mengernyit sambil melihat benda apa ini dan menebak-nebak penuh tanda tanya. Maklum lah, bukan hanya wajahku yang baby face. Tetapi tingkah lakuku masih sepolos anak kecil. Karena didikan keluargaku yang masih kuno.
" apa yang kamu lakukan diruanganku!" Kata ceo perusahaan yang barusan keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk di pinggangnya. Rambutnya masih basah.
Aku terlonjak dan melempar plastik lonjong lentur itu kearahnya. Jadi...tidak perlu bertanya lagi. Plastik itu mengenai tepat dimukanya.
" sial!" Kata ceo itu.
Aku langsung menunduk tanpa melihat mukanya dan dengan telapak tangan aku menutup mataku. Tabu bagiku melihat laki-laki membuka pakaiannya kecuali kakekku dan yoko sahabatku sejak kecil.
" astagah...Tuhan ampuni aku" kataku menutup mataku.
Sang ceo menggeram marah. " aku hanya menanyakanmu. Tapi kamu melempar kondom bekas yang telah aku pakai tadi kemuka aku. Kamu tau siapa aku? Aku bisa memecatmu saat ini juga" kata sang ceo.
" maafkan saya pak. Saya tidak tau kalau bapak masih ada diruangan ini" kataku masih menunduk tidak berani melihat ceo yang notabene nya adalah bos besarku.
Aku mengernyit " tadi bapak bilang apa? Yang tadi saya pegang itu kondom pak?" Kataku mengangkat wajahku melihat sang ceo yang langsung dengan telapak tangan menutup mataku lagi.
" astaga...pak, apa bapak kerja dengan pakai handuk saja?" Kataku.
" aku menjawab semua pertanyaanmu. Ya, itu kondom bekas. katakan padaku kamu tau tidak saya siapa?" Kata sang ceo.
" bapak ceo perusahaan ini bernama david setiawan. Ceo muda yang lulus dengan cumlaude"tetapi kelakuan jauh dari kata cumlaude dan sopan santun. Kataku dalam hati melanjutkan.
" terus.. Kamu tau, kamu sudah melanggar privasi aku dengan masuk keruangan ini tanpa mengetuk pintu?" Kata david.
" tadi saya sudah mengetuknya" kataku berbohong.
" aku tidak mendengarnya dan sekarang gara-gara kamu aku harus mandi lagi" katanya berbalik masuk kekamar mandi. Sebelum balik kekamar mandi dia berbalik menatapku" oh ya, jangan lupa buang kondom itu" katanya.
Aku menatap jijik barang itu. Namun buru-buru memakai sarung tangan double untuk mengambil barang maksiat itu sambil meringis.
Dengan kecepattan aku membersihkan ruangan sang ceo sebelum dia keluar dari kamar mandi. Aku langsung pergi keluar.
................
Bar elite.....
" lin, lu selalu begitu yah. Merepotkan aku saja. Kenapa gak dari kemaren kamu kasih tau kalau kamu gak bisa masuk" kataku kesal di telepon.
" maafin aku din, aku lagi ada janji kencan sama yayang hendrik" kata lina santai.
" aku gantiin kamu tapi..jangan lupa yah uang bagian mu hari ini buat aku yah" kataku.
" ambil aja din. Bagiku pekerjaan ini hanya buat menyalurkan hoby ku saja" kata lina.
Lina sahabatku adalah anak dari salah satu pengusaha kosmetik terkenal yang memegang import kosmetik merek ternama di indonesia. Sedangkan pacarnya hendrik adalah anak pengusaha ekspedisi nomer tiga di indonesia. Jelas saja baginya uang tidak lah penting.
Tetapi bagiku uang adalah segalanya. Katakan aku matre dan mata duitan atau apa pun itu. Tetapi berkaca dari kehidupanku yang jauh dari kata cukup. Mama tidak mengirimkan uang nya. Saat aku butuh saja aku harus meneleponnya. Itu pun dengan berbagai syarat yang harus aku berikan padanya barulah uang itu dia kirimkan.
Kedua nenek dan kakek sudah pensiun dan berharap dari uang pensiunannya. Tetapi jelas uang pensiunan itu tidak akan cukup kalau aku ada didalamnya. Maka sejak aku kuliah aku sudah bekerja dan kuliah. Untungnya sampai aku lulus kuliah dan bekerja aku tidak pernah merepotkan keluargaku. Apa lagi mama yang tidak pernah mengingat anaknya.
" din, ayo...udah waktunya untuk kamu DJ" kata luke sahabat di bar yang merangkap sebagai pemilik bar elite ini. Walau perbedaan umurku dan dia 6 tahun. Luke tetap memintaku memanggilnya dengan nama. Alasannya sangatlah sederhana. Dia tidak mau terlihat tua. Dan memang dia tidak terlihat tua.
" ok luke" kataku beranjak dari ruang karyawan dan menuju belakang panggung.
Aku menaiki panggung. Tepat diatas alat DJ. Aku mulai memainkan lagu-lagu yang membuat semua orang bergoyang dengan ceria. Sebenernya bakatku tidak hanya ber DJ. Walau impianku menjadi aktris tidak kecapaian. Bakat akting dan menyanyi masih ada sih. Tapi karena tidak mengenal orang pencari bakat dalam stasiun televisi yah tidak kesampaian. Walau kuliah dibidang seni tapi karena segalanya tidak tercapai ya aku harus berhenti bermimpi. Lihat kenyataan saja.
..............
Malam telah selesai kerja aku menerima upahku. Memang seperti ini, upah seorang DJ dibayarkan setiap dia tampil. Aku mengucapkan terima kasih pada luke yang disambut tawa olehnya.
" din, kamu ini dari dulu gak pernah berubah yah. Selalu mengucapkan terima kasih" kata luke.
" ajaran kakek dan nenek luke always says thank you. Setiap di berikan orang sesuatu" kataku berbalik dan melambaikan tanganku dan berjalan menjauhinya.
...................
Kembali ke kost ku yang kecil dan cukup untuk diriku tidur saja. Aku membuka pakaian dan menuju kamar mandi membersihkan tubuhku. Lelah setiap hari harus melakukan pekerjaan. Kalau tidak ke DJ maka aku akan bernyanyi di salah satu cafe milik kenalan luke. Ternyata didunia ini kita harus bersosialisasi. Makanya kata guru sekolah dulu itu benar. Katanya manusia adalah makhluk sosial.
Aku bersyukur bertemu dengan banyak teman yang memiliki banyak relasi dan memiliki usaha sendiri.
Selesai mandi dan berpakaian aku merebahkan diriku diatas kasur yang dibilang tidak terlalu empuk. Aku melihat langit-langit kamar dan menutup mata. Seandainya saja aku bisa hidup lebih enak. Hanya ada seandainya karena aku dulu terlalu berharap mama membawaku besertanya di pernikahan keduanya bersama suami barunya yang kaya. Tetapi harapan itu pupus sudah. Pernah sekali mama membawaku tapi dia mengabaikan keberadaanku. Jadi aku harus berhenti berharap.
................
Keesokan harinya aku memulai pekerjaan ku seperti biasanya. Menjadi tenaga serabutan di salah stasiun televisi terkemuka. Aku hari ini mendapat bagian untuk mendubbing sebuah sinetron televisi remaja.
Aku mengerjakan semua pekerjaanku dengan ulet dan tekun. Pak suryo atasanku sangat percaya padaku karena keulettanku.
" din, kalau udah selesai mendubbing yang ini. Lanjuttin film kartun ini yah din" kata pak suryo.
" naskah film kartunnya dimana pak" tanyaku.
" nanti ambil di bu minah saja" kata pak suryo.
" yah... Jadi saya harus keluar dari ruangan ini dahulu pak?" Kataku sedikit malas.
Bertemu bu minah yang galak nya bisa memunculkan tanduk setan nya bukan pilihan yang baik. Tapi aku tidak bisa menyalahkannya. Karena bu minah bagian naskah selalu dikejar oleh para sutradara. Kalau dia semakin pemarah seperti itu yah terima aja. Kalau aku jadi bagian naskah juga aku bakalan begitu.
" tentu saja din. Maaf kalau bapak tidak sempet ambil naskahnya. Maklum lah bu minah lagi kebanyakkan job. Bapak takut kena semprottannya" kata pak suryo.
Aku menatap pak suryo dengan wajah yang tidak bisa diartikannya dan dalam hati aku menggerutu.
Terus... Bapak jadiin aku tumbal buat semprottan bu minah.
" maaffin saya yah din. Mudah-mudahan kamu tidak disemprot bu minah" kata pak suryo merasa bersalah. Aku hanya mengangguk pasrah.
..................
Aku berjalan menuju ruangan sebelah tempat bu minah. Ketuk gak yah... Dengan hati meragu karena mendengar teriakkan bu minah didalam sana. Tapi kalau aku tidak masuk, alamat pekerjaanku gak selesai. Jadinya tayangan kartun yang harusnya sudah tayang jadi keundur. Mana boleh tayangan diundur. Aku menarik napas dalam dan membuangnya. Dengan tekad kuat aku mengetuk pintu dan masuk keruangan itu. Aku menuju meja bu minah yang penuh kertas berserakkan. Aku melihat muka bu minah sudah tidak tau lagi berapa banyak lekukkan.
" bu, maaf" kataku dengan sengaja mengatakan maaf terlebih dahulu agar dia tidak mengeluarkan kata pedasnya.
" ada apa!" Kata bu minah mendongak melihatku dengan muka berkerut.
" mau ambil naskah film kartun yang akan tayang bu" kataku takut-takut.
" itu di meja sana (sambil menunjuk) ditumpukan kedua dari sebelah kanan!" Katanya.
" terima kasih bu" kataku sambil mengambil naskah itu.
" sama-sama!" Kata bu minah.
Gak pake teriak kali bu...kataku dalam hati. Tapi aku mengangguk saja dan berjalan keluar setelah mengambil naskah itu.
Sebelum masuk ke ruang dubbing. Aku melihat jam ku dan aku ingin meminum sesuatu agar aku tidak mengantuk. Aku berjalan menuju kekantin kantor.
" mbok jum, kopinya satu yah" kataku.
" mau dibungkus non?" Tanyanya dan dibalas anggukkan olehku.
Aku membawa kopi dan ingin masuk ke ruangan dubbing. Mataku menangkap sosok pria yang gagah dan ganteng dengan tinggi 185cm. Hidung mancung ceklist, alis tebal ceklist, bibir seksi ceklist, memiliki lesung pipit di sebelah kanan pipinya ceklist dan dengan seorang wanita yang setau aku adalah pendatang baru ceklist. Lelaki yang tidak setara denganku. Aku membalikkan tubuh dan masuk kedalam ruang dubbing dan mulai bekerja seperti biasanya. Bagiku laki-laki semuanya buaya.

You are not alone(terbit dan tersedia di googleplaystore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang