Chapter 08 - Bertemu lagi?

105 5 4
                                    

Perjalanan mereka untuk mencari jalan keluar tak kunjung berhasil. Hutan ini seakan luas sekali. Bagaikan bola yang tidak ada sudut akhir.

Lea, Mutiara, dan Rara kelelahan berjalan. Walaupun hanya berjalan, tapi itu tetap membuat mereka capek. Selama di perjalanan mereka tidak bertemu yang lain. Mendengar suara mereka saja tidak.

"Terus kita gimana, Le?" Keluhan yang keluat dari mulut Rara membuat Lea berfikir keras. Fikirannya sudah terbelah banyak. Dirinya sudah seperti mau memasukin kategori orang stress.

Mutiara lelah akan drama yang sedang di buat oleh tuhan. Tapi ia merasa bersyukur, karena ia bisa mengetahui sifat busuk para sahabatnya. "Apa kita udah berakhir sampai disini ya Le?" Ucapan Mutiara membuat Lea menoleh kearahnya, "Seknario tuhan tidak ada yang tau Muti. Mungkin kita emang gk bisa keluar dari sini. Atau akan suatu keajaiban yang membuat kita keluar dan kembali bersama-sama."

"Eh kita bertemu lagi" suara yang berasal dari belakang Lea membuat semuanya menoleh kesumber suara tersebut. Lea merasa dejavu akan wanita paruh baya itu. Ia merasa kenal, tetapi lupa kapan ia kenal wanita ini.

"Kalian masih tersesat? Belom nemuin jalan keluar hutan?" Pertanyaan itu mereka jawab dengan menggelang. Wanita paruh baya tertawa meremehkan mereka. "Ternyata persahabatan kalian lemah. Yaudah ikut gue aja. Cepatan".

Mereka mengikuti wanita dengan rasa takut yang menjelajar ditubuh mereka.

Disisi lain. Risma, Salsa, dan Dahlia mengucapkan sumpah serapah terhadap tindakan Lea yang membuat mereka sesat.

"Sumpah! Bangsat banget Lea. Ngebuat kita sesat kayak begini!"

"Lain kali gk usah ikut apa kata dia aja! Sesat! Terus gk bertanggung jawab lagi!"

"Gue gk nyangka Lea sebusuk itu!"

"Menyumpahi sahabat sendiri. Bangga sekali" suara yang bukan berasal dari mulut mereka membuat menoleh dengan rasa takut yang menjelajar.

Dibelakang mereka terdapat wanita paruh bawa dengan membawa kapak, dan baju seperti orang pedalaman.

Mereka tidak tau jika dipulau ini masih ada orang yang tinggal. Iya, wanita paruh baya itu. Itu membuktikan bahwa disini masih ada pedesaan yang termasuk orang kategori orang pedalaman.

"Tante ini, udah lama tinggal disini?" Tanya Salsa. Wanita itu hanya tersenyum pahit, seperti ada sebuah rahasia pahit yang di sembunyikan olehnya. "Sekitar 25 tahun disini. Kalian tersesat?" Pertanyaan itu mereka jawab dengan anggukan, "yaudah. Menginaplah di rumah tante"

Mereka pun mengikuti wanita itu dengan perasaan yang lega, karena mereka berhasil menemukan warga desa yang tinggal disini. Siapa tau, dapat membantu mereka untuk keluar dari sini.

Dan di tempat lain pula. Intan, Indah, dan Aliya kebingungan. Mereka tidak mengerti hutan sama sekali. Ingin kembali ke Lea, tetapi mereka sudah tersesat. Keegoisan mereka membuat mereka semakin tersesat.

"HUAAA!! Aku mau balik ke Lea! Jadi hutan kok serem banget sih" ucapan Intan membuat gemas dan ingin di gampar saja bila perlu. Aliya menjitak sahabatnya, "Hutan emang serem dodol. Apa lagi lo punya trauma. Keseremannya semakin menjadi" ntah dari mana dirinya menemukan dan membuat persahabatan ini berkumpul dengan orang-orang yang gila. Dirinya mengakui, terkadang ia suka gila.

"Jangan nangis adek manis." Intan kaget dan merona dalam sekaligus. Kaget akan suara itu, dan merona karena dibilang adek manis. Dia emang manis tetapi tidak ada yang mengakui.

Mereka menoleh dan mendapatkan wanita yang masih terlihat muda dan cantik dengan pakaian orang pedalaman. "Siapa kamu?" Ucap Aliya dengan berusaha tenang. Ia takut wanita makhluk halus yang menggentayangi mereka. Kan tidak lucu jika urusannya begini. 

Fake Friend'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang