Chapter 07 - Pisah!

155 4 3
                                    

Jangan lupa Vote dan Comment yaa :3!

Jangan ada yang meniru cerita saya, karena cerita ini abal-abal banget dan gk ada gunanya kalian mengambil cerita ini.
~~~~~~~~~

Jika kita gagal menghadapi suatu kesulitan, maka masih ada 1001 cara untuk menyelasaikannya.

Sepertinya kata mutiara itu tidak berguna untuk mereka sekarang. Mereka tetap tidak bisa keluar dari hutan.

Sebagaimana mereka sudah jalan lurus, tetapi hutan ini seperti tidak ada ujung pangkalnya. Layaknya mereka sedang berputar-putar ditempat yang sama.

Dengan terpaksa mereka harus bermalam di hutan yang gelap ini.

"Lea. Kamu kok mengelamun terus sih?" Pertanyaan yang keluar dari mulut mungil Rara membuat Lea menoleh dengan muka datar dan pucat. Ekspresi Lea membuat Rara merinding.

Lea tersenyun seketika, "Gk nyangka banget. Udah 6 tahun bersama, ternyata diantara kita tidak ada yang benar-benar menjalankan persahabatan ini" penyataan Lea membuat Rara semakin merinding.

Rara meninggalkan Lea yang kembali melamun dan menghampiri sahabatnya yang lainnya yang sedang mengelilingi api unggun.

Tidak ada yang tau apa Lea lihat. Sebuah bayangan putih yang menunjukkan semua kebusukan sahabatnya, layak film yang diputar.

'Sahabatmuu tidaak peduli dengan mu, Lea.'

Bisikan yang ntah dari mana itu membuat Lea semakin tidak percaya apa yang telah terjadi setiap tahun bersama mereka.

'Ikutlah bersamakuuu. Kamuu akan bahagiaa dii sanaa'

Bisikan itu kembali Lea mendengarnya. Lea merasakan sebuah tangan memegang pundaknya, seram namun nyaman.

"LEA!" Teriakan dari Aliya membuat Lea sadar dari semua bayanganya yang menghatuinya. Ntah apa yang ia lakukan sampai duduk jauh dari sahabatnya.

"Lo ngapain disini? Gk kedinginan?" Pertanyaan Aliya membuat ia tersenyum, sahabatnya masih perhatian dengan dirinya.

Lea mengangguk dan berjalan kearah api unggun disusul oleh Aliya dibelakangnya.

Mereka semua bingung, bagaimana mereka tidur di dalam hutan yang seram dan bagaimana cara keluar dari hutan ini.

Beruntung Lea membawa selimutnya karena itu sedikit membantu sahabat-sahabatnya untuk tidur dan sedikit lega.

Selang berapa jam, kedelapan sahabat itu tertidur pulas di selimut milik Lea dan batu besar menjadi bantal. Kecuali Lea yang masih memandang api unggun yang sudah sedikit demi sedikit mengecil.

'Leaaaaa'

Suara itu lagi! Lea menoleh kearah kiri dan kanan mencari sumber suara yang menganggunya dari awal ia dan sahabatnya terdampar di pulau ini. Iya, dari awal Lea sudah merasakan tidak enak dengan pulau ini dan apa lagi hutannya. Dan itu terjadi sekarang.

Lea mengerjapkan matanya saat melihat bayangan putih itu lagi. Kali ini tergambar sosok Risma dan Jack, sungguh seperti film yang diputar.

"Gue yakin banget jack! Lea bakal ke Cafe. So kalau lo liat di udah masuk ke cafe, lakuin apapun hal romantis ke gue." Ucap Risma dengan nada licik.

Jadi Risma mengetahui bahwa ia akan ke Cafe, dan Risma sudah merencanakan ini semua?.

"Maksud lo apa sih? Lea sahabat lo, Ris? Okey gue Playboy tapi gk gini juga. Gue emang gk cinta sama Lea tapi gue masih punya hati untuk menduakan Lea dengan saha-"Ucapan Jack terhenti karena jari telunjuk manis Risma yang berada di bibirnya. "Lea dateng! Gue gk peduli dengan Lea. Mau dia sahabat gue mau di saudara gue, gue gk peduli."

Fake Friend'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang