s a t e • k e l i n c i

63 22 8
                                    

🐰

"Makan sate kelinci yuk?"

"Dalam rangka apa nih?"

"Dalam rangka dua bulan PDKT-in kamu!"

Ia memukul lenganku pelan
sambil terbahak.
Aku tahu ia tidak akan menolak
ajakan makan sate kelinci.

Tawa renyahnya selalu berhasil
membuatku jatuh cinta, lagi dan lagi.

Pukul enam sore
kami sudah duduk bersisian
di sebuah rumah makan sate kelinci.

"Sel, aku mau ngomong penting."

Sella menoleh.
Pasti ia mengira aku akan
menyatakan cinta!

"Ngomong aja, lah."

"Aku bakal kuliah di Aussie."

Setusuk sate kelinci yang masih utuh
meluncur turun dari tangannya,
mendarat sempurna di lantai.
Ia tampak sangat terkejut.

Matanya mulai berkaca-kaca.
Shit! Jangan sampai nangis!

"Terus maksud kamu selama ini apa?"

"Maksud aku apanya?"

"Ngapain deketin aku
kalo bakal ninggalin aku?
Cuma pengen PHP-in doang?"

Aku diam saja.
Pipinya sudah basah oleh air mata.
Aduh, kok jadi begini.

"Ver, jawab!"
Ia menatapku penuh amarah.

Kutangkupkan tanganku ke pipi bulatnya.
Perlahan kuusap air matanya.

"Jangan nangis dong, Sel.
Aku bercanda doang."

Sella tampak tidak senang
mendengar pernyataanku.
"Bercanda? Ga bisa yang lebih lucu?"

Aku meringis.
"Ngetes aja, kamu gimana ke aku.
Biar aku yakin
kalo bentar lagi aku nembak
ga bakal kamu tolak."

Sella menampar pipiku.
"Kamu brengsek!
Tapi aku sayang, tau!"

Kami berpelukan,
disaksikan oleh tiga puluh tusuk
sate kelinci.

🐰

AppetizerWhere stories live. Discover now