seventh nightmare

762 132 9
                                    

Luke terkaget dengan jawaban sang gadis itu,

Apa yang ia katakanya? Rumah?. Batin Luke berkata.

Dengan semua bertemakan merah bak warna darah segar dan kegelapan yang baru saja keluar dari tubuh apakah pantas disebut dengan rumah?

Luke menggelengkan kepalanya dan melangkah mundur, sang gadis hanya menatap Luke dengan bingung.

"Ada apa?"

Ucapan sang gadis membuat Luke terkaget. Makhluk apa ini sebenarnya?

"Wha – what was that? Where is this place? What is this place?" Kata – kata Luke sukses membuat sang gadis tersenyum ke arah Luke.

Luke memandang gadis itu dengan perasaan takut, senyumnya terlihat mengerikanlah yang membuatnya takut.

"Ini adalah rumahku," jawab sang gadis itu singkat.

Luke tidak mengerti, lebih tepatnya tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengannya.

"Sebenarnya, kau itu apa?" tanya Luke jujur.

Luke hanya ingin tahu,

Siapa dia sebenarnya,

Atau lebih tepatnya,

Apa dia sebenarnya.

Sang gadis hanya tersenyum kepada Luke. Dan, bibirnya seperti menyembunyikan sesuatu tetapi misteri dan jawaban yang menolak untuk mengatakan kepadanya, kepada Luke.

"This is home? Is this – hell or something? Are you... are some sort of demon?" lanjut Luke dengan nada sedikit frustasi.

Tentu saja Luke frustasi, dia tidak tahu dia dimana, dan dia bertemu dengan gadis didalam mimpinya yang menjadi kenyataan? Ini gila. Semua terlihat gila.

Namun, sang gadis kembali mencetak senyum diwajahnya, "Why be a demon, when you can be a god?"

Luke bisa melihat tinta hitam yang ada dimata sang gadis seperti mereka melakukannya setiap waktu didalam mimpi Luke dan Luke bisa mulai merasakan getaran dalam ketakutan.

Luke seharusnya tidak harus bergenggaman tangan dengannya, Luke tidak harus percaya dengannya, luke seharusnya tidak bertindak bodoh karena mengiyakan tawarannya.

Dia benar – benar bodoh.

Luke hanya mencari jalan untuk pulang ke rumah, ingin bangun dari semua ini dan mengatakan semua ini tidak nyata.

Bagi Luke, ini semua hanya mimpi.

Hanya mimpi.

Namun, ini bukanlah mimpi indah yang selalu ia bayangkan dengan bumbu keajaiban diatasnya.

Melainkan ini adalah mimpi buruk.

It was a nightmare.

Luke melepaskan genggamannya dari sang gadis dan menatap sang gadis takut, lebih takut dari sebelumnya. Gadis itu menatap Luke dalam. tanpa tatapan hitamnya sudah mulai memudar.

"Aku tak akan menyakitimu."

Luke tahu bahwa ia berbohong karena ia sudah memakan bibir Luke dan suara Luke sebelum Luke tahu, sang gadis menginginkan itu dan jika benar gadis itu tak menyakiti Luke, pasti gadis itu akan menakuti Luke.

Dan, Luke tidak percaya bahwa sekarang ini benar – benar terjadi.

Dialah mimpi Luke yang paling – paling buruk.


***


Luke benar – benar tidak menginginkan ini semua,

Luke tidak bisa berlari karena tidak ada satu tempat pun untuk pergi atau kabur dari tempat itu.

Sang gadis yang berada disebelah Luke hanya memandang lurus kedepan tanpa berkedip. Tak lupa menggengam tangan Luke erat walaupun Luke berusaha melepaskan tangannya. Dan, jika Luke sudah bangun dan kembali pulang ke rumah, gadis itu akan mengatakan bahwa mungkin saja ia peduli terhadap Luke.

Langit yang masih berwarna abu – abu bercampur hitam seperti petanda bencana akan datang itu pun masih mereka pandangi. Yang tentu saja Luke tidak sedang dirumah atau –tempat favoritnya– dikamar, dan Luke tidak bangun dan gadis itu bukanlah manusia.

Mata Luke memancarkan keraguan, mencoba untuk memahami gadis yang ada disebelahnya. Ingin sekali rasanya Luke keluar, namun tak bisa.

"Amelia."

Luke menoleh ke arah sang gadis dengan tatapan bingung, "I'm sorry, what?"

Gadis itu menoleh ke arah Luke, kepalanya sedikit dicondongkan agar lebih dekat.

"Amelia. Itu namaku, namaku adalah Amelia."

Luke hampir saja tertawa atas kebodohan ini semua – ini sangat simple, normal, nama biasa yang sering dia dengar.

"Baiklah. Amelia, bisakah kau membawaku pulang sekarang?"

Luke mencoba mengumpulkan keberaniannya sekarang, kedua lututnya saling bertabrakan. Luke tidak bisa mengkontrol semua ketakutannya.

"This is home."

Dan, perkataannya hampir membuat hati Luke tergores ribuan jarum –ini bukan rumahnya, rumahnya berisikan keluarga dan teman. Ini tempat yang tidak menyenangkan ini bukan rumah– tapi Luke berusaha untuk tidak percaya dengan ucapan Amelia.

"Ini adalah rumahmu. Aku mau pergi. Pergi ke rumahku."

Amelia melihat ke arah Luke, alis matanya sedikit merajut bersamaan dengan perasaan, bukan ketika dia memberikan hati Luke dan hidup didalam kegelapan.

"Stay." suaranya hampir seperti permohonan.

Tentu saja Luke tidak bisa tinggal. Luke butuh pulang ke rumah dan Luke tidak ingin berada didalam kegelapan seperti apa yang Amelia lakukan. Luke tidak ingin bersama Amelia kalau keadaannya seperti ini.

Mata Amelia melihat ke arah Luke. mata dengan sorotan memohon.

"Please, don't be afraid."

Dia mengambil tangan Luke secara hati – hati sekali dan tangannya sangat dingin seperti es yang tidak bisa Luke hindari. Luke membiarkan tangannya yang terasa mulai panas bersentuhan dengan tangan sedingin es. Luke benar – benar takut saat ini.

Amelia mulai mensejajarkan tingginya dan berbisik tepat ditelinga Luke dan Luke merasakan nafas yang sangat dingin memasuki telinganya. Luke mulai memejamkan matanya. Takut.

"Please Luke, don't be afraid."








***

ku hanya ingin memberi kabar bahwa kulit manggis udah gaada ekstraknya.apasi

jan lupa vomments kuy.


lope, lutpi.

Nightmare ✧ Hemmings [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang