PUTIH ABU - ABU 1

34 12 3
                                    

MASA PUTIH ABU - ABU

"Koko, dari tadi gue manggil lo, nggak ngerespon, itu kuping apa centelan". Kata seseorang di sampingku.

"Oh, Lyra maaf ya, aku tadi ngelamun". Jawabku cengengesan.

Lyra adalah teman sebangkuku, sejak awal masuk SMA. Waktu itu lenganku di tarik olehnya, dan mengajak duduk sebangku, sampai sekarang ini.

"Pinjem PR fisika dong ko, lupa nih".

"Tuh ambil di tas". Kataku mengkode Lyra dengan lirikan mata.

"Lagi ngelamunin apa tadi?".

"Beautiful memorize." Jawabku ke dia dengan senyuman.

"about?". Tanyanya lagi dengan menggoreskan tulisan di atas buku tulis fisikanya yang bergambar Teddy bear itu.

"Pikir aja sendiri". Gumamku

"Aduh, kenapa nyubit Ra?". Kataku sambil mengelus paha yang tadi dicubit olehnya. Karena Lyra tiba - tiba mencubitku

"Gue cubit lo, karena lo ngeselin". Dia berkata padaku dengan bibir Manyun.

"Emang aku ngeselin, kenapa , nggak suka?". Godaku

"Kalau iya, kenapa?". Katanya dengan nada kesal.

"Enakan ngeselin dong, daripada diem kayak pangeran es".

"Lo bisa diem nggak?, gue males ngedengerin alasan loh, kalau gue jawab lagi, lo bakal keterusan dan ujung - ujungnya gue yang kalah".

"Kamu lagi PMS Ra?". Tanyaku heran, dan tidak sengaja aku mengatakannya dengan volume lumayan besar.

Lalu aku melihat wajah Lyra. Seram, sungguh seram, auranya gelap bak malam hari yang gelap gempita. Diiringi suara burung gagak

"Iya gue lagi PMS, ngapain lo nanya dengan keras, gue malu tau."

"Iya, iya aku minta maaf. Nih" aku menyodorkan lolipop cokelat. Biasanya orang akan moodnya langsung membaik jika diberi cokelat.

"Makasih". Jawabnya singkat.

"Gue minta maaf ya Ko, udah ngebentak lo tadi, gara - gara hormon sialan ".

"Iya, santai aja". Jawabku santai

"Morning all, lo tau nggak?". Tiba tiba Nina datang ke arah kami.

"No". Jawabku dengan Lyra kompak.

"Gue, udah buat nih sketsa, butuh perjuangan banget, soalnya warna - warni imajinasi kadang cerah kadang nggak, dan tadi malam pemadaman listrik di kompleks, emergency lampku rusak juga, entah gue mimpi apa semalam, terus lo juga mendadak banget nyuruh gue yoga, untung aja gue bisa nyelesahin dengan seberkas cahaya lilin, dan......"

Belum sempat Nina melanjutkan.

"Lo itu ngasih tugas, apa curhat, terus curhatan lo juga kayak terowongan panjang dan tidak ada ujungnya". Tanda Lyra

Aku hanya melihat perdebatan mereka dengan senyuman.

"Sini, mana aku lihat". Pintaku

Aku melihat design sketsa milik Nina, aku melihatnya dengan detail.

"Manekinnya masih ada kan?."

"Masih, ko". Jawab Nina

"Terus jawaban elo, apa ko?".

"Itu artinya, sketsa lo diterima buat bazar nanti". Jawab Lyra sebelum Ku jawab.

"Thanks God, akhirnya sketsa yang dibuat hambamu ini layak di mata siswa master di bidang membuat design ini, dan usahaku tidak sia - sia."

Sisi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang