What's The Most I Hate

775 51 11
                                    

By : F N-Hani

Gracie's POV

Suara riuh tepuk tangan beserta sorakan mereka semua benar-benar memekakkan telingaku, membuatku merutukki diri sendiri karena dengan bodohnya menuruti keinginan Caroline untuk ikut bersamanya menyaksikan konser band kesayangannya secara langsung. Caroline memang benar-benar jahat karena tidak menghormati kebencianku pada Perfect Style. Ia justru berusaha membuatku jatuh cinta pada grup band tolol ini.

"Perfect Style!"

"Perfect Style!"

"AWWWW AARON.... I LOVE YOU SO MUCH!"

"PEETA!! COME WITH ME BABE!"

Kedua tanganku kini beralih untuk menutup telingaku. Aku sudah merasa muak dengan teriakan tidak jelas mereka semua. Tidak lupa mengumpat kasar dan menyumpah serapah pada mereka semua yang ada disini. Well, sebagian besar penonton yang menikmati konser bodoh ini adalah remaja perempuan yang usianya berkisar 13-19 tahun kalau aku tidak salah. Itu sebabnya studio ini sangat sesak dan penuh dengan teriakan melengking para gadis bodoh!

"Caroline! Ku mohon... kita pulang sekarang! Ini sudah hampir jam 9 malam.", aku memegangi lengan sahabatku ini, sambil sedikit menyeretnya namun ia tetap fokus pada penampilan di atas panggung.

"Oh ayolah Gracie sayang! Aku benar-benar menyukai mereka. Tunggu sampai kita melihat Perfect Style melantunkan lagu andalan mereka -*Can We Dance-", ucapnya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari penampilan band sialan sana yang membuatku hanya tersenyum getir. Aku melepaskan genggamanku dari lengannya dan bersedekap dengan wajah cemberut.

Musik berhenti dan lagu juga berakhir. Aku sedikit lega tapi teriakan fans fanatik mereka membuatku harus memutar bola mata dengan kesal. Aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan termakan dengan ucapan menggiurkan dari Caroline tentang tiket gratis atau apapun yang gratis milik Caroline yang pada akhirnya membawaku pada konser penyebab sakit jiwa di usia dini ini.

Aku, Gracie Alexa Connor. Aku adalah gadis muda belia yang paling dipuja-puji di negeri ini. For the hint, aku pernah membawa nama Jerman mencuat ke dunia karena penemuanku di bidang kimia yang berhasil menghantarkan Jerman mendapatkan -sekitar 10- medali emas atas hasil kerja kerasku.

Aku juga mendapatkan pencatuman namaku di guinnes book records karena berhasil mendapatkan 10 medali emas di usia muda. Semua gadis yang berada dilingkunganku mengenalku dan selalu berdecak kagum padaku. Mereka semua menunjukkan keinginan bersahabat denganku. Namun aku hanya memilih sahabat yang selalu bersamaku dari kecil yaitu Caroline dan Selena. Begitu juga dengan pria-pria, mereka semua berusaha menarik perhatianku namun hatiku hanya berlabuh pada satu nama yaitu Jonas Benz.

Mendatangi konser musik bukan merupakan hal yang paling aku sukai. Kecuali itu adalah konser Tristan -kakak lekaki ku- yang bernyanyi solo tahun lalu. Penampilan Tristan benar-benar luar biasa! Ia juga memiliki suara emas dan potensi merebut perhatian gadis-gadis remaja dengan cara yang mengesankan. Sampai suatu ketika kejadian yang menimpa Tristan benar-benar membuatku membenci konser musik dan juga Perfect Style.

Kembali pada saat ini, aku mendengar salah satu manusia dari Perfect Style berbicara dengan menggunakan Mic nya. Ia adalah vokalis dan setahuku bernama Aaron. Aku tahu namanya karena sedari tadi gadis-gadis gila ini meneriakkan "Aaron" ketika pria itu beraksi, yang membuatku ingin menyumpal mulut mereka.

"Well! Malam ini adalah malam yang paling berharga untuk Perfect Style karena Stylizator benar-benar membawa kami ke dalam tangga musik no 1 di Jerman.", semua orang kembali bertepuk tangan mendengarkan ocehan tidak penting dari vokalis band gila itu. Aku benar-benar tidak peduli dan mengambil iPhone dari saku celana jeansku lalu mengunggah beberapa fotoku dan Jonas yang tidak sempat ku unggah ke SocMed beberapa hari lalu.

My Perfect Dream (Imperfect Thing #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang