Chapter 01 - Best Friend (?)

565 12 7
                                    

Kelompok atau sering disebut geng, itu bukan tipe kami. Kami bersatu, karena persahabatan kami. Kami bersama, karena kami memerlukan satu sama lain. Lea berharap bahwa di antara sahabat-sahabatnya tidak ada yang berkhianat. Karena Lea sudah menganggap mereka saudaranya, dimana mereka selalu setia mendengar curcolannya.

Kami dapat bersatu, karena kami sama. Sama-sama memerlukan satu sama lain. Lea membutuhkan mereka, mereka membutuhkan Lea. Mungkin. Walaupun Lea tidak begitu tau sifat-sifat mereka, tapi bersama mereka membuat Lea merasa nyaman dan terlindungi.

Hari ini Lea berangkat kesekolah bersama pacarnya, Jack. Lea bersiap- siap dan memakan sarapannya dengan cepat. Ia tidak mau jika Jack menunggunya lama. Lea dengan semangat menyalimi orang tuanya dan keluar dan sudah terdapat mobil Jack dan Jack yang bersandar di mobilnya sambil menelfon seseorang.

'Iya sayang. Iya nih lagi jemput Lea'

Sayang? Lea yang tak sengaja mendengarnya membuat dirinya seperti ditusuk oleh beribu-beribu jarum. Siapa orang yang sedang menelfon Jack?.

'iya baby. Sampai jumpa'

Lea yang berada dibelakang Jack membuat Jack tersadar. Jack terlihat kaget dan gugup. Sedangkan Lea berusaha tenang dan tersenyum, "Siapa yang kamu telfon? Pacar kedua kamu? Atau pacar ke satu kamu?" ntah kata-kata yang kurang ajar dari mana, tetapi Lea hanya mengeluarkan pertanyaan yang sudah ingin dia keluarkan sejak tadi.

Jack yang terlihat bertambah gugup pun tidak dapat menjawab dengan tenang, "Oh itu, itu... itu... adik aku... iya adik aku. Biasa lah aku dan adikku memang seperti ini karena kata mama biar harmonis aja."

Lea yang sudah capek memandang mata Jack untuk mencari kejujuran pun tidak berniat membalasnya dan masuk ke dalam mobil Jack untuk berangkat ke sekolah.

-FAKE FRIEND'S-

Setelah bertengkar kecil dengan Jack, akhirnya dirinya yang mengalah. Lea paling malas bertengkar. Oleh karena itu, Lea berusaha untuk tidak mencari masalah dengan orang-orang lain.

Karena meresa hatinya kacau, sepertinya ia harus curhat kepada sahabat-sahabatnya. Di antara sahabatnya yang sering curhat itu hanya Lea, yang lain hanya mendengar dan mengasih saran  'Sabar ya. Kamu pasti bisa' sambil memainkan handphone mereka masing-masing. Walaupun itu bukan solusi Lea tetap bahagia bisa mengeluarkan unek-uneknya ke sahabatnya.

Lea membuka pintu ruangan dengan perlahan-lahan. Ruangan ini dulunya tempat anak Cheerleaders berlatihan. Karena ketidak sopanan mereka, mereka akhirnya dibubarkan oleh kepala sekolah. Dan menjadi ruang perkumpulan kita. Aku mendapatkan sahabat-sahabatku sedang duduk di kursi sambil memainkan handphone mereka masing-masing.

Lea berjalan ke arah mereka dengan memasang muka males, "Sebel! Sebel! Sebel!" alhasil mambuat aktivitas para sahabatnya terhenti menatap Lea dengan penuh tanda tanya. Karena Lea tau mereka bingung akhirnya Lea menceritakan kejadian tadi pagi bersama Jack. Lea menceritannya dengan penuh emosi. Tanpa sadar ada yang terseyum bangga karena mengetahui Lea dan Jack berantem. Tidak ada yang mengetahui karena pada sibuk dengan alat electronic sialan tersebut.

Tapi ketika Lea selesai bercerita sahabatnya yang lain langsung menurunkan Handphone mereka dan menatap Lea dengan muka yang mereka pasang menjadi melas. Intan yang biasa menenangkan Lea pun mengelus punggung Lea, "Sabar ya Lea, kamu pasti bisa". Kata kata tersebut sudah basi. Tatapi masih membuat Lea nyaman.

Bel masuk kelas berbunyi dengan kencang. Membuat semua sahabat yang lagi kumpul ini harus meninggalkan ruangan ini dan menuju ke kelas mereka masing-masing.

Suatu fakta terungkap, Lea dan ke-8 sahabatnya berbeda kelas. Lea memasuki kelas IPS-1 dan teman lainnya memasuki kelas IPS-2 dan IPA-2. Di antara ke-9 sahabat ini memang Lea lah yang paling unggul. Tapi tidak membuat Lea bersifat sok pintar depan sahabatnya, ia menghargai keprestasian teman-temannya.

-FAKE FRIEND'S-

Hari ini Lea pulang tidak seperti biasanya. Yang biasanya pulang dengan sahabatnya tapi kini sahabatnya memiliki kesibukan masing-masing dan Lea tidak ingin mengganggu aktivitas mereka.

Lea yang bosan dengan rumah yang pastinya sepi, karena orang tuanya kerja. Ia pun langsung meniatkan untuk bersantai sebentar di Café dekat sekolahnya. Dengan bersenandung mengikuti lantunan lagu Lea berjalan menuju ke Café.

Sesampai di Café seorang pelayan menyambut kedatangannya dengan memberikan senyum manisnya dan mengucapkan 'Selamat datang'. Lea memandang sekeliling Café yang dipenuhi oleh remaja remaja seumurannya. Tapi kedua mata coklat Lea menatap pemandangan yang tidak seharusnya ia lihat. Karena hatinya sudah seperti dihancurkan dengan kapak yang sangat tajam. Bagaimana tidak, disebuah Café yang ramai pengunjung mereka sempat-sempatnya bercumbu dengan tanpa malunya. Dan yang lebih parahnya yang melakukan kegitan maksiat itu adalah Jack kekasihnya dan Risma sahabatnya.

Lea kira persahabatnya tidak aka nada yang menusuk dari belakang. Ia benci dengan yang namanya nusuk dari belakang, dan berharap dalam bersahabatnya tidak ada yang nusuk sahabatnya begitu saja. Tapi kebencian itu terjadi. Risma, sahabatnya menusuknya dari belakang dengan cara merebut Jack darinya.

Dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya, Lea keluar Café dan pulang kerumah. Mungkin ia akan bertanya secara halus besok kepada Risma, ah tidak mungkin secara halus.

Sedangkan dilain pihak, Risma melihat Lea yang melihat dirinya berciuman mesra dengan kekasih Lea yang suatu saat nanti ia akan rebut dan membuat Lea terpuruk. Risma tersenyum bangga.

To be continue....

Hallo guys :). Ini cerita yang aku karang sejak dulu banget *I mean beberapa bulan yang lalu*, biar gk mubazir yaudah share wae :v. I hope you like this, and give me Vote, share, and comment untuk mendukung penulis Indonesia!

Thank you, muach :*

Fake Friend'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang