Revata P.O.V
Sepasang mataku memandang rumah berlantai dua dengan balutan cat putih dan dua di sisi samping kanan dan kiri nya. Taman kecil yang berada di teras rumah itu terlihat hijau dan segar, ada bangku berwarna putih di taman itu.Minimalis, adalah kata pertama yang muncul di pikiran ku saat melihat rumah itu. Kelihatan nya bagus dan tidak terlalu berlebihan di setiap desain nya. Terlihat santai tapi tidak kehilangan kesan elegan.
Rumah itu sebentar lagi akan menjadi tempat tinggal ku. Setelah tiga bulan menetap di Amerika karena pekerjaan Papa, akhirnya aku kembali lagi ke negeri sendiri. Rasanya senang sekali bisa kembali bersekolah di sekolah lama ku dan bertemu orang-orang yang ku kenal. Pengalaman tinggal di Amerika memang menyenangkan, tapi lebih menyenangkan bisa berada di Indonesia. Walaupun sekarang keadaan Jakarta menjadi lebih ramai, macet, dan udara nya semakin tercemar polusi, tapi begitulah Jakarta. Sudah menjadi ciri khas. Kalau tidak macet, bukan Jakarta namanya.
Ku langkahkan kaki memasuki rumah yang ada di hadapan ku.
Aku memasuki ruangan yang ada di rumah itu satu persatu. Warna putih masih menghiasi rumah ini. Rumah nya lumayan besar. Lebih besar jika di bandingkan dengan rumah ku waktu di Amerika. Di lantai satu terdapat ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan dan satu kamar mandi. Sedangkan lantai dua untuk tempat kamar tidur yang luas nya sama besar dan dua kamar mandi. Di setiap kamar terdapat jendela yang lumayan besar.
Saat ku masuki salah satu dari keempat kamar yang ada di lantai dua, aku langsung tertarik pada kamar itu. Entah kenapa. Aku juga tidak tahu. Padahal, semua desain kamar nya sama.
Aku membuka jendela yang ada di kamar itu. Angin yang berhembus sepoi-sepoi masuk dan menerpa diriku. Aku menghirup oksigen yang masuk melalui jendela sambil memejamkan mata. Segar, gumam ku di sela-sela menikmati kesejukkan yang berasal dari luar.
Saat aku hendak menutup jendela tersebut karena sudah puas merasakan angin sejuk yang masuk, aku melihat seorang laki-laki melalui jendela kamar nya yang berhadapan langsung dengan jendela kamar ku. Tak sengaja tatapan kami bertemu. Tapi hanya sebentar, lalu laki-laki itu menarik gorden biru laut nya dengan kasar hingga aku tidak lagi bisa melihatnya.
Sesuatu telah membuat diri ku tidak mampu menggerakkan seluruh anggota tubuh ku dan hanya terpaku menatap jendela di seberang yang sekarang sudah tertutup gorden.
Laki-laki itu....
"Rev!" Tegur seseorang. Aku merasakan tepukan lembut di pundak ku.
Aku membalikkan badan. Akhirnya tubuh ku bisa di gerakkan kembali. Kak Randy sudah berdiri di hadapan ku. Ekspresi kesal terpancar di wajah nya. Kenapa dia?
"Lo dengerin gue gak sih?" Tanya nya.
Aku mengerutkan dahi. "Hah? Dengarin apaan sih? Emang Kakak ngomong apa?" Kataku balik bertanya dan tak mengerti apa yang telah terjadi.
"Ck! Makanya jangan suka melamun!" Decak nya kesal.
Melamun? Memang nya siapa yang melamun? Aku? Aku tidak melamun. Aku hanya merasakan sesuatu yang tidak pernah ku rasakan sebelum nya. Lagipula jangan salahkan aku jika aku benar-benar melamun. Salahkan laki-laki itu. Dia telah berhasil membuat ku tidak konsentrasi. Salahkan tatapan matanya yang mampu menghipnotis ku sehingga tak bisa melakukan apa-apa.
"Lo udah pilih kamar belom?" Tanya Kak Randy.
"Udah, kok. Ini. Gue tidur di kamar ini aja." Jawab ku sambil melihat ke sekeliling kamar yang masih kosong dan berwarna putih.
"Yaudah kalo gitu. Yuk, ke mobil. Mama sama Papa udah tunggu di mobil." Ajak Kak Randy.
Aku menoleh ke arah jendela kamar di rumah seberang sekali lagi, berharap jika laki-laki itu kembali membuka gorden biru yang menutupi kamar jendela kamar nya. Walaupun aku tahu itu tidak akan terjadi. Aku menghela nafas. Tenang aja, Rev. Lo juga akan ketemu dia nanti, kataku pada diri sendiri sambil menutup jendela yang masih terbuka.
♥♥♥
Hai...
Gimana prolog nya? Bagus gak? Menarik gak? Makasih ya buat yang udah baca cerita nya.Kalo mau kasih kritik atau saran, comment aja ya. Sorry kalo ada yang typo.
Jangan lupa vote and comment nya...:):):)
KAMU SEDANG MEMBACA
Something I Feel
Teen Fiction"Azel itu ganteng, pinter, jago main gitar, suaranya bagus, judes, jahat, suka bikin gue patah hati, tapi gak tau kenapa gue gak bisa benci sama dia."-Revata. "Revata itu cewek aneh."-Azel