Tatapan menyebalkan itu masih melekat di ingatan Vira. Ocehan yang selalu Vira lontarkan pada Raka masih teringat jelas, membuatnya selalu rindu kala mengingatnya.
Ini adalah tahun ketiga Vira berada di tempat barunya. Hal asing masih sering ia rasakan. Sungguh, ia butuh Raka untuk mengisi harinya dan ia tahu itu tak akan mungkin terjadi.
Vira: Lyr, Raka apa kabar?
Lyra: Terakhir gue ketemu sih masih gak jelas gitu kayak biasa, tapi sejauh ini baik-baik aja, Vir.
Vira menghembuskan napas lega. Ya, Vira dan Lyra tak pernah absen untuk saling memberi kabar. Vira-pun akan selalu menanyakan kabar Raka melalui sahabatnya itu.
Vira: Dia gak ngubungin gue, Lyr. Udah tiga tahun padahal, apa dia udah lupa ya?
Lyra: Raka bukan orang yang gitu kok, Vir. Mungkin dia takut kalo ngubungin lo, nanti jadi gampang mellow lagi hahaha.
"Vir, udah makan?" Tanya seseorang yang langsung membuyarkan lamunan Vira.
Vira menoleh dan tersenyum kemudian mengangguk. Seseorang itu adalah Eliyano biasa dipanggil El, laki-laki yang mengejar Vira sejak 2 tahun lalu, mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah toko. Saat itu Vira membeli sesuatu namun barangnya tertinggal dan Eliyano-lah yang mengembalikan barang milik Vira. Eliyano juga pindah karena pekerjaan orang tuanya, hal itu menambah rasa sukanya pada Vira, karena ia merasa itu suatu kesamaan yang jarang.
El duduk di samping Vira dan melahap makanannya. Vira hanya diam menatap langit Berlin pagi ini, tampak sama namun ada yang membuatnya berbeda, suasana hatinya yang begitu merindukan Raka.
"Vir," panggil El.
"Ah iya, Ka?"
El mengerutkan keningnya bingung. "Ka?" Tanyanya.
"Eh, maksud gue El. Kenapa El?"
El terkekeh. "Nggak kok, cuman kayaknya gue liatin lo bengong terus. Mikirin apa sih?"
Vira hanya menggeleng. Sisi lainnya menyuruh Vira untuk merespon El. Cowok itu sudah hampir 2 tahun lebih mendekati Vira dan belum menyerah. Dan Vira tahu itu bukan hal yang mudah. Mengejar orang yang berlari itu cukup melelahkan.
***
Tahun keempat Vira di Berlin. Pagi nampak begitu cerah. Vira menghirup udara segar pagi itu. Rasanya tetap berbeda tanpa Raka dan teman-temannya. Disini, Vira hanya punya El.
"Pagi Vir, jalan yuk," sapa El dari sebrang rumahnya.
Vira tersenyum dan mengangguk. Belakangan ini Vira jauh lebih sering merespon El. Dan terkadang Vira benar-benar merasa bingung antara harus melupakan Raka atau menjauhi El. Vira tahu seberapa besar perjuangan El selama bertahun-tahun ini. Namun, Vira juga tahu seberapa besar hatinya mencoba menghilangkan Raka dari pikirannya, semakin sulit ia melupakannya.
El mengajak Vira ke taman. Mereka duduk di bangku taman. Seperti biasa, mereka saling bertukar cerita. Namun, Vira merasa El tampak berbeda hari ini, ia lebih sering tersenyum.
"El, kenapa sih? Kayaknya dari tadi senyum mulu," ujar Vira.
El terkekeh dan beranjak dari duduknya. Ia berlutut di hadapan Vira sambil mengambil kotak kecil dari kantong jaketnya. Ia membukanya perlahan dan ia berikan untuk Vira.
"Vir, will you marry me?"
Mata Vira membelalak lebar, ia bahkan belum benar-benar menyukai El. "H-hah? El? Ini?"
"Iya, gue serius," ujar El.
Vira memejamkan matanya sebentar dan membukanya. Perlahan tangannya menyentuh kotak itu dan menutupnya. "El, kasih gue waktu ya," ujarnya.
Respon El benar-benar membuat takjub Vira. Pasalnya, cowok itu malah tersenyum lebar sambil mengangguk berkali-kali.
"Iya, Vir. Yang penting gue masih ada harapan," ujarnya.
Hal itu membuat luluh hati Vira. Siapa bilang hati Vira tidak bisa luluh hanya karena dulu ia bukan tipe cewek pada umumnya? Kini, semua sudah berubah, bahkan Vira sudah lebih memperhatikan penampilannya. Ia jauh lebih cantik. Cenderung tidak cuek lagi.
"Makasih, El," balas Vira.
***
Vira menimang ponselnya. Ia akan memberitahu jawaban dari pertanyaan El waktu itu. Hati Vira begitu berat untuk mengatakan tidak, tapi lebih berat lagi untuk bilang iya. Pasalnya, Vira tidak benar-benar menyukai El. Baginya, El hanyalah seorang kakak karena sudah menemani Vira selama di Berlin.
Vira menggigit bibir bawahnya dan mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Vira: El?
Jantungnya berdegup dengan cepat, ia takut salah pilih.
El: Ya, Vir?
Eliyano calling...
Vira memejamkan matanya sebentar, kemudian perlahan ia menggeser tombol hijau di ponselnya dan menempelkan ponselnya ke telinga.
"Ha-halo El?"
'Hai Vir! Ada apa?'
Vira menggigit bibir bawahnya kemudian menghembuskan napas pelan.
Raka juga udah lupa sama lo, Vir.
"Itu, gue mau jawab yang kemarin."
Lo yakin bakal nerima El dan ninggalin Raka, Vir?
'Oh, iya silahkan Vir. Gue terima apapun jawabannya,' balas Eliyano penuh semangat.
Tapi liat, sampe hari ini Raka belum ngehubungin lo sama sekali.
Berkali-kali suara di pikiran Vira membuat Vira bimbang setengah mati. Namun, pada akhirnya ia mengalah dan mengikuti apa yang ada di depannya sekarang.
"Gue terima, El. Tapi gue belum mau buat nikah, tunggu sekitar 2 tahun lagi."
Terdengar suara teriakkan dari seberang telepon. Vira tahu El pasti senang, namun hatinya tetap berat melepas Raka.
'Serius? Ah gila! Gue seneng banget. Nggak apa Vir, yang penting statusnya lo udah calon gue kan? Sumpah gue seneng banget! Thanks Vir!'
"Eh, iya hehe sama-sama, El. Btw gue mesti beres-beres kamar dulu. So, see ya!"
'See ya, Vir!'
Vira memutus sambungan telepon dan memeluk ponselnya. Kemudian, ia mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Vira: Lyr, lo tau El yang kemarin ngelamar gue kan? Gue terima dia, Lyr.
Ia memejamkan matanya. "Gue gak salah kan? Ya Allah, semoga nggak."
Sejak hari penerimaan itu, Vira mulai membuka hatinya untuk El. Setiap hari mereka pergi bersama sampai saat Vira harus kembali ke Indonesia, El ikut menemani Vira.
"Sekalian kok, gue rindu rumah hehe," begitu alasannya.
"Barang kamu ada yang ketinggal nggak?" tanya El.
Vira menggeleng, mereka berdua akhirnya kembali ke negara asal mereka. Vira sendiri sudah tidak sabar untuk bertemu Lyra.
Vira: Lyra... Gue udah di Indo nih!
Lyra: Serius? Ya ampun, gue kangen banget.
Vira: Same here, Lyr. Jadi kapan kita ketemu?
Lyra: Bakal ada reuni nih di rumah gue. Gue yakin Raka pasti dateng, lo juga kangen dia kan pasti?
Nama itu lagi, batin Vira. Nama yang tak pernah hilang dari ingatannya sampai hari ini, nama yang selalu menghantui Vira setiap malamnya, nama yang selalu ada dalam doa Vira.
Vira: Kabarin aja, Lyr. Gue pasti dateng.
---
Special wishes from Kahfi:
10. Semoga apa yang lu cita-citakan cepat tercapai ya Vir. Gue cuman bisa berdoa buat lu. -Kahfi-
01Agst'16
KAMU SEDANG MEMBACA
The New(old) Hope
Novela JuvenilRaka dan Vira, dua orang yang cukup terkenal di sekolahnya. Si cowok jahil dan si cewek pemberani merangkai cerita melalui kataan. Hidup dalam kekesalan hanya karena masalah kecil di hari pertama kenaikkan kelas. Mereka mencoba memperbaikki segalany...