Revata P.O.V
Festival Garnetta Art akan terselenggara sebentar lagi. Dan besok, aku harus menunjukkan kemahiran bermain gitar ku kepada Mrs.Yura.
Tidak mudah menguasai gitar hanya dalam waktu tujuh hari. Aku harus berusaha mati-matian demi bisa memainkan gitar, aku harus mengingat setiap kunci nya, aku juga harus membuat setiap petika gitar tersebut penuh dengan keindahan. Memang, kelihatan nya mudah saat melihat orang lain memainkan gitar. Tapi, saat aku mencoba untuk memainkan nya..., ternyata sulit sekali.
Untungnya ada Azel. Ku akui, dia memang guru dengan tipikal yang sangat keras dan kejam─aku yakin jika dia benar-benar menjadi guru, dia akan langsung di pecat karena selalu memperlakukan murid-murid nya dengan kasar. Tapi aku adalah murid yang kuat. Aku bahkan sudah terbiasa dengan Azel yang selalu mengomentari ku dengan perkataan yang, seringkali, membaut ku sakit hati. Namun, ternyata dia memang benar. Aku memang murid yang harus di didik dengan keras. Buktinya, aku sudah bisa menghafal seluruh kunci gitar dan mahir dalam memainkan nya.
Sulit dipercaya memang, jika aku bisa mahir bermain gitar hanya dengan enam kali latihan. Tapi memang itu faktanya. Aku tidak berbohong. Dan ini hari terakhirku dengan Azel.
Eh, ralat, maksudku ini hari terakhirku belajar bermain gitar dengan Azel.
"Udah melamunnya?" Tanya seseorang.
Ternyata pertanyaan itu berasal dari Azel. Karena saking asyiknya melamun, aku sampai lupa jika aku sedang berada di kamar Azel dan harus berlatih untuk memantapkan kemampuan ku dalam bermain gitar.
Bodohnya, aku mengangguk, menjawab pertanyaan Azel. Aku tahu itu hanyalah pertanyaan sindiran yang tidak perlu di jawab.
"Kita mulai sekarang latihannya?" Tanya ku.
"Terserah." Jawab Azel sembari duduk di sebuah bangku berwarna hijau. "Kalo masih mau di lanjutin melamun nya, kita bisa mulai nanti." Sindirnya sembari tersenyum sinis.
"Maaf, gue lagi banyak pikiran." Kata ku mengelak. Padahal hal yang aku pikirkan tidak jauh-jauh dari masalah festival sekolah ku dan Azel. Sepertinya hanya dua hal itu yang sibuk berlalu-lalang di otakku akhir-akhir ini.
Latihan terakhirku di mulai. Tidak banyak yang ku pelajari hari itu. Aku hanya memainkan lagu untuk lomba di festival dan belajar membagi konsentrasi antara bermain gitar dengan bernyanyi.
Meskipun tidak banyak materi yang Azel ajarkan pada ku hari ini, namun latihan terkahir ku ternyata memakan waktu lebih lama daripada latihan sebelum-sebelum nya. Sebagian waktu ku gunakan untuk memainkan lagu untuk lomba dan sebagian lagi ku gunakan untuk bermain lagu-lagu lain yang menurutku enak jika dimainkan dengan gitar.
Hari ini Azel tidak begitu banyak bicara. Tidak seperti hari-hari sebelum nya. Biasanya dia selalu ngomel-ngomel jika aku salah dalam bermain gitar. Tapi kali ini tidak. Dia lebih sering mengangguk, memberikan isyarat bahwa permainan gitar ku sudah benar, setelah aku selesai memainkan sebuah lagu. Dia juga lebih memilih duduk di dekat jendela di bandingkan duduk di sebelah ku. Waktu ku tanya ada apa dengan diri nya, dia hanya bilang kalau dia bosan selalu berada di dekat ku dan ingin mencari pemandangan lain yang lebih menyegarkan, dia juga bilang kalau aku membuat nya merasa suntuk. Jawaban yang sangat menyakitkan, tentunya. Tapi kurasa itu bukan alasan utama nya. Beberapa kali aku melihat dia melamun sambil memandang keluar jendela. Azel seperti sedang memikirkan hal yag serius.
Aku melirik sebuah nampan yang diatas nya sudah ada dua gelas sirup berwarna orange dan dua piring pancake yang baru saja Kak Karel berikan untukku dan Azel.
Berhubung di rumahku sedang tidak ada siapa-siapa, kecuali Kak Randy, aku lebih memilih makan malam bersama dengan keluarga Azel. Namun ternyata Tante Rania dan Om Herman juga sedang tidak ada di rumah. Yang ada hanya Kak Karel dan Azel saja. Dan barusan Kak Karel mangantarkan makanan ke kamar Azel lalu berkata jika ia harus segera pergi menemui teman nya. Terpaksa aku makan malam berdua dengan Azel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something I Feel
Подростковая литература"Azel itu ganteng, pinter, jago main gitar, suaranya bagus, judes, jahat, suka bikin gue patah hati, tapi gak tau kenapa gue gak bisa benci sama dia."-Revata. "Revata itu cewek aneh."-Azel