2. Distance

1.7K 92 7
                                    

LINTANG menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang keluarga. Matanya fokus ke arah TV, sedangkan tangannya sibuk mengambil cemilan keripik singkong dan memasukannya ke dalam mulut tanpa mengalihkan fokusnya dari TV.

"Kak Bintang!" panggil Lintang sedikit berteriak.

"Apa sih Lin, teriak-teriak?" jawab Bintang cuek.

"Ambilin HP gue dong Kak!" titahnya.

"Enggak."

"Please dong Kak Bintang ganteng, ambilin HP Lintang. Mager nih," ucap Lintang sedikit merengek.

Huuhh, Bintang tau. Kalau adik kembarnya ini udah nyebutin namanya sendiri, pasti sifat manjanya lagi keluar. Kebiasaan jelek. Gak pernah berubah juga, padahal udah kelas dua belas SMA.

"Iya, iya, sebentar." Bintang mengalah. Ia bangkit dari duduknya dan mengambilkan HP milik Lintang.

Bintang Arga Pradipta. Kembarannya Lintang, lebih tepatnya Bintang ini Kakaknya. Bintang dan Lintang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Bintang yang pendiam, jarang marah, penurut, mandiri, ganteng pula. Beda sama Lintang, dia ini anaknya susah di atur, tukang ngambek—apalagi kalo lagi PMS, manja.

Tapi kalo masalah otak sih, Bintang-Lintang sama-sama ada di urutan teratas. Setiap semester, Bintang selalu jadi juara Umum se-SMA nya. Ya, Bintang dan Lintang sengaja memilih sekolah yang berbeda. Dengan alasan, Bintang gak mau kalo Lintang terus-terusan bareng sama dia, nanti gak bisa hilang sifat manjanya. Tapi, tetep aja, Lintang ya Lintang. Tetep manja.

"Ambil tuh," Bintang melemparnya asal ke arah Lintang duduk. "Nyuruh aja bisanya. Dosa tau? Nyuruh-nyuruh Kakak sendiri."

Lintang terkekeh. "Biarin. Orang kita lahirnya cuman beda 6 menit aja."

Bintang memutar bola matanya jengah. "OKE.LINTANG.SAYANG!"

Lintang malah terbahak melihat tingkah laku Kakaknya yang menurutnya itu terlihat lucu.

✖✖✖

Mata Dean berkeliling saat sudah sampai di dalam kelas. Ia mencari-cari sosok Bani. Tapi hasilnya nihil, Bani belum datang juga ke kelas. Dean harus memilih sendiri tempat duduknya.

Kakinya melangkah pada meja ke dua dari pojok belakang. Meja strategis banget. Kalo lagi belajar, bisa tiduran tanpa ketahuan kan? Pandangan cewek-cewek langsung gak selow saat Dean menuju meja tersebut. Salahkan Dean yang gantengnya ngalahin Justin Bieber sama Zayn Malik.

"Dean! Duduk sama gue, yuk?" ucap cewek yang diketahui namanya itu Vanya.

"Eh Vanya, kok lo nyebelin sih? Gue kan duduk sama lo, kenapa tiba-tiba lo ngusir gue?" protes cewek yang duduk di sebelah Vanya.

"Bener tuh apa kata si Marsha, temen sebangku sendiri aja enggak lo akuin!" ucap Dean datar, sambil meneruskan langkahnya menuju kursi tujuan.

Vanya berdecak kesal. "Cuek banget sih si Dean!"

Vanya ini emang fans beratnya Dean dari awal mereka kelas 10. Bahkan seluruh murid tau kalo Vanya ini ngejar-ngejar Dean. Meskipun Dean risih banget kalo diintilin terus sama Vanya, tapi kayaknya cewek itu udah gak malu lagi nunjukkin rasa ketertarikannya kepada Dean.

"Wahh Yan, lo bagus banget milih tempat. Gue bisa tidur kalo begini. Betewe, sorry ya gue dateng telat jadi lo milih tempat sendiri." ujar Bani yang baru datang dan langsung duduk di sebelah Dean.

"Lama amat gue nunggu lo. Takut nih gue, digodain nenek lampir." Dean bergidik ngeri.

"Siapa?" tanya Bani.

DistanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang