The truth feeling

103 11 2
                                    

Senang, itulah yang ada di dalam hati Bunga sekarang. Kejadian tadi malam membuatnya tidak bisa tidur. Tapi, dilain sisi, ia tidak mungkin suka dengan partnernya. Tapi Bunga tidak akan menyalahkan perasaan, menurutnya, ini alamiah terjadi, tapi, ia tidak boleh terlalu baper menanggapi tentang itu.

Bunga duduk dikursi dekat lapangan. Sambil membawa kamera, ia mencoba memoto para siswa yang sedang bermain basket. Lensanya tertuju pada beberapa siswa. Lensa kameranya me zoom in siapapun yang terlihat. Sampai lensa kamera membawa Bunga pada sosok tinggi itu. Baja. Serasa diborgol, tangan Bunga tak bergerak, ia malah men zoom wajah Baja.

Klik

Dan dia berhasil mendapatkan foto laki laki itu. Tidak tahu apa yang dia lakukan, sampai sampai dengan sengaja ia memoto Baja.

" lo ngestalk gue?" kata berat itu terdengar dari belakang. Bunga menengok ke asal suara. Dia pria tinggi itu lagi,alias Baja. Bunga langsung terperanjat dan menyembunyikan kameranya. Ia berdiri dan menggeleng cepat.

" siapa ya ngestalk lo hah?" Bunga mengelak. Iya, dia berbohong. Sebenanrnya, tidak sepenuhnya Bunga ngestalk Baja. Tapi, tangannya bergerak dengan sendirinya untuk mengambil gambar lelaki itu.

Baja menaikkan satu alisnya. Ia menunjuk kamera yang ada di tangan Bunga. Betapa kagetnya ia melihat apa yang ada di tangannya, belum sempat ia mematikan kameranya, dan disitu jelas jelas sudah ada gambar Baja yang tadi diambil oleh Bunga.

Bunga kikuk parah, wajahnya memerah. Baja melihatnya dengan senyum jahil. Tangan Baja langsung mengambil kamera yang ada di genggaman Bunga. Ia tersenyum melihat foto itu.

"untung guenya ganteng. Tapi, gue enggak selera sama yang suka bubarin sesi tanda tangan gue, tapi malah foto diem diem," walaupun kata kata itu terkesan santai, Bunga sudah tau maksud Baja untuk mengejeknya. Mood Bunga yang tadinya cerah, lagi lagi dihancurkan dengan pria yang sama,Baja.

"eh lo, artis amatir! Gue itu bukan stalker lo! Gak usah pede banget lo! Tadi itu gak sengaja lonya ada!" Bunga merebut paksa kameranya.

" apa lo bilang? Artis amatir? Gue enggak serendah yang lo pikir ya!" Baja mengelak.

"ya gue juga enggak serendah yang lo kira!" keduanya semakin memanas. Bunga memutuskan untuk pergi dari hadapan Baja . Bunga berlari menjauhi pria itu. Dan sudah Bunga putuskan dalam benaknya. Bahwa ia sudah mempunyai musuh yang baru.

-

Buk

Proposal dengan kertas tebal itu berhasil menghantam lantai. Semua yang ada di dalamnya sudah acak acakam. Di depannya, sudah ada Bunga yang mencoba menahan air matanya. Di depan Bunga, ada Jordi yang melipat tangannya kesal.

"proposal sampah! Gak guna! Kamu mau, isi pameran kita kayak gini semua?" Jordi berteriak. Bunga memejamkan matanya, dia takut. Dia hanya ingin memeluk bantalnya sekarang.

" taa.. tapi kak.. kakak bilang, 200 foto itu sudah disetujui," kata Bunga bergetar. Proposal itu berisi foto foto yang akan dipamerkan, hasil jerih payah Bunga dan teman temannya selama 1 semester ini.

" ya itu dulu! Sekarang level saya udah naik. Hasil jepreten kayak gini, anak TK juga bisa! Kamu becus gak sih, jadi ketua? Kamu tahu? 5 tahun saya membimbing ekskul ini, tapi kamu ketua yang paling buruk yang pernah saya bimbing!" kata kata itu menusuk hari Bunga. tapi kamu ketua yang paling buruk yang pernah saya bimbing. Kata kata itu terngiang dalam pikiran Bunga. Ia merasa menjadi manusia paling rendah sekarang. Dengan tangan bergetar, Bunga mengambil proposal yang sudah acak acakan itu.

"ii..iya kak. Nanti, saya revisi lagi." Bunga menunduk. Ia tidak berani melihat wajah Jordi. Ia keluar dari ruangan itu. Lalu segera berlari ke toilet. ia jatuh terduduk. Air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi. Ia menagis sejadi jadinya. Bunga memang tidak pernah menjadi ketua dalam apapun. Kepercayaan menjadi ketua ekskul fotografi inilah, yang menjadi pengalaman pertamanya. Tapi, pengalaman kini hancur sudah. Ia merasa tidak bisa menjalankan tugasnya sekarang.

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang