#9 Good Offer

315 32 4
                                    

By : F N-Hani

#9 Good Offer

AUTHOR'S POV

Gracie tersadar dari lamunannya ketika mendengar suara seseorang yang memanggilnya. Saat ia menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya, ia cukup terkejut melihat kehadiran Atheena yang kini bersandar pada pintu.

"Atheena?! Apa yang... OH God! Kau benar-benar mengejutkanku." Gracie mengatur napasnya yang sedikit tersenggal akibat keterkejutannya melihat Atheena.

"Apa kau sedang ada masalah sehingga menyendiri di ruangan ini? Dan sepertinya sulit sekali untuk memanggilmu sedari tadi" Atheena beranjak dari tempatnya, menghampiri Gracie. Sementara Gracie sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Atheena.

"Ah tidak, aku hanya senang berada disini." Gracie tersenyum saat mengatakan hal tersebut namun Atheena hanya balas dengan seringaian.

"Well, aku melihatmu menari dan itu benar-benar indah." Ucapan Atheena seketika membuat Gracie menautkan kedua alisnya.

"Benarkah?" tanyanya tidak percaya.

"Tentu saja. Kau sangat berbakat dalam hal ini ternyata dan kalau kau mau, aku punya penawaran yang pasti bagus untukmu. Kau bisa menunjukkan dirimu yang sesungguhnya pada semua orang." Atheena tersenyum pada Gracie membuat Gracie semakin penasaran kemana arah pembicaraan ini berlangsung.

"Oke, kau mungkin bingung. Begini, Tanteku menjalankan bisnis club dan kau tahu pelanggan club tersebut antara lain para pejabat, artis terkenal dan juga pengusaha sukses." Atheena berjalan menjauhi Gracie untuk menghampiri sofa yang tersedia di sudut ruangan dan duduk diatasnya.

"Jadi?"

"Aku ingin merekrutmu untuk menjadi penari di club itu." Jawaban Atheena benar-benar membuat Gracie kesal dan ingin segera menyerangnya namun ia tidak ingin melakukan hal ceroboh apalagi di depan rival Caroline.

"Wow! Jangan terlalu serius, girl. itu tidak termasuk dalam kategori pelacuran kalau itu yang kau khawatirkan. Club kami hanya sebagai tempat melepaskan penat para pekerja sibuk yang telah membayar mahal untuk masuk ke tempat itu dan sebagai gantinya kami menyediakan hiburan kelas atas seperti tarian, DJ, band terpopuler dan permainan untuk orang dewasa." Terang Atheena pada Gracie. Namun Gracie sama sekali tidak dapat menangkap maksud lawan bicaranya.

"Oh ayolah! Aku bahkan belum genap berumur 17 tahun dan kau ingin aku menjadi striptease di club mu yang luar biasa itu?" Kini Gracie melontarkan pertanyaan dengan nada sarkastik pada Atheena. Reaksi dari Atheena diluar dugaan, ia tidak marah ataupun akan menampar Gracie seperti apa yang Atheena hampir lakukan pada Caroline beberapa hari yang lalu, Atheena hanya tertawa ringan menanggapinya.

"Dasar kau ini benar-benar lucu! Tentu saja tidak seperti itu! Aku hanya ingin kau menunjukkan bakat menarimu di club ku, bukan sebagai penari telanjang! haha kau ini!" Atheena menggeleng-gelengkan kepalanya. Sepertinya menawarkan hal ini pada gadis polos seperti Gracie hanya akan membuat Atheena merasa konyol.

"Bagaimana kalau aku tidak ingin?" tanya Gracie dengan ragu-ragu.

"Apa kau akan menyia-nyiakan kesempatan besar ini?" Gracie terdiam mendengar pertanyaan Atheena. Di dalam lubuk hatinya Gracie juga sangat ingin menunjukkan salah satu hobi yang paling ia sukai ini pada semua orang agar siapapun yang mengenalnya tidak hanya mengenal Gracie karena ia pandai dalam bidang akademik, namun juga dibidang lain.

"Jadi, kau bersedia membiarkanku untuk memikirkan hal ini?"

"Tentu saja, kapanpun kau mengubah pikiranmu, hubungi saja aku atau kau bisa datang langsung ke tempatnya." Atheena segera beranjak dari sofa dan menghampiri Gracie lalu memberikan kartu nama dimana tertera alamat club yang dimaksud Atheena.

"Baiklah, urusanku sudah selesai. Satu lagi, sebelum kau menyetujui ini, jangan katakan apapun pada Caroline, karena aku benar-benar tahu apa yang dipikirkan anak itu tentang diriku. dia hanya akan mengira aku sedang mengelabuimu. Cihhh" Atheena menatap tajam pada Gracie, setelah mendapat anggukan setuju dari gadis itu, Atheena berbalik hendak keluar dari sana. Namun langkahnya terhenti di depan pintu.

"Kalau kau merasa patah hati, kau juga bisa bersenang-senang dengan gratis di club itu." Ucap Atheena diiringi dengan seringaian misterius di wajahnya namun Gracie hanya bisa mendengar suara gadis itu tanpa bisa melihat ekspresinya karena Atheena mengucapkan hal tersebut tanpa enggan berbalik.

Sejurus kemudian Atheena sudah pergi dari ruangan itu namun meninggalkan satu pertanyaan yang tidak bisa Gracie jawab pada dirinya sendiri.

"Huh apa-apaan dia? Mengatai sahabatku dan berbicara tentang patah hati lalu pergi begitu saja? Dasar!" Gracie mendengus kesal, saat itu juga ia melihat lekat-lekat kartu nama yang tengah ia genggam, dan menggumamkan nama club yang tertera disana.

"Royal Night Club" Kemudian seulas senyum merekah pada wajahnya.

"Sepertinya ini penawaran yang bagus."

***************************************

Hari ini, seperti biasa sepulang sekolah Gracie mengunjungi rumah sakit untuk menjenguk kakaknya yang tengah terbaring koma di tempat tidur.

"Tristan, maafkan adikmu ini karena sudah lama tidak mengunjungimu." Gracie yang telah tiba di kamar rawat Tristan, segera mengambil tempat disamping ranjangnya.

"Ada banyak sekali hal yang ingin ku ceritakan padamu saat ini. Aku.... tak bisa menyimpan cerita ini sendirian lagi. Tapi, lebih dari itu, aku hanya berharap kau bangun dan menatap wajahku lalu berkata kau akan melihatku menari."

"Hahhhh..." Gracie mendesah kecewa. Ia memang sudah tahu dan sangat mengerti, seserius apapun usahanya untuk mengajak kakaknya berbicara, pasti hanya alat-alat medis yang membantu kakaknya untuk hiduplah yang menanggapi semua cerita yang ia lontarkan.

Bencana yang menimpa mereka lebih dari 2 bulan yang lalu telah membuat Gracie depresi ditambah lagi kenyataan yang sangat pahit bahwa Tristan koma saat ini dan tidak ada yang tahu kapan kakaknya tersebut akan sadar dari komanya, membuat Gracie semakin membenci kenyataan yang ada.

Ia sangat membenci penyebab semua kejadian ini masih hidup melanglang buana di alam bebas sementara kakaknya hanya terbaring kaku di ranjang rumah sakit. Tidak bisa melihat senyumannya lagi, mendengar suara merdunya, menikmati masa-masa perjuangan mereka yang sangat Gracie rindukan. Siapa yang tega melaukan ini semua?

Namun lebih dari itu ia sangat membenci kenyataan bahwa ia tidak bisa membalas dendam untuk kakaknya.

Tapi... Ia bisa membenci tokoh utama dibalik penderitaan kakaknya saat ini.

Benarkah ia bisa membencinya?

Mengapa saat mereka bersama, Gracie tidak mampu berkutik sama sekali untuk meminta pertanggung jawaban atas semua yang menimpa Tristan? Apa ia termakan oleh pesona Perfect Style?

Gracie segera menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghapus pemikiran konyol yang menghinggapinya barusan.

"Tristan, aku butuh ijinmu... semenjak kau tidak pernah melihatku menari lagi, aku benar-benar kaku, merasa terpuruk dan tertutup akan hal ini. Yah meskipun hanya kau dan aku saja yang tahu tentang hobi menariku. Namun ini benar-benar penting untukku..." Gracie menarik napas lalu menghembuskannya dengan perlahan. Ia sangat gugup mengatakan hal ini di depan kakaknya.

"Apakah aku boleh menari di Royal Night Club?"

Hening...

"What the hell are you talking about, Gracie?!!!"

**************************************

Hai readers kece yang kekiniannya Astaghfirullahalladzim :D

Terima kasih yang masih setia membaca cerita ku ini dan yang menghargainya :)

Baiklah, sampai jumpa di Chapter berikutnya ^_^

28 Juli 2016

My Perfect Dream (Imperfect Thing #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang