I'll be There For You
Aku tak akan pernah pergi
Aku tak akan meninggalkanmu sendiri
Saat Veela bangun pagi itu, ia sudah berada di atas tempat tidurnya. Ia bahkan takjub mendapati dirinya bisa tertidur semalam. Memang, dengan Ryo berada di sampingnya dan menggenggam tangannya, Veela merasa begitu nyaman. Tapi sampai dia tertidur...
Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Veela duduk.
"Ya?" Veela menyahut dari dalam.
"Disuruh Nenek bangunin lo buat sarapan. Lagian katanya lo pagi ini mau keluar ama temen-temen lo," suara menyebalkan terdengar dari luar kamarnya.
Veela mendengus kasar.
"Iya, iya, gue mandi dulu abis itu turun," kata Veela dengan sedikit kesal seraya menyeret tubuhnya turun dari tempat tidurnya.
Apa semalam Ryo yang memindahkannya ke kamar? Dan apa Ryo sudah pulang? Yah, nanti Veela bisa bertanya pada Ryo, itupun kalau cowok itu masih ada di sini. Tapi jika tidak... yah, mungkin dia akan bertanya pada Vano. Veela mendadak merasa konyol karena kecewa memikirkan Ryo sudah pulang.
Ia bahkan belum sempat berterima kasih pada cowok itu.
Veela mendesah berat seraya masuk ke kamar mandi. Dalam tiga puluh menit, ia sudah siap dengan kaus putih bertuliskan 'Love Me?', yang ditutup dengan kemeja lengan panjang motif kotak berwarna merah dan hitam. Ini hadiah yang dibelikan neneknya beberapa hari lalu. Veela memang berencana memakainya hari ini.
Saat Veela menuruni tangga, senyumnya tanpa sadar merekah demi melihat Ryo duduk di sofa ruang tamu dengan Vano, tampak sedang membicarakan sesuatu. Tapi begitu Veela tiba di bawah, senyumnya lenyap berganti ekspresi kaget sekaligus malu saat melihat Ryo memakai kaus putih dengan model tulisan sama dengan tulisan di kaus Veela, tapi tulisan di kaus Ryo itu adalah, 'Always'. Dan sama seperti Veela, cowok itu juga memakai kemeja sewarna, semotif, dengan kemeja Veela di atas kausnya.
Gelak Vano kemudian membawa wajah Veela terasa panas.
"Sorry to say, Twin, tapi ini kalian berdua udah kayak anak TK yang mau berangkat sekolah," ledek Vano ditengah gelak tawanya.
Veela kontan melotot kesal pada adik kembarnya itu.
"Bukan salah gue. Nenek yang bilang ke gue buat minjemin baju ganti buat Ryo. Dan gue nggak enak dong, ngasih kaus bekas gue. Ya udah, gue kasih aja itu, yang masih baru. Kata Nenek juga nggak pa-pa, kok. Tapi... yah, siapa yang tau lo juga make baju itu hari ini," terang Vano, sebelum ia kembali terbahak dan meninggalkan ruang tamu untuk pergi ke ruang makan.
Veela memejamkan mata, berusaha menenangkan diri, sekaligus meredam malunya. Sekarang apa?
"Yuk, Veel, udah ditungguin nenek lo di ruang makan tadi," Ryo tiba-tiba berkata.
Veela perlahan membuka matanya, menggigit bibir cemas, khawatir dengan reaksi cowok itu, tapi cowok itu justru tersenyum.
"Gue suka tulisannya. Pas banget ama yang mau gue omongin ke elo," ucap cowok itu, membuat wajah Veela kembali terasa panas.
Veela berdehem. "Gue... itu, semalem elo yang mindahin gue ke kamar?" tanyanya.
Ryo mengangguk. "Abis tengah malam itu, mereka pada pergi sendiri-sendiri. Kata Indra, aura lo udah nggak asyik lagi." Ryo bahkan masih bisa tersenyum geli. "Syukur deh, sekarang lo udah punya kekuatan pelindung sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Over The Dream (End)
Teen FictionBagi Veela, impian adalah hal yang harus dia perjuangkan. Namun tidak begitu bagi Ryo, yang berpendapat bahwa hidup ini bukanlah hanya tentang impian. Sama seperti Veela mencintai jurnalistik, Ryo juga mencintai basket. Tapi keduanya mengambil kepu...