The New Rival

131 16 2
                                    

Tap tap tap

Langkah kaki itu menggema di seluruh koridor. Berpuluh pasang mata melihatnya kagum,takjub. Kaum hawa merapat melihatnya. Laki laki yang merasa dilihati itu hanya cuek. Berjalan lurus tanpa jeda. Mata sipit, kulit sawo matang, senyum simpul wajah oriental Indonesia itu terasa sangat indah dilihat mata.

"Ba...Baja Andreas!" Teriak salah satu perempuan, lalu disusul oleh jeritan teman temannya.

Iya, dia adalah Baja Andreas. Seorang penyanyi terkenal. Ia sudah mulai dikenal dari kecil menjadi penyanyi cilik. Dan disinilah dia sekarang,laki laki yang sudah tumbuh menjadi anak kelas 2 SMA. Suaranya yang berwibawa dan lembut berhasil membuat hati para wanita meleleh. Tidak hanya kaum wanita,penggemar prianya tak kalah banyak.

Ah,penggemar, batin Baja. Ia berjalan menuju ruang tata usaha untuk mengumpulkan data siswa. Setiap kali ia berjalan, semua mata takjub, tak terkecuali guru. Baja tersenyum simpul. Sudah terbiasa baginya diperhatikan seperti ini.

BUG!

Tabrakan keras itu membuat buku buku tebal berserakan. Gadis yang menabrak tubuh Baja langsung mengambil buku buku tebalnya. Baja masih sempoyongan. Ia mengelus dadanya kesakitan. Ia melihat gadis di depannya sibuk membereskan buku.

Setelah asik membereskan bukunya,gadis itu bediri. Ia membetulkan kacamatnya yang miring. Sejenak ia melihat wajah Baja.

"Sori,"katanya singkat dan langsung berlalu. Oke, ini pengalaman pertama Baja, biasanya, cewek yang menabraknya akan segera minta maaf atau berteriak histeris. Dan ini? Hanya berkata sori dan langsung pergi.

Baja tak menggubris, ia langsung melanjutkan perjalanannya. Sesekali menegok kebelakang, melihat siluet punggung gadis itu yang berangsur menghilang.

-

"Sori gue telat!" Bunga membenarkan kacamatanya. Sekarang,ia sudah acak acakan. Sedangkan teman temannya yang sudah ada di dalam ruangan fotografi melihatnya jutek.

"Pliiiis jangan marah dong! Tadi malem gue belajar buat ulangan fisika! Gue tidur baru jam 2 pagi. Dan tadi nyampe nabrak orang lagi." Keluh Bunga. Ia masuk ke dalam ruangan dan bersandar pada kursi. Ia memijat kepalanya. Ia masih mengantuk, dan ia harus ada kumpulan fotografi pagi pagi.

"Yaelah, belajar mulu lo! Pameran 5 bulan lagi!" Faris menambahkan. Dia emang yang paling cerewet. Faris yang menjabat sebagai wakil ketua dari ekstrakulikuler ini memang sangat posesif. Jika ada yang ngaret sedikitpun, dia angkat biacara. Mengalahkan Bunga yang sendiri adalah ketuanya.

"Iye Ris, maaf. Gak lagi lagi." Bunga memutar bola matanya. Faris segera duduk di kursinya, dan bersedekap.

"Yaudah?terus gimana? Gedung? Biaya? Undangan?," kamila mendekati Bunga. Ia memberikan buku laporan yang akan digunakan untul pameran mendatang.

"Oke oke, gini. Gedung udah gue cari,biaya juga udah cukup. Kalau undangan, gue masih bingung bentuknya gimana." Bunga menulis hal hal yang ia ucapkan kedalam buku laporan. Lalu ia berdiri dan mengambil spidol lalu mulai menulis di papan tulis.

"Jadi ki..."

"OH MY GOD!" teriakan melengking itu belasal dari Risa. Ia memekik sambil melihat layar hpnya. Semua melihatnya bingung,termasuk Bunga. Risa menutup mulutnya dan melihat teman temannya yang sekarang menatapnya curiga.

"Ba.. baja.. Baja Andreas pindah ke sekolah kita!" Teriaknya sambil menunjukkan layar handphonenya. Sentak semuanya berebut melihat hp Risa, dan disitu jelas terpampang artikel tentang Baja Andreas dan foto sekolah mereka.

"Baja Andreas pindah ke SMA Penabur?!" Baca Kamila sambil melihat layar hp. Semuanya langsung berbisik bisik. Sedangkan Bunga yang sedari tadi ingin menulis merasa terganggu. Bunga merebut hp dari tangan Kamlia dan menaruhnya di sakunya.

"Hp gue" Risa mendesis.

"Kalian tu ngapain sih? Siapa itu baja baja siapa? Baja Anweas atau apalah itu. Emang dia siapa?" Bunga berkacak pinggang. Ia mendesah dan kembali mengambil spidolnya.

"Lo gak tau Baja Andreas? Sumpahan lo,nga!" Jordan membelalak. Ia mengira seorang Bunga tinggal di batu sampai tidak mengenal seorang Baja Andreas.

"Dia itu penyanyi terkenal. Terkenal banget. Masa lo gak tau?" Faris menaikkan alisnya.

"Eh, peduli banget gue kenal Baja Andreas. Emang dia presiden apa harus banget gue tau dia detail. Udah ni hp lo, Risa, Gue pegang. Kita bahas pameran dulu. Urusan lain entar aja." Bunga mulai menulis di papan tulis. Teman temannya langsung mendesah tak senang.

-

"Baja... gu..gue boleh minta tanda tangan lo gak?" Kata perempuan itu mendayu. Pelan pelan ia menyodorkan buku tulisnya ke Baja. Baja yang melihatnya hanya tersenyum dan memberikan tanda tangannya. Lalu perempuan itu tersenyum senang sambil menatap baja. Perlahan ia pergi masih dengan senyum yang sama.

Di kantin terjadi meet and greet dadakan. Semua murid langsung ngantri hanya untuk minta tanda tangan Baja. Ada yang membawa buku tulis sampai yang membawa helm mereka.

Bunga yang sendiri di kelas kebingungan. Padahal bel masuk sudah 3 menit yang lalu. Dan kelasnya masih sepi.

"Ini pada kemana sih?" Bunga melihat jam tangannya. Rasa penasarannya sudah sampai puncak. Ia bediri dan berlari ke kantin. Betapa terkejutnya dia melihat antrian yang panjang. Ternyata semua teman teman kelasnya pada mengantri. Ia melihat Baja duduk di kursi yang sedang meladeni fans fansnya.

Ini pasti si artis enggak jelas, batin Bunga. Ia berlari menuju pusat keramaian,Baja.

"WOY! kalian denger bel masuk gak sih? Udah dari 5 menit yang lalu dan kalian masih disini? Bubar bubar!" Teriak Bunga pada rombongan penunggu tanda tangan. Tidak ada yang berani melawannya. Semuanya bubar sambil berbisik bisik tidak senang.

Sempat Bunga berjalan balik ke kelas, tangganya ditarik. Ia melihat kebelakang dan menemukan Baja sedang memegang tangannya. Bunga menangkis pegangan itu dan maju beberapa langkah.

"Lo ngapain megang megang tangan gue?" Kata Bunga dingin.

"Lo yang apa apaan ngebubarin fans fans gue yang mau minta tanda tangan!" Baja menjawab tak kalah dingin. Keduanya saling menatap tajam. Aura gelap menyelimuti Bunga dan Baja.

"Oh,lo artis itu! Permisi ya, lo boleh aja ngadain sesi tanda tangan enggak jelas lo itu. Tapi liat! Udah jam masuk,jadi pikir dulu. Udah,gue mau ke kelas. Sekali lagi lo megang tangan gue, habis lo!" Bunga segera berbalik dan meninggalkan Baja. Rahang Baja mengeras. Tidak pernah ia merasa di remehkan seperti ini.

"Dasar cewek galak! Serem lo layak genderuwo! Ngatur ngatur gak jelas," teriakan Baja berhasil membuat langkah Bunga berhenti. Bunga menengok dan melihat Baja yang masih berdiri di tempat. Ia melihat wajah Baja yang tersenyum puas. Benci benci dan benci,itu yang ada di pikiran Bunga. Dengan penuh rasa amarah,Bunga kembali berlari ke kelas.

-

"Dasar cewek hulk" - B

"Dasar artis goblok" -B

-----

Aye aye aye. Cerita baruu

Sorii, cerita yang lama emang aku hapus. Karena itu berantakan banget. Dan sekarang bikin cerita baru dan inilah, ya dijamin jauh lebih rapi dan nyambung wkwkwkwk (maaf penulis amatir)

Semoga suka para readers kesayangan 😘😘

Voment jangan lupaa




MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang