Flashback

42 3 0
                                    

Baja mengacak rambutnya. Selama perjalanan, ia tidak bisa konsetrasi. Ia tahu itu berbahaya, tapi pikirannya tentang kejadian itu terus terngiang di kepalanya. Ia meraih soda yang ada disampingnya. Diteguknya soda itu dengan lahap. Sudah cukup, ia tidak mau percaya siapa siapa lagi. Toh Bunga alias sahabatnya lebih memilih Faris.

Baja merasakan ada yang bergetar di sakunya, setelah diambil, terdapat nama Bunga tertera dilayar. Baja tertawa pahit, ia menggeser tombol merah, tidak menjawab panggilan. Ia mendengar berpuluh puluh dering dari hpnya. Tidak salah lagi jika itu Bunga. Baja menekan silent mode membiarkan orang yang ada disebrang sana khawatir gila gilaan.

Setelah memakirkan mobil, Baja membuka pintu rumah. Betapa terkejutnya ia melihat Raja yang masih asik menonton tv, pastinya dengan mainan pesawat yang digenggamnya.

"Raja, ngapain disini?" Baja duduk disamping kembarannya. Raja masih asik menonton tv. Tanpa menoleh ia menjawab,"nonton tv"

Baja terkekeh, betapa polosnya saudaranya itu. Walaupun Raja mempunyai kekurangan, Baja tetap menganggapnya sebagai saudara yang baik. Saat Baja beranjak dari duduknya dan naik ke tangga. Dari belakang, ia mendegar suara mengaduh. Baja refleks berbalik dan mendapati Raja yang sduah memegangi kepalnya. Raja mengaduh dan berteriak.

Mendegar keributan,mama dan papa langsung berlalri keluar kamar. Mereka juga mendapati anaknya kesakitan. Kerana satu satunya orang yang dekat dengan Raja adalah Baja, ibunya menoleh.

"ini Raja kenapa?" katanya panik. Baja bungkam. Ia tidak berani bergerak. Ia merasakan trauma itu kembali. Peristiwa yang sama, dan pertanyaan yang sama pula.

"enggak, tau, ma."

Flashback

Pukul sudah menjukkan pukul 10 malam.Baja yang masih berumur 10 tahun sedang memainkan keretanya. Rumah itu masih sama, tapi keadaannya lebih hangat dan bahagia. Raja yang jenius asik membaca buku. Meskipun kedua hobi mereka sangat bertolak belakang,mereka berdua saling menyayangi.

"Baja,duduk. Dari tadi main terus, sini lo,baca buku!" Raja menepuk nepuk sofa disebelahnya. Baja mengangguk dan duduk disebelah Raja.

"Baca apa?" Baja menarik buku fari Raja dan melihat sampulnya.

"Biasa.."
"Pesawat" keduanya serempak menjawab. Raja dan Baja tertawa. Memang Raja adalah maniak pesawat.

Tiba tiba,buku yang ada di tangan Baja direbut oleh seseorang. Keduanya kaget. Mereka melihat Siti, pembantu yang selalu mendampinyi mereka dengan muka sebal. Raja dan Baja memang tidak begitu menyukai Siti,katanya Siti begitu gampang marah dan seperti nenek lampir.

"Mbak Siti, Kemabaliin bukunya! Itu punya Raja," baja mencoba meraih buku itu,tapi tidak berhasil karena ia terlalu pendek. Sita menangkis tangan Baja dengan kencang. Baja meringis kesakitan.

"Aduh aduh,sakit," Baja menggerak gerakkan tangannya. Raja yang melihat saudaranya disakiti oleh Siti langsung memukulnya.

"Heh,anak kecil. Udah dibilngin suruh tidur,masih aja main. Ini juga pukul pukul. Kalau bukan aku dibayar, aku udah jadiin kalian sate," Seru Siti dengan ligat medoknya. Ia melepaskan genggamannya dari Baja. Bekasnya merah,Baja mengelus elus tangannya. Matanya merah ingin menangis.

"Jangan sakitin sodaraku, dasar nenek lampir!" Raja melotot. Wajah Siti memerah saat dirinya dikatakan nenek lampir,ia menggeret Raja dan Baja menuju kamarnya.

"Duuh,sakit. Aku bilangin mama sama papa!" Raja memberontak.

Siti tertawa licik," enggak bakal bisa. Anak kecil enggak usah sok." Siti semakin menggeret Raja. Tapi Raja tidak mau. Baja melihat keduanya sambil terisak. Ia tidak seberani Raja. Karena kesal, Siti mendorong Raja. Raja tidak bisa menyeimbangkan badannya sehingga ia terjerembab dan jatuh di tangga.

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang