Hari Reuni.
"Dia beneran bakal dateng Lyr?" tanya Vira setelah menunggu sekitar sejam di rumah Lyra. "Ini udah rame loh, Lyr. Gak dimulai aja?"
Lyra menimang ponselnya. "Sabar, Vir dia pasti dateng."
Terdengar suara deru mesin motor dari depan rumah Lyra. Lyra tersenyum senang. Baru saja Lyra akan keluar, Vira menahannya. "Gue aja," ujarnya kemudian langsung berlari keluar rumah. Lyra tersenyum melihatnya.
Sapaan menyebalkan ala Vira seperti beberapa tahun lalu terulang kembali, demi apapun Vira sangat amat merindukan Raka, ia begitu senang bisa bertemu Raka lagi. Apalagi saat Raka memeluk Vira, rasa sesal muncul begitu saja. Walaupun ia tahu, ia sudah memilih El.
Setelah pertemuan itu, Vira dan Raka lebih sering berkirim pesan. Tak bisa dipungkiri bahwa Vira senang melakukannya. Namun, yang Vira bingung mengapa justru El yang jarang mengabari Vira?
Vira: El, lagi dimana?
Pesan seperti itu akan dijawab sehari atau dua hari setelahnya. Namun, saat Vira izin akan pergi dengan Raka barulah balasan El begitu cepat.
El: Pulangnya sama aku. Nanti kujemput.
Untuk memberitahu Raka soal El saja Vira nggak berani. Masih sangat amat berat bagi Vira untuk menceritakan segalanya ke Raka. Vira takut menyakiti hati cowok itu. Walaupun Vira tak tahu hati Raka masih ada untuk Vira atau tidak.
Setelah hari itu, El kembali seperti sebelumnya, ia tak membalas pesan Vira. Vira sampai harus pergi sendirian karena bosan.
Perut Vira terasa lapar hingga akhirnya ia memutuskan untuk makan di salah satu rumah makan dekat rumahnya. Baru saja ia akan memesan, matanya menangkap sesuatu yang benar-benar menyakitkan hati. El bersama dengan sahabat kecilnya, tangan El bahkan merangkul cewek itu. Mendadak Vira lupa nama sahabatnya itu, kepala Vira terasa pusing.
Vira mencoba berjalan mendekati El walaupun kakinya terasa lemas. Ia berhenti tepat di meja El. "Jadi ngilang berhari-hari karena ini?" Tanya Vira sambil menahan tangisnya.
El dan cewek itu terlihat salah tingkah. Baru saja El akan bicara, Vira sudah memotongnya duluan, ia menampar pipi El kencang hingga mereka menjadi pusat perhatian.
"Selesai, El. Kita selesai," ujar Vira.
Vira melangkah keluar sambil menahan tangisnya. El mengejar dibelakangnya. Tangan Vira ditahan El namun cewek itu memberontak.
"Dengerin aku dul-"
"Gak usah pake aku-aku segala. Gak usah sok kenal gue lagi," ujar Vira ketus kemudian berjalan meninggalkan El.
Sungguh, Vira benci. Selama 2 tahun belakangan, ia selalu mencoba menerima El, namun balasannya seperti ini.
Sampainya di rumah, Vira menghabiskan waktunya menangis di kamar. Matanya sembab karena terlalu lama menangis. Panggilan dan pesan El tak kunjung ia balas. Ponselnya bergetar dengan nada berbeda, Vira ingat suara itu khusus untuk Lyra, ia membuka pesannya.
Lyra: Vir, sorry gue gak bisa ngumpetin lagi dari Raka. Barusan gue sama Angga ngasih tau Raka dan sekarang, dia pergi entah kemana. Vir, sorry.
Tangis Vira makin menjadi. Baru saja ia disakiti El, sekarang ia harus merasa bersalah lagi atas Raka. Dengan cepat ia mencari kontak Raka dan menelponnya. Raka tak kunjung mengangkat telepon Vira.
Vira: Gue tau Lyra udah ngomong. Bisa ketemu gak? Gue ceritain semuanya, Ka.
Pesan Vira pun tak dibalas Raka. Sungguh, Vira lelah hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New(old) Hope
Teen FictionRaka dan Vira, dua orang yang cukup terkenal di sekolahnya. Si cowok jahil dan si cewek pemberani merangkai cerita melalui kataan. Hidup dalam kekesalan hanya karena masalah kecil di hari pertama kenaikkan kelas. Mereka mencoba memperbaikki segalany...