#10 It's Complicated

339 36 2
                                    

#10

By : F N-Hani

Author's POV

Satu hal yang paling membuat Caroline kesal di dunia ini adalah ketika bel pelajaran usai berbunyi, ia menjadi orang terakhir yang keluar dari sekolah itu. Semua bermula dikarenakan ia harus mencari 2 sahabat terbaiknya yang menghilang sekejap setelah siswa-siswi berhamburan keluar kelas.
.

"Sialan! Sebenarnya apa niat mereka? Mengapa meninggalkanku?" gerutu Caroline yang terduduk di bangku taman sekolah setelah lelah mencari sahabatnya.
.

"Aku tidak mengerti! Ini kedua kalinya mereka melupakanku T_T "
.

Caroline segera menenggak habis sebotol coke yang berada di genggamannya lalu membuang botol kosong itu pada tempat sampah terdekat.
.

Setelah pikirannya segar, ia memiliki ide untuk menghubungi paman Adolf, bodyguard sekaligus penguntit suruhan orang tua Gracie. Ia segera mengambil ponselnya untuk membuka kontak paman Adolf Lalu menghubunginya.
.

"Halo Paman Adolf, ini aku."

"..."

"Aish paman! ini aku Caroline."

"..."

"Aku hanya ingin tau, apakah Gracie sedang bersama paman saat ini? Karena tidak biasanya dia meninggalkanku saat pulang sekolah. Apa terjadi sesuatu dengannya?"

"..."

"Baiklah aku mengerti. Aku segera menuju kesana."

Setelah mendapat informasi tentang keberadaan Gracie, Caroline bergegas meninggalkan sekolah untuk menyusul sahabatnya yang merepotkan itu.
.

********************************

"Gracie! Aku tidak salah dengarkan?" sesaat setelah menginjakkan kaki di rumah sakit ini, Caroline pergi menuju kamar Tristan, kakak lelaki Gracie namun ketika hendak memasuki ruang rawat Tristan, Caroline sekilas mendengar curhatan Gracie pada Tristan dan itu membuatnya sangat terkejut.
.

"Caroline!" Gracie yang tidak menyangka Caroline ada disini, merasa lebih terkejut lagi terutama saat sahabatnya itu mendengarkan dirinya menyebut "Royal Night Club"
.

Caroline melangkahkan kaki tuk menghampiri Gracie dan berhenti saat tepat berada dihadapan gadis itu.
.

"Gracie..." Caroline memegang pundak sahabatnya tersebut lalu menghela napasnya dengan perlahan.
.

"Apa kau mau menceritakan padaku yang sebebarnya terjadi?"
.

Gracie bingung, ia memang tidak pernah menyembunyikan hal sekecil apapun pada Caroline dan Caroline pun selalu menghargai privasi Gracie. Hanya saja yang ini beda. Ia tak ingin Caroline tahu.
.

"Aku..." Gracie melepaskan kedua tangan Caroline yang memegang pundaknya. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ragu.
.

"Okay, terserah kau saja sobat." Caroline berbalik membelakangi Gracie dan melangkah menuju balkon rumah sakit. Sementara itu Gracie mengikuti langkah Caroline.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Caroline pada Gracie ketika mendapati Gracie kini berdiri disampingnya namun tatapan mereka tertuju pada pemandangan kota yang dapat dilihat dari balkon.
.

"Aku hanya ... Mengikutimu." Sahut Gracie tanpa perlu melihat wajah Caroline.
.

"Mengapa?"
.

"Karena..." Gracie bingung memilah kata-kata untuk diucapkan pada Caroline.
.

"Karena aku sahabatmu?" Caroline menyelesaikan ucapan Gracie.

.
"Ah tidak!" Sanggah Gracie yang membuat Caroline menoleh padanya.
.

"Tidak?"
.

"Aku... Ah maksudku kau memang sahabatku. Tapi aku mengikutimu bukan karena itu." Terang Gracie setengah berteriak karena dilanda kebingungan.

"Oh okay. Katakan padaku, apa alasannya?" Caroline bersedekap dan ia pun mendapat perhatian dari Gracie.

"Aku merasa bersalah karena tidak menceritakan hal itu padamu." Gracie menolehkan pandangannya dari Caroline sementara sahabatnya itu hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Hal apa?" Gracie berpikir sejenak sebelum akhirnya mendesah berat karena harus mengatakannya.

"Royal Night Club" Caroline tersenyum penuh kemenangan mendengar Gracie menuturkan hal tersebut.

"So... Maukah kau menceritakan apa yang terjadi dengan 'Royal Night Club' itu padaku?"

Gracie hanya mengangguk pasrah setelah itu.

******************************

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Aaron, Peeta, Lucas dan Matter karena berita kelulusan mereka masuk ke SMA Hemholtz telah tersiar sampai ke pelosok sekolah unggul itu, membuat sebagian besar siswi yang menjadi fans Perfect Style, tiada lelah mengejar mereka.

Namun, mereka sangat beruntung karena berhasil memasuki ruangan kepala sekolah, yang niatnya hanya untuk bersembunyi dari Stylizators pada akhirnya kepala sekolah menangkap basah dan mendengarkan keluh kesah mereka.

Saat itu juga peraturan baru ditambahkan yaitu Fangirling di SMA Hemholtz adalah hal yang terlarang dan bagi siapa yang melanggar, akan dihukum berjalan jongkok keliling sekolah selama 3 hari 3 malam dengan dijaga ketat oleh killer bulldog dan pawangnya.

Pengumuman terlarangnya hobi fangirling tersebut tentu saja membuat sebagian besar siswi SMA Hemholtz menjadi kecewa. Namun berita tersebut tentu saja menjadi hal yang melegakan bagi Aaron dan teman-temannya.

"Hey! Kalian tahu sesuatu? Aku baru saja menyelesaikan lagu baru yang sudah lama ku tulis." Matter dengan girang menunjukkan lembaran-lembaran kertas berisi lirik lagu yang ia ciptakan sendiri.

Saat ini, mereka tengah beristirahat di taman belakang rumah Aaron. Seperti biasa, mereka selalu berkumpul setelah pulang sekolah untuk sekedar beristirahat ataupun memperlancar penampilan mereka menjelang konser. Hal ini cukup rutin mereka lakukan semenjak tinggal di LA.

"Benarkah?" Tanya Lucas tidak percaya. Ia lalu merebut lembaran kertas milik Matter dari tangannya sehingga menimbulkan rasa kesal pada Matter dan keributan yang konyol pun terjadi yang membuat Aaron dan Peeta tergelak melihat tingkah laku kedua sahabat mereka tersebut.

******************************

Aaron Hartmann sangat menyukai momen makan malam bersama dengan kedua orang tuanya. Meski ia sedikit terganggu dengan Mom dan daddy nya yang selalu mengumbar kemesraan didepannya, tapi itu tidak akan menghentikan rasa senangnya akan kebersamaan mereka di meja makan.

"Aaron, daddy ingin bertanya padamu."

Gabriel Hartmann, pria yang tampan dan gagah, pemilik yayasan Hemholtz gymnasium serta Royal Caribbean yang kini menjadi ayah dari Aaron, membuka percakapan dengan putra satu-satu nya tersebut.

"Ya daddy? Ada hal apa?" Aaron meletakkan sendok dan garpunya di atas piring kotor dan ia menenggak segelas air mineral sampai tak tersisa, meletakkan gelas kosong tersebut dan segera memusatkan perhatian pada sang ayah.

"Apa kamu terlibat dalam hal ini?"

Gabriel menyerahkan iPad nya pada Aaron, dimana tertera postingan yang sedang menggemparkan dunia maya, dilayar iPad tersebut.

Aaron segera melihat apa yang sedang daddynya tunjukan, dan sangat terkejut dengan postingan tersebut. Ia menatap mata daddynya yang sedang meminta penjelasan namun Aaron hanya ternganga tak percaya. Tanpa aba-aba , ia meninggalkan meja makan tersebut dan berlari menuju kamarnya.

"Sialan! Siapa yang menyebarkan hal gila seperti itu?"

Ia segera mengambil ponselnya lalu mengirimkan pesan pada Peeta.

"Sialan!" Umpatnya sekali lagi karena ia benar-benar tak habis pikir dengan semua itu.

**************************************

Jangan lupa tekan terus tombol vote di setiap Chapter cerita ini ya :-*
Thank you

5 Agustus 2016

My Perfect Dream (Imperfect Thing #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang