Part8-TNoH

159 16 0
                                    

"Jadi, langsung balik gitu?" Tanya Raka.

Vira mengangguk mantap. "Tapi, lo bisa pulang duluan aja, Ka." Jawab Vira sesantai mungkin disertai senyum khasnya.

Jawabannya jelas membuat Raka terkejut setengah mati. Ia membelalakan matanya dan menatap Vira bingung.

"Lah, gue yang jemput lo, berarti gue juga dong yang nganter balik?" Protes Raka.

Vira terkekeh dan menatap lekat mata Raka. "Tenang aja, Raka. Gak masalah kali, pokoknya lo duluan aja ya, lo inget kan gue bukan seperti cewek pada umumnya," ujarnya tenang sambil memberi penekanan pada kata 'cewek'.

"Inget sih inget tap-"

"Ka, selaw kali."

"Ya masa gue ninggalin lo sendiri."

"Gue dijemput, Ka."

"Yaudah gue tungguin lah."

"Gue bisa nunggu sendiri."

"Tapi gue gak mungkin ninggalin cewek sen-"

"Ka, bisa denger omongan gue gak sih?" Ucap Vira sedikit emosi karena Raka yang tak kunjung meng-iya-kan permintaan Vira. "Gue udah ngomong dari nada pelan sampe ninggi loh, Ka." tambahnya.

Karena Raka tak ingin ribut dengan Vira, ia akhirnya mengangguk. "Iya gue duluan."

Vira tersenyum walaupun Raka tau itu bukan senyum yang biasanya.

"Tapi ada syaratnya, Vir."

Vira menatap Raka, alisnya dinaikkan sebelah. "Apa?"

"Kalo lo udah sampe rumah, hubungin gue," ujar Raka.

Vira terkekeh lagi. "Gue kira apaan, iya tenang aja." ia mengacungkan kedua ibu jarinya.

Raka mengangguk dan melanjutkan obrolan mereka. Beberapa kali Vira terbahak karena lelucon yang diucapkan Raka, bahkan Vira tertawa sampai mengeluarkan air mata. Raka senang melakukannya karena tawa itu memang tawa kesukaan Raka.

Setelah selesai, Raka pamit duluan pada Vira. Mereka berpisah di pintu depan restoran tersebut, Raka juga harus mengambil motornya di tempat parkir.

"Makasih banyak ya," ujar Vira.

Raka tersenyum dan mengangguk kemudian ia pergi ke parkiran. Ia memang berkata akan duluan tapi bukan berarti ia akan meninggalkan Vira begitu saja.

Setelah mengambil motornya, Raka berhenti di pinggiran dekat restoran dan bersembunyi di bawah pohon besar, memperhatikan Vira yang sedang sibuk dengan ponselnya. Dijemput siapa sih, Vir? Batinnya.

Tiba-tiba sedan berwarna hitam berhenti tepat di depan tempat Vira berdiri. Raka langsung menegakkan badannya melihat siapa yang menjemput Vira. Kaca mobil tersebut terbuka dan Vira tersenyum pada si pengemudi.

"Supir apa gimana?" Ujar Raka pelan sambil menunduk karena takut terlihat.

Raka memperhatikan dan menunggu Vira masuk ke dalam mobil. Raka ingin tahu Vira duduk di depan atau belakang. Kalau di belakang, sudah dapat dipastikan bahwa itu supir. Mata Raka beralih melihat laki-laki si pengemudi itu. Tapi kalo supir, nggak mungkin secakep itu, batinnya. Raka nggak ngerti lagi, dipikirannya penuh akan pertanyaan.

Vira membuka pintu mobil dan dia duduk di depan. Entah itu siapa, namun hari ini Vira berhasil membuat Raka gelisah setengah mati. Siapa laki-laki itu? Pikirnya.

"Jangan negatif dulu, mungkin salah satu keluarganya," ujar Raka pada dirinya sendiri mencoba menenangkan. Kemudian, ia menyalakan motornya dan bergegas pulang.

***

"Gue tanya Vira gak ya?" Raka menimang ponselnya.

Ia duduk di kasurnya dan mulai mengetik sesuatu untuk dikirim ke Vira, namun dengan cepat ia hapus kembali dan mengulangnya lagi kemudian dihapus lagi. Ia menghembuskan napas pelan.

Raka menarik rambutnya frustasi. Mengapa ia begitu kepikiran? Harusnya Raka biasa saja karena ia memang bukan siapa-siapa Vira lagi dan itu bukan urusannya.

"Tapi gue kepo siapa cowok itu?" Ujar Raka seakan membalas suara yang ada dipikirannya.

Raka menegakkan badannya dan ia sudah memutuskan akan menanyakannya pada saat mereka bertemu lagi.

Raka menaruh ponselnya di atas nakas dan naik ke ranjangnya untuk tidur.

***

Baru saja Raka bangun, ponselnya sudah bergetar berkali-kali menandakan ada yang menelepon. Dengan malas Raka mengambil ponselnya, namun si penelepon sudah memutus sambungannya.

Raka mengubah posisinya menjadi duduk, ia mengucek matanya dan melihat nama si penelepon tadi sambil menyipitkan matanya. Ternyata yang menelepon Angga. Tiba-tiba satu pesan baru masuk dan itu dari Angga.

Angga: Ka, nanti ngumpul bertiga ya bareng gue sama Lyra. Lyra mau ngasih tau sesuatu katanya.

Raka menguap sebentar kemudian membalas pesan Angga.

Raka: Iya, dimana?

Angga: Cafe yang biasa Lyra datengin aja, tau kan lo?

Raka mencoba mengingat sebentar letak Cafe itu. Ia ingat, dulu pernah menjemput Lyra disana saat itu sedang hujan dan Lyra meminta Raka untuk menjemputnya. Raka kembali teringat alasan Lyra meminta Raka untuk menjemputnya, saat itu Lyra menangis karena ternyata ia melihat pacarnya selingkuh, ya Raka ingat betul.

Raka: Tempat Lyra mewek-mewek waktu itu?

Angga: Hahaha, iya Ka. Jangan sampe lo bahas soal mewek itu ke Lyra, bisa ngamuk dia.

Raka: Selaw, iya nanti gue dateng. Jam berapa?

Angga: Siang aja sekalian makan siang gue.

Raka: Oke, Ngga.

"Tumben pake segala ketemu, biasanya juga langsung ngeline," ujar Raka kemudian mengedikkan kedua bahunya tak peduli dan bergegas mandi.

---

Special wishes from Kahfi:

8. Semoga semakin bertambah umurmu, kamu makin bisa menjadi yang terbaik. Aku selalu dibelakangmu, untuk mendukung dan menjagamu. -Kahfi-

01Agst'16

The New(old) HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang