#13 Back.

45 4 1
                                    

"Hai, Nama saya Vito Bramantyo. Kalian semua bisa panggil saya Vito atau Brama sesuka kalian. Semoga kita bisa berteman. " tampak suara riuh dibelakang yang didominasi anak anak cowok.

Bagian bangku kiri ada geng sevengirls yang riuh meminta pin bbm dan ID line Vito. Dasar cewek cewek centil. Bathin ku.

Vito Bramantyo, sepertinya tidak asing lagi nama itu bagiku. Dia cukup tampan, melebihi tampan yang benar, tinggi, cukup putih bagi kalangan anak laki laki, dan dia mempunyai lesung pipi. Dia mirip dengan teman masa kecilku yang sekarang tinggal di Kanada.

***

Vito diperintahkan Bu Inti untuk duduk dibelakangku satu bangku dengan Varo. 3 jam pelajaran telah selesai dan sekarang waktunya istirahat. Bangku belakangku cukup dikerumuni anak anak cewek se-geng sevengirls. Kalau dasarnya udah cabe mau gimana lagi?

Saat aku hendak pergi ke kantin tiba tiba ada yang menarik pergelangan tanganku dan berjalan keluar kelas. "Ikut gue!" Siapa yang menarik aku? Dia Vino murid pindahan 3 jam yang lalu, tapi ada apa dia tiba tiba menarikku keluar kelas? aku menurut dan mengikutinya dari belakang. Ternyata dia membawaku keatap sekolah.

"Lo sama sekali nggak inget sama gue?" Vito memegang pundakku.

"Apa gue pernah ketemu lo ya sebelumnya?" aku berpura pura lupa ingatan. Dia benar benar teman masa kecil ku yang sempat tinggal di Kanada.

"Ditanya malah balik nanya, deh." Vito melepas tangannya dari pundakku dan dia berjalan didepanku. "Tau nggak apa yang pertama kali gue rasakan masuk sekolah ini dan gue bisa lihat muka lo lagi, dari sekian lama kita nggak pernah ketemu, nggak pernah ada kabar dari lo. 3 tahun gue di Kanada biar bisa lupain lo, tapi gue tetep nggak bisa Taff. Gue beneran sayang sama lo. Gue pengen kita kayak dulu lagi." Vito berbicara tetapi dia tetap tidak memalingkan wajahnya kearahku.

"Gue nggak paham deh sama lo Captain. Lo beda banget deh nggak kayak lo dulu." Aku tertawa saat aku pura pura lupa ingatan dan sekarang aku malah memanggilnya dengan sebutan 'captain' yang dulu adalah nama panggilan gue ke dia. Vito
Bramantyo. Dia firstlove gue, gue udah temenan sama dia mulai umur 4 tahun.

Vito membalikkan badannya dan berjalan kearahku dengan senyum manis yang terukir di bibirnya dan dia langsung memelukku. "Allhamdulillah masih inget gue Princess" Princess adalah panggilan dari dia untukku. "Percaya sama gue ya Taff, sebenernya gue dulu tuh nggak mau ninggalin kamu saat kamu koma, tapi apa boleh buat orang tuaku pindah ke Kanada dan mau nggak mau aku harus ikut sama mereka juga."

"Udahlah, Captain. Itu dulu juga nggak usah diinget inget, yang penting sekarang lo udah ada disini lagi sama gue. Lo harus janji mau nggak mau jagain gue, janji?" aku mengangkat jari kelingking seperti anak anak kecil yang akan membuat janji agar tidak diingkari.

Vito tersenyum dan mengaitkan jari kelingkingnya kejari kelingkingku. "Gue janji Princess, bakal jagain lo tapi gue nggak janji jagain lo 24 jam karena gue gamungkin juga jagain lo waktu tidur, Ya kan Princess?" Vito tertawa terbahak bahak.

"Lo tetep sama kayak Vito dulu deh masih mesum aja otaklo Captain." Kami berdua tertawa bersama.

Tettt.

Bel masuk berbunyi. Aku dan Vito berjalan beriringan sambil bergandengan tangan menuju kelas. Saat aku masuk kekelas, aku mendengar anak anak geng sevengilrs membicarakanku dengan Vito. Tiba tiba Laura yang notabenenya anak buah Sharon meneriakiku "Dasar bitch semua laki laki lo gebet, mau lo apa sih cabe?" Vito yang mendengar bahwa anak grup belakang mengolokku langsung menimpali omongan mereka

"Bukannya lo ya yang bitch, dandanan lo itu udah kaya ibu ibu kondangan, dan juga lo ngapain tadi nempel nempel kegue? Gue kasih tau ya sama geng lo itu Taffana itu Sahabat gue dan juga pacar gue, so kalian nggak usah macem macem sama dia, gue berani bilang kayak gini karena lo udah nginjek nginjek harga diri pacar gue, gue nggak takut sama lo walaupun gue anak baru disini." Kulihat sisi dingin Vito yang mulai muncul lagi. Aku tampak terkejut melihat wajah wajah 'geng sevengirls' yang tampak takut oleh ancaman Vito. Rasain lo semua. Macem macem sama gue, kalian semua bakalan hadapan sama Vito. Bathin gue.


***

Waktu pulang sekolah telah tiba dan aku mau tidak mau pulang harus bersama Vito mulai saat ini, pulang pergi juga begitu. Dasar Over huffft. "Captain, ngapain lo ngaku ngaku jadi pacar gue segala?" tanyaku ke Vito. 


"Biar lo nggak dinggangguin mereka mereka, nggak inget apa waktu SMP dulu lo pernah dibully sama Sharon dan cuma dimanfaatin kepintaran lo doang?" 


"Inget banget, makanya gue sekarang pengen ngelawan dia Vito."

"Udahlah lo sama gue aja kemana mana biar nggak dingganggu Sharon lagi." Apa boleh buat menurut adalah cara satu satunya.

15 menit perjalanan dari sekolah dan sampailah aku dan Vito didepan rumah bercat putih dan itu rumahku. 

"Mau mampir nggak? Tawarku ke Vito." 

"Besok besok aja ya, Taff. Gue udah ditungguin bokap dirumah." 

"Yudah deh ati ati, jangan ngebut jalanan rame di Jakarta." Aku turun dari mobil putih Vito dan melaimbaikan tangan kearahnya.

"Byeee Princess." Vito membalas melambaikan tangannya kearahku.

***

Chapter 13 selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 13 selesai.💃

Happy Reading para Readers ku tersayang.💞

Yang silent readers tobat yah -b

Lexgisyiabunga💙

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang