Putih Abu - Abu 2

17 8 2
                                    

Mentari belum muncul dan hawa mendung membuat mata ingin terus menutup mata ini, akhirnya aku memilih untuk melanjutkan bermimpi ria lagi. Berbaring di ranjang tidurku yang besar dan empuk merupakan surga dunia, jangan coba - coba untuk memisahkanku dengan benda itu. Karena itu adalah singgasanaku dan daerah kekuasaanku atau bisa di bilang tempat teritorialku.

Suara mama memanggilku. Neuron di otakku mendeteksi sinyal berbahaya.

" Youlmi sayang, ayo Anterin mama belanja". Tuh kan benar, firasatku.

"Enggak ma, nggak mau, pasti disuruh bawa belanjaan". Kataku sambil bersembunyi dalam selimut. Karena barang belanjaan mama banyak banget, aku udah kayak kuli bangunan pada saat di suruh membawa barang belajaannya.

"Sekali saja youlmi, mama mau memamerkan kegantenganmu, pada semua orang". Katanya sambil menarik - narik selimutku. Mama apaan sih ini kan weekend biarkan aku beristirahat dengan tenang, tapi jangan sampai keterusan.

"Enggak mau ma, jangan pisahkan aku dengan kekasihku". Kataku yang masih berselimut kasur.

"Ayo, jangan tidur mulu nanti badanmu jadi lebar". Katanya yang tetap menarik selimutku, kini terasa tarikannya semakin kuat.

"Enggak ma, jangan paksa aku". Aku harus tidak boleh goyah, ini weekend dan ini waktunya tidur.

"Nanti mama belikan, ice cream". Salah satu jargon mama yang dikeluarkannya saat aku tidak bisa menuruti kemauan atau dipaksa.

"Ice cream?", Kataku lirih, dasar kata - kata setan, kenapa aku terpengaruh.

"Ice cream, mama jangan coba merayuku". Teriaku

"Ayolah youlmi". Katanya sambil menggoyang - goyangkan tubuhku. Sekarang selimutku mulai terbuka sedikit berkat tenaga mama. Aku sudah tidak kuat lagi. Di goyang - goyang seperti ini

" OK, ok nanti yoga antar, tapi mama harus membelikan aku dua mangkok vanilla ice cream". Aku menyerah.

" gitu dong, mama tunggu ya". Katanya dengan melihatkan senyum kemenangan. Lalu Ku dengar suara kaki mama yang mulai menghilang di kamarku.

"Oh my, sumpah tenaganya gede banget". Gumamku sambil membereskan rambut. Baru bangun tidur rambut udah kayak singa di goyang - goyang tambah kayak genderuwo di kaca.

Aku meraih telepon di meja sebelah ranjangku, dan menyuruh seseorang.

"Pak pardi, tolong siapin mobil, saya sama mama mau keluar".

Lantas aku bergegas mandi dan bersiap - siap.

                           ☄☄☄☄

VROOOOM......

"Kemana ma?". Tanyaku sebelum keluar gerbang rumah.

" kita ke klinik kecantikan dulu ya, mau nganterin kakak kamu facial , karena dia mau wisuda". Katanya sambil menyentuh wajah dan mengelus rambut kak Yura.

"Gak usah deh yog, gue nggak butuh perawatan aja udah cukup cantik". Balas kakaku.

" mama mau bikin kamu cantik, yura".

"Mam, please deh, bisa nggak kita langsung ke mall aja".

"Dulu aku ngidam apa sih, anak - anak aku kepribadiannya opposite semua". Gumam mamaku

" kita ke Mangga dua aja , youlmi sayang".

"Ma, jangan panggil aku seperti itu dong". Protes ku, aku paling benci dipanggil seperti itu, aku bukan anak - anak lagi. Aku sudah dewasa andai beliau tau betapa jengkel ya aku mendengar panggilan itu.

Sisi LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang