First Song

3 0 0
                                    

Eldor menuangkan anggur feerniv terbaik dan meletakkan bunga liar yang baru saja dipetiknya ke bawah pohon utama. Pohon itu berbatang hitam segelap malam dengan daun-daun kecil berwarna biru tua yang menghiasi ranting-ranting sekurus jari yang mengadah ke langit seakan berusaha meraup bintang yang tersebar di langit malam yang luas.

Eldor mundur beberapa langkah dari pohon utama, rambut peraknya yang panjang dibiarkan tergerai, angin dingin menarik-narik rambutnya seakan iri pada keindahan tidak manusiawi darinya. Ia berlutut, membiarkan celana berburunya menyentuh granit yang dingin. Eldor menghela nafas dan memanjatkan sebait doa kepada Isanggrim dan Aiendall, dewa dan dewinya.

I tystanden du vakta
I tystnad du titar
O gammal varg, O vacker starjna
O Isanggrim, O Aiendall
Kan du forena
Lat mig vandra, i ljuset

Ia telah mengenal larik doa itu sejak lama, doa yang dipelajarinya dari Mekor sang penjaga bintang.

Matanya berlinang, entah karena kenangan akan sang penjaga tua yang telah menjadi teman baiknya saat ia kecil atau karena asap lilin yang mengelilinginya.
Eldor lalu bangkit, ia menyingkirkan debu dari celananya.

Ia mematikan seluruh lilin redup yang mengelilinginya lalu menuruni altar pemujaan itu, bangunan itu sangat sederhana hanya kuil kecil berupa kumpulan undakan dari granit yang dipuncaki pohon utama.

Tepat di undakan tebawah seseorang tengah berdiri menunggunya dengan tidak sabaran, rambutnya seolah bersinar dibawah cahaya bulan sabit yang menggantung rendah.

"Ah lama sekali kau keluar Eldor" salaknya "Lama sekali kau didalam, apa yang membuatmu begitu lama?"

"Hanya melakukan hal yang diajarkan pendeta Mekor padaku"

"Apa pendeta Mekor mengajarkanmu untuk meninggalkan temanmu
diluar Menunggu lama sembari kau berdoa?" ia membersingut mendekati Eldor "Bokongku membeku disini sembari menunggu kau berdoa"

"Perlukah aku meminta Vanir menghangatkannya?" tanya Eldor, ia terlihat kebingungan dan menatap sekeliling "Hei dimana dia?"

"Si kurus yang itu sudah mati kelaparan saat kau berdoa"

"Jadi dimana kau menguburnya?" tanya Eldor sembari mereka berjalan
keluar dari hutan sakral itu.

"Kau memang tidak pernah tahu artinya bercanda ya?"

Eldor tidak menjawabnya, ia melanjutkan berjalan.

Luas hutan ini tidak lebih dari dua hektar, yang paling kecil dari antara empat hutan sakral yang berada di Vintervarden. Tak lama kemudian jalan batu mulai menggantikan tanah gembur dan tanaman di sekitar kaki mereka.

"Vanir menggerutu karena kau pergi ke kuil, jadi dia bilang akan pergi ke jantung kota Vintervarden mendahului kita tapi aku bertaruh dia tidak akan langsung kesana"

"Aku bertaruh dua keping perak ia akan membeli sebotol anggur murah dari kedai minum di Dainsleif"

"Tidak akan adil jika kau bisa membaca pikiranku" ia menggerutu.

"Kau tahu aku tidak bisa membaca pikiran"

Butuh waktu cukup lama untuk mencapai jantung kota Vintervarden, kompleks kota itu sendiri merupakan benteng raksasa yang melebur dengan gunung taring serigala dari gugusan pegunungan wolfstooth, tembok yang melingkarinya itu sendiri sepanjang hampir sepuluh kilometer dan membentang dari ujung barat sampai ujung timur pegunungan wolfstooth.

Tiga kota melingkar yang bersarang di temboknya menjadi penjaga. Laetavainn di barat, Frecraid di selatan, dan Dainsleif di timur sedangkan penjaga arah utara adalah pegunungan wolfstooth itu sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Strand Of Silver Hair : Winter's HowlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang