Missing the old friends

50 6 0
                                    


Bunga melihat ayahnya yang memegang secarik foto. Karena penasaran, ia mendekati ayahnya itu.

"Hayo yah! Ngelamun aja!" Bunga memeluk ayahnya dari belakang. Keduanya tertawa.

"Enggak ah, ini lo, ayah lagi ngeliatin foto ayah dulu," dengan logat medok jawa,ayah menyodorkan foto itu ke Bunga. disitu,terdapat 3 orang, salah satu diantaranya adalah ayah Bunga. Mereka terlihat akur dan bahagia.

"Ih,ganteng banget yah! Ini siapa aja?" Bunga mulai tertarik dengan foto itu.

"Itu ya sahabat ayah dulu. Nih,yang paling kanan, itu namanya Susanto, itu yang kiri,namanya Djoko. Itu yang paling ganteng sendiri tu ya, ayah to!" Mereka berdua tertawa.

"Yah,boleh ceritain gak? Pengalaman ayah waktu sama sahabat sahabat ayah" Bunga mendekati ayahnya. Ayah berdeham dan membetulkan letak kacamatanya.

"Oke,jadi tu gini,ayah waktu kuliah dulu, waktu tes masuk, eh ketemuan sama susanto dan Djoko ini. Awalnya sih, ya cuman nanya kabar. Eh,tapi ya kok malah keblablasan sampe jadi gila gilaan. Dan kamu tau, yang ngenalin ibumu ke ayah itu ya,Susanto sama Djoko ini." Ayah mulai mengingat masa mudanya. Berbagai canda dan tawanya bersama Djoko dan Susanto. Ia rindu masa masa itu.

"Terus, kenapa Bunga enggak pernah ayah kenalin sama Om Susanto sama Om Djoko ini?" Setelah Bunga berbicara seperti itu, raut wajah ayah langsung berubah.

"Kamu tau Bunga, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tepat tanggal 13 Maret 1990,kita bertiga berpisah. " wajah ayah mulai berkaca kaca. Bunga yang mendengarnya langsung merasa bersalah. Seperti mengorek luka lama ayahnya.

"Kamu mau,ayah ceritakan?" Ayah menghapus air matanya yang mulai keluar. Melihat antusiasme Bunga, ayah tertawa.

"Jadi,ceritanya gini.."

-flashback on-

"Enak ya,kalo kita bisa gini terus.." Ali melihat sekelilingnya. Banyak pepohonan yang terlihat hijau dan asri. Disampingnya,terdapat 2 sahabat tercintanya.

"Li,aku meh ngomong sama kamu.." Djoko melihat sahabatnya. Ali yang dari tadi asik melihat pepohonan,mengalihkan pandangan ke arah Djoko.

"Ngomong yo tinggal ngomong, aneh kamu.." Ali lalu duduk ditengah Djoko dan santo.

"Gini, jadi aku tu.. halah piye ya?!" Djoko mengacak tambutnya. Ali melihat Djoko bingung. Santo juga memberikan mimik wajah yang sama.

"Kalian tu ngopo?! Ngomong ya tinggal ngomong,hoo la cah edan!" Ali tertawa,kedua temannya hanya diam dan saling pandang.

"Gini, aku sama DJoko.. anu lo!" Kali ini,Santo angkat bicara.

"Kalian... kalian? Anu? Astagfirullah,aku ga.."

"Heeeh,gundulmu,orak! Bukan itu maksutku! Kita masih normal,enak aja. Jadi gini,aku sama Djoko,bakal pindah ke Jakarta.." akhirnya Santo berhasil memberitahu Ali. Raut wajah muka Ali menjadi berubah, hal yang ditakutinya selama inipun terjadi,yaitu perpisahan.

"Jadi.. kalian diterima,di perusahaan itu?"ali lesu.

"Iyo li, aku yo rak nyongko. Sebenere aku yo gak mau pisah sama kamu," Djoko menepuk nepuk pundak Ali.

"La aku.. sendiran to disini." Kedua temannya juga tidak terlihat semangat.

"Wes to li, kamu tu sudah jauh lebih mapan dari pada kita kita. Bentar lagi kamu juga nikah. Kita ndak bisa lama lama menganggur. Kita udah dikasih kesempatan sama Allah di Jakarta," Santo tersenyum. Apa yang dikatakan temannya itu benar. Ia tidak boleh menahan temannya untuk sukses. Dirinya juga terbilang cukup mapan diantara mereka bertiga.

"Tapi kalian semua janji, kita ndak boleh pisah? Aku bakal ngampiri kalian ke Jakarta, kalian juga harus ngampiri aku disini,Oke?" Ali mulai tersenyum. Ia mengangkat tangannya memberi tanda 'tos'. Kedua sahabatanya tersenyum lalu membalas tos dari Ali.

Akhirnya,keesokan harinya, mereka berpisah di stasiun. Tapi,siapa tau, kalu perpisahan itu masih berlangsung sampai sekarang, atau menurut Ali, selamanya.

-flashback off-

"Tapi kamu tau, merela tidak kembali. Ayahpun begitu,juga tidak menghanpiri mereka. Setelah ayah nikah, ayah juga dipindahkan di Jakarta. Rencananya, saat kamu lahir, ayah ingin bertemu mereka. Tapi, takdir berkata lain. Semuanya hanya berakhir pada hari itu." Ayah tersenyum kecut. Melihat foto usang itu. Dalam yang ia rasakan. Sahabat terbaik yang pernah ia punya.

Bunga tidak bisa menahan air matanya. Itu adalah cerita yang benar benar menyentuh hati..ia tidak pernah merasakan persahabatan seindah itu.

"Yah, Bunga yakin. Ayah bisa ketemu Om Santo sama Om Djoko kok. Dan persahabatan kalian akan kembali seperti semula," Bunga memeluk ayahnya.

"Kamu tau ndak,nok? Dulu, waktu kita kumpul. Pernah, kita bertiga bilang, 'sopo sing duwe anak wedok(perempuan) bakal dadi salah siji mantu dewe' dan tebak? Ayah punya kamu," Ayah mengelus rambut putrinya. Andaikan, ia bisa bertemu lagi dengan Santo dan Djoko,pastinya ia akan memberi tahu mereka, bahwa dirinya mempunyai anak perempuan yang cantik.

-
Baja

Gila! Gila! Gila! Deg deg-an gue udah nyampe level 1000 kali ya? Mau ngasih surat undangan aja susahnya minta ampun. Oke,jadi, gue enggak sengaja cerita tentang Bunga sama mama papa. Dan, mereka sangat tertarik dengan Bunga, sampai akhirnya mereka mau ngundang bunga di acara dinner malam ini.

Dan disini pun gue, masih berdiri di depan pinru kelasnya. Sebenernya, kelasnya udah sepi, karena anak anak yang lain udah pada pulang. Tapi, entah mengapa jantung gue malah deg deg-an.

"Baja?" Gue kaget. Gue latah, dan saking kagetnya, gue jatuh. Sumpah,gue ngerasa bego banget! Gue menvoba berdiri dan lihat orang yang beraninya ngagetin gue.

Dan benar,dia Bunga. Bunga ngeliatin gue kayak orang bego. Tas selempang sudah ada di pundaknya,pertanda ia sudah mau pulang sekolah.

"Lo lebay amat,sumpah,nyampe jatoh lagi. " bunga melipat tangannya. Gue akhirnya mengambil undagan dari saku celana, dan ngasih itu ke Bunga.

"Surat?" Bunga melihat undangan yang gue kasih. Ia membuka dan manggut manggut.

"Ehm,nyokap bokap,ngajak dinner." Gue salting abiis.

"Kok bisa,nyokap lo kenal gue?" Tatapan Bunga bener bener bikin gue keringet dingin,berasa di introgasi.

"Ya,gue enggak sengaja aja,cerita tentang lo. Terus,kayaknya dia sama bokap punya interest gitu sama lo, jadi, nih,undangannya. Lo bisa ajak keluarga lo kalo mau," gue tersenyum.

"Ooh,oke. Makasih banget lo,Baja. Insyallah gue dateng ya," oh my god! Bunga megang tangan gue. Ah,cantik banget lagi. Udah ah,gue ngelantur berat. Akhirnya,Bunga berlalu meninggalkan gue. Bener nih udah fix banget, kalau Baja Andreas, Jatuh.cinta.

-----

Update oyeh oyeh oyeh. Besok insyallah apdet lagi!!

Jangan lupa vomment ❤❤

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang