Azelriel P.O.V
Aku terbangun saat mendengar sesuatu yang pecah di luar kamar. Suara Mama dan Papa yang terdengar nyaring dan tidak mau kalah dapat ku dengar walaupun samar-samar. Sesekali aku mendengar Mama meneriaki Papa.Ya Tuhan, mereka bertengkar lagi...
Ini sudah yang kesekian kali nya aku terbangun karena pertengkaran Mama dan Papa. Tidakkah mereka bisa menurunkan ego masing-masing? Aku tak tahu masalah apa yang mereka perdebatan. Kemarin, aku sempat menanyakan tentang hal ini dengan Kak Karel, tapi ia juga tidak tahu. Bahkan dia tidak mendengar pertengkaran Mama dan Papa. Keterlaluan sekali.
Yang bisa ku lakukan hanyalah meringkuk di selimut dan berpura-pura tidur jika sewaktu-waktu Mama masuk ke kamar ku. Mama sering melakukan itu. Dugaan ku, Mama pergi sementara lalu kembali lagi saat pagi tiba agar aku dan Kak Karel tidak curiga.
"Apa sih mau kamu?!" Aku mendengar Mama kembali berteriak.
"Rania, kamu harus dengar penjelasan saya dulu. Itu semua bukan salah saya." Jawab Papa tidak mau kalah.
Suara mereka terdengar lebih jelas. Sepertinya mereka sedang berada di depan kamar ku. Aku paling benci jika keluarga ku sedang ada masalah seperti ini. Apalagi jika orang tua ku menyebunyikan masalah itu dari aku dan Kak Karel. Kami berdua jadi bingung sendiri kenapa Mama dan Papa yang biasanya akrab berubah menjadi dingin dan tidak saling tegur sapa. Cukup aku saja yang bersifat dingin di keluarga kecil ini. Aku sendiri tidak ingin mempunyai sifat seperti itu. Namun, aku tak tahu bagaimana cara menghilangkan sifat itu dari diri ku.
"Terus kenapa ada surat ini?! Apa kamu mau keluarga kita hancur?" Mama kembali berkata-kata. "Aku sudah bilang berkali-kali kamu gak bisa seperti itu!"
"Tapi saya tidak melakukan itu, Rania! Percaya sama saya. Saya gak pernah sama sekali berbuat seperti itu!"
"Terserah kamu! Sudah, aku mau keluar!" Ujar Mama.
Tak berselang lama, aku mendengar engsel berdenyit saat pintu kamar ku di buka oleh Mama. Segera aku memejamkan mata, berpura-pura tidur.
Pintu kembali tertutup. Aku menghela nafas. Mama pasti pergi lagi.
♥♥♥
Revata P.O.V
"Rev, gue pergi dulu, ya?" Tanya Kak Randy."Mau kemana?"
"Biasa, hang out bareng Karel." Jawab Kak Randy sambil mengusap kepala ku. "Ya udah, gue pergi ya. Jangan lupa, sisain spagethi nya buat gue." Kak Randy menunjuk spagethi yang sedang ku masak sebelum beranjak meninggalkan ku. Dasar!
"Revata," Panggil Mama.
Aku mengangkat kepala dan mendapati Mama dan Papa sudah berpakaian rapih dengan warna serasi.
"Iya, ma?"
"Mama sama Papa mau pergi ke pesta pernikahan. Tapi, karena tempat nya jauh, jadi Mama sama Papa baru pulang besok pagi." Jelas Mama dengan lembut seraya memasukan beberapa alat kosmetik ke dalam tas nya.
"Iya, jadi nanti Mama sama Papa menginap di hotel." Sambung Papa. "Sebenarnya Mama dan Papa tidak mau datang karena tempat nya jauh. Tapi, berhubung yang menikah adalah anak nya teman baik Papa, jadi Papa gak enak kalau tidak datang. Kamu gak apa-apa kan di rumah sendiri?"
Aku mengangguk pasrah, "Iya, gak apa-apa."
Yap, aku akan sendirian malam ini.
Kak Randy pasti pulang malam. Terpaksa aku tinggal di rumah sendirian lagi. Ck, padahal malam ini malam Jum'at. Mitosnya, kalau malam Jum'at banyak hantu yang berkeliaran. Nanti kalau aku di ganggu sama hantu gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Something I Feel
Fiksi Remaja"Azel itu ganteng, pinter, jago main gitar, suaranya bagus, judes, jahat, suka bikin gue patah hati, tapi gak tau kenapa gue gak bisa benci sama dia."-Revata. "Revata itu cewek aneh."-Azel