Fourth : Drama Queen

26 3 0
                                    

Robert harus dapat menahan kata-kata makiannya keluar, kalau ia tidak mau diberi hadiah bogeman dengan gadis didepannya.

Sejak bel istirahat berbunyi, Irene langsung menyeretnya keluar kelas, tidak memberinya kesempatan untuk menambah teman barunya disekolah ini.

"Aduh, Ren.. udah deh, gue capek,nih." Keluh Robert.

Irene berdecak, "lo itu cowok! Gini aja udah pegel!"

Robert mendengus. Gini aja? Yang benar saja! Irene sudah menyeretnya selama 10 menit lebih dan ia yakin, ia dan Irene sudah melewati koridor ini sebanyak sepuluh kali. Memangnya salah kalau dia capek karena hal itu? Memang ya, perempuan itu mahluk aneh!

"Ck! Mana sih kelas XI-IPA-I? Gue mau ketemu Maura!!" Gerutu Irene dengan kesal.

Robert menghentikan langkahnya.
"Maura? Maksud lo Maura yang..."

"Iyalah! Emang Maura yang gue kenal ada berapa banyak, sih?!" Ketus Irene. Robert terdiam.

Irene kembali menyeretnya menuju ke koridor bagian yang lain, ia hanya dapat berhela napas pasrah.

'XI-IPA-I'

"Yes! Finally!" Seru Irene bahagia. Ia berhasil menemukan kelas XI-IPA-I yang nyatanya berada diantara dua ruang sebelum kelas miliknya. Robert harus menahan geraman kesalnya ketika Irene hanya mengeluarkan cengengesan watadosnya.

"Rey~~" panggil Irene riang. Seluruh penghuni kelas tersebut melihat Irene dengan pandangan heran.

Irene dan Robert berjalan kearah kedua orang tersebut--Rey dan Alvian--. Mereka menatap heran dua orang tersebut.

"Kalian kenapa? Tumben pada diem. Kesambet jin iprit?" Tanya Robert dengan nada jahil.

Mereka berdua menatap Robert dengan tatapan membunuh, "weits...weits.. nyantai! Gue bercanda, tau!"

Irene memutar kedua bola matanya bosan, "lo berdua kenapa,sih? Nginget omongan Robert, gue jadi merinding sendiri!" Celetuk Irene dengan wajah horror.

Alvian menggetok kepala Irene, "stop drama, Ren! Ini bukan Bandung!"

Irene meringis memegang kepalanya yang nyeri akibat pukulan dari Alvian.

Alvian menghela napas.
"Hh.. gue bingung." Celetuk Alvian.

Irene menatap Alvian bingung, "why?"

"Maura kayak nggak ngenal gue ama Rey." Keluh Alvian.

"APA?!!"

"Kecilin suara lo, Toa!" Kesal Robert. Irene menyengir polos ketika melihat semua murid dalam kelas itu melihat kearahnya kaget.

"Hehe, sorry..sorry! By the way, serius? Lo nggak bohong,kan?" Tanyanya bertubi-tubi.
Alvian dan Rey terdiam.

Irene menatap mereka curiga, "don't tell me. Ada sesuatu yang lo lakuin selain hal 'itu', Rey?"

"It's not your problem,Ren." Jawab Rey dengan ketus.

"No! Ini juga masalah gue! Gue sahabat Maura! Dan gue nggak terima kalau lo nyakitin,Maura! Gue nanya, lo apain Maura,lagi?!" Pekik Irene marah.

Robert menatap Irene dengan wajah iba. Well, diantara mereka berlima, mungkin hanya Irene yang tidak mengetahuinya.

"Udahlah, Ren. Kita kembali kekelas, 2 menit lagi kita masuk." Lerai Robert. Irene menatap Rey sinis sebentar kemudian berjalan keluar dari ruangan tanpa berbicara lagi.

"Gue cuman mau kasih lo saran, lebih baik lo tanya Irene juga. Bagaimanapun, dia juga sahabat Maura." Ucap Robert dengan nada datar kemudian berlalu dari sana.

This Is My Life Story(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang