3.Love at the first sight

72 8 7
                                    

"Semoga kau bisa tidur, aku tidak akan menganggumu" Aaron tersenyum kemudian mengelus pipiku.

Aku terdiam mematung.

"T..t..tentu".

Aku bergegas masuk kedalam tenda. Sesegera mungkin untuk tidur, karena besok pagi aku harus membantu Aaron untuk menyiapkan semua peralatan yang diperlukannya untuk membenahi pesawat tactical ship.

07:45AM
Matahari menyeruak memaksakan sinarnya masuk kedalam tendaku. Menganggu tidurku yang nyenyak ini.

Aku membuka mata perlahan. Lalu keluar dari dalam tenda, saat baru saja keluar tenda orang pertama yang kulihat pertama kalinya adalah Aaron dengan senyumnya yang menawan.

"Selamat pagi" ucapnya kepadaku.

"Selamat pagi".

"Apa kau sudah menghubungi leadermu? Untuk membawakan barang-barang yang aku perlukan untuk membenahi pesawat?".

"Aku hampir lupa, beruntung kau mengingatkanku" aku kembali masuk kedalam tenda untuk mengambil handphone ku yang mulai semalam tidak aku pegang sama sekali.

"kau diam saja okay, jangan bersuara. Aku akan menelvon Mr.Charles" aku menaruh handphone ditelingaku menunggu jawaban dari Mr.Charles.

Mr.Charles mengangkat telvonku "Mr.Charles aku butuh bantuanmu".

"Bantuan apa yang bisa aku bantu?" Jawab Mr.Charles ditelvon.

"Aku butuh lempengan plat dan las".

"Untuk apa?".

"Untuk.. untuk um untuk membuat sesuatu, sesuatu benda iya sesuatu benda untuk kepentingan penelitianku disini".

"Baiklah, aku akan menyuruh Gilinsky mengantarkan lempengan plat dan las ke Coconino apa kau sudah menemukan jejak atau apapun itu yang berkaitan dengan UFO?"

"Tidak tentu saja tidak" gumamku.

"Kabari aku jika kau menemukan sesuatu, nanti Gilinsky akan menghubungimu jika sudah sampai disana".

"Terima kasih mister" aku mematikan telvon. Menoleh ke arah Aaron dia langsung berkata "Terima kasih".

Aku mengangguk "nanti aku akan menghampiri temanku, kau disini saja jangan kemana-mana".

"Tentu, kau sangat membantuku" Aaron memeluku. Dengan tiba-tiba. Aku membiarkannya memelukku. Ini pelukan seorang teman kepada temannya. Seperti ada yang ingin meloncat dari dalam dadaku. Jantungku tidak teratur. Ada apa ini.

Aaron melepaskan pelukan, lalu ia menatapku aku pun menatap nya. Mata kita bertemu. Aku dan Aaron saling diam, tidak berkedip sama sekali.

Aku suka matanya. Dari pertama kali dia menatapku, aku sudah menyukainya maksudku menyukai matanya.

Dering telvon ku berbunyi. Telvon dari Gilinsky pastinya.

"Aku akan datang kesana gilinsky" sembari menutup telvon aku juga berpamitan kepada Aaron untuk mengambil barang-barang yang dia butuhkan Aaron pun mengijinkannya.

Aku berjalan keluar dari Coconino ini melewati pohon-pohon tua lagi yang sebelumnya sudah pernah aku lewati.

Aku melihat sosok gilinsky dari kejauhan. Menggunakan seragam nasa berwarna biru. Aku biasanya juga mengenakan seragam seperti ini jika aku berada didalam kantor nasa.

Gilinsky menghampiriku "Bagaimana kabarmu?".

"Kelihatannya bagaimana? Aku baik-baik saja" aku menepuk pundaknya.

"Berapa lama lagi aku harus kembali untuk menjemputmu disini nona?" Gilinsky bertanya, diselingi dengan tawanya.

"Satu bulan juga boleh tuan" sahutku.

Gilinsky tertawa lagi "baiklah aku akan menunggu".

"Gilinsky kau membawa yang aku butuhkan kan?" Tanyaku dengan kening berkerut samar.

Gilinsky mengangguk "aku bantu bawakan?".

"Tidak, aku bisa bawa sendiri".

Gilinsky mengambilkan lempengan plat dan las. Barang yang dibutuhkan Aaron bukan aku. Gilinsky memberikan barang itu kepadaku.

Gilinsky ragu sejenak "yakin kau bisa membawa ini semua?".

"Tentu saja" gumamku, dengan nada bersemangat.

"Baiklah apa katamu saja".

"Aku akan kembali kedalam Coconino" aku menunggu persetujuan dari Gilinsky.

Gilinsky tersenyum samar dan berkata, "hati-hati".

Aku mengangguk, meninggalkan Gilinsky sendirian.

Okay, aku akan memasukin Coconino lagi. Dengan membawa barang-barang yang berat ini. Tapi tidakpapa ini demi Aaron. Lupakan yang aku katakan.

"Aaron bantu aku" aku menggeret lempengan plat dengan nafas terengah-engah.

"kau terlihat lelah" gumam Aaron sambil mengambil lempengan plat dan las dari tanganku.

Aku memutar bola mataku "lempengan plat ini besar Aaron, lebih berat daripada berat badanku".

Aaron menaruh lempengan plat dan las disebelah pesawatnya lalu menghampiriku.

Aaron mengeluarkan suara yang setengah tertawa "sampai berkeringat" dia mengelap keringatku.

"Membawa plat sambil berjalan seakan-akan berolahraga membawa beban" Aaron tertawa.

Demi Tuhan, kenapa melihat Aaron tertawa seperti itu membuat perasaanku senang dan nyaman, nyaman seperti sedang melihat hujan dari kaca jendela.

Aaron berdeham pelan "bantu aku sekarang memperbaiki pesawatku".

"Nanti saja aku masih lelah" aku memohon padanya.

Aaron menarik tanganku "lelah atau malas cantik?".

"Baiklah baiklah, apa yang harus aku bantu?".

Aaron mengangkat lempengan plat dan ditempelkan di bagian pesawat yang lubang "pegang lempengan ini, aku akan mengelasnya. Tetapi, kau harus memakai kacamata las. Kau punya kan?".

"Apa yang tidak aku punya" aku masuk ke dalam tenda dan memakai kacamat las. Setelah itu aku menghampiri Aaron kembali.

"Baik pegang lempengan ini, aku akan mengelasnya" aku memegang lempangan plat, sesuai dengan yang disuruh Aaron. Aaron mulai mengelas lempengan plat. Menyatukan lempengan plat dengan badan pesawatnya. Aku memandangi Aaron dari samping.

Sudah romantis, baik, perhatian lagi siapa yang tidak suka dengan lelaki seperti dia. Sayangnya dia 'makhluk asing'. Tapi aku tidak perduli cinta kan tidak memandang apapun. Cinta itu tulus dari hati. Tentunya cinta itu apa adanya bukan adapanya.

Saking asiknya memandangi Aaron dari samping aku tidak melihat kearah lempengan plat yang aku pegang alhasil, saat Aaron mengelas bagian pinggirnya tangan sebelah kananku terkena cipratan api dari las itu.

"Maafkan aku Nandha" nadanya terdengar khawatir. Aaron meniup-niup tanganku.

Aku menarik napas dan menghembuskannya dengan keras "tidak apa-apa ini salahku".

"Aku yang teledor, aku tidak melihat tanganmu berada disana" Aku tertegun menatap Aaron dia khawatir kepadaku. Sekhawatir ini.

Aku memegang pipi Aaron dan menghadapkan kepalanya menghadap aku "Lihat aku, aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Ini salah kita berdua" aku tersenyum.

Aaron memandangiku dan membalas senyumanku.

"Jet'aime" ucap Aaron pelan.

"Apa yang kau katakan?".

•••

"When I sew you I fell in love, and you smiled because you knew".
(William Shakespear)

•••

Ngaret ya hehe bingung mikirin kata-katanya 😂 Hope you like it❤️ Don't forget vote❣ Hello dark readers 🙈

DifferentWhere stories live. Discover now