Chapter 05 - Terdampar?

128 5 4
                                    

Cahaya matahari yang terik dan bunyi ombak yang begitu terdengar jelas membuat seorang gadis bangun dari bunga tidurnya atau lebih tepat pingsan.

Iya, seorang gadis itu adalah Lea. Dengan baju yang sudah kering tetapi kotor dikarenakan pasir, rambut yang berantakan dan bahkan mukanya juga ikut berantakan(?).

Lea mengumpulkan nyawanya walaupun ia merasa denyutan di kepalanya semakin menjadi saat ia duduk. Lea menetralkan pandangannya mencoba menyesuaikan mata dengan cahaya matahari yang terik.

Yang pertama kali Lea lihat hanyalah air, langit yang biru, pasir, dan matahari yang menyinari bumi. Lea terkejut bukan main, ia teringat bahwa kemarin malam saat sedang liburan bersama sahabatnya terjadi badai yang membuat kapal linglung dan menabrak batu besar dan itu lah membuat mereka semua jatuh ke laut.

Oiya! Dimana sahabatnya?

Lea menoleh ke arah kiri dan kanan. Syukur, karena sahabatnya juga masih bersamanya dan masih dengan keadaan tertidur. Sepertinya mereka berada di pulau yang terpencil, karena di kanan dan kiri hanya terdapar laut dan pasir. Sedangkan dibelakang? Hutan.

Lea mengerutkan keningnya, sepertinya ada seorang lagi yang tidak berada disini. Jhon!. Kemana pria itu!.

Lea merangkak karena kakinya terasa lemas untuk jalan. Ia merangkak ke arah sahabatnya, Rara. Rara terlihat pucat sekali dengan hidung yang berdarah tetapi sepertinya telah kering.

Lea merangkak lagi, kali ini ia menuju tasnya yang berserakan di juga di atas pasir bersama tas sahabatnya. Lea mengecek apa saja yang berada di dalam tasnya. Lea menemukan mangkuk besi dan Lea segera berusaha berdiri dan mengambil air dari laut untuk membangunkan sahabatnya, terutama Rara.

Dengan menyiprat air ke muka sahabatnya satu persatu, akhirnya mereka bangun dengan keadaan sama seperti Lea saat bangun tadi.

"Kita dimana!"

"Sepertinya kita lagi dipulau terpencil deh"

"WHAT! Dimananya?"

"Kalau kemarin kita hampir mendekati Australia, maka tidak salah lagi kalau kita deket-deket sama negara Australia."

"WHAT! Terus cara kita balik ke Jakarta gimana?"

"Tenang napa!"

"Gini nih malesnya gue jalan-jalan. Pasti kayak gini atau lebih parah. Kakau kita gk bisa balik gimana! Mau ampe nenek-nenek disini!"

Lea panas mendengar argumen dari Risma yang males jalan-jalan. Itu sama saja ada pesan tersirat bahwa Risma tidak menyukai berliburan bersama kami -sahabatnya-.

"Yaudah sih, kita bikin sesuatu yang membuat helikopter atau semacamnya sadar kalau kita tersesat dan butuh bantuan" ide cemerlah dari Alisa sangat bermanfaat untuk kali ini. Biasanya orang-orang yang tersesat dipulau akan memberi suatu bendera di pinggir pantai untuk menyadarkan bahwa mereka tersesat.

Ke-sembilan sahabat ini mulai mencari sesuatu yang cocok untuk dijadikan bendera, ntah itu baju atau kain lainnya yang akan terlihat dari kejauhan.

"Gue ada baju warna kuning nih! Kira kira keliatan gk?" Argumen pertama dari Mutiara dijawab dengan gelengan kepala dari sahabatnya. Yap, pertama jika Mutiara mengorbankan bajunya ia tidak akan memiliki baju ganti lagi.

"Aku ada baju warna merah, Masih ada lagi kok baju salinan!" Argumen dari Rara juga ditolak. Karena bajunya terlalu kecil, mana bisa mereka melihat bendera tersebut diketinggian.

"Aku ada Handuk nih! Warnah merah!" Argumen ke tiga dari Alisa disetujui oleh yang lain.

Buru-buru mereka mencari tongkat atau batang pohon yang dapat digunakan menjadi tongkat. Setelah mereka mendapatkan tongkat tersebut mereka mengikat handuk milik Alisa yang besar itu ke tongkat.

Fake Friend'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang