Bagian 7

38 3 0
                                    

Lemas hanya itulah yang dapat Jeslin rasakan, bahkan ia tidak mampu lagi berdiri. Semua perasaan khawatir, panik, dan kesedihan bercampur menjadi satu di dalam hati Jeslin, bagaimana tidak, kejadian seperti ini adalah pengalaman pertama baginya, dan dia juga terus merutuki dirinya sendiri karena tidak dapat membantu, melainkan hanya menyusahkan Lando saja. Dia terus berpikir, seandainya aku tidak berteriak, seandainya aku tidak pulang bersama Lando, seandainya... dan seandainya...
Hingga sebuah tangan menepuk bahu Jeslin lembut dan membuatnya tersadar.
"Lin, kamu gapapa?" tanya Galang kepada Jeslin dengan raut wajah khawatir.

"Gapapa kok. Makasih ya kak Galang.." jawab Jeslin singkat sambil berusaha untuk menenangkan dirinya.

"Oh syukur deh, yaudah kalian berdua istirahat aja dulu disini, gue mau beli obat dulu disana" seru Galang yang diikuti anggukan oleh Lando dan Jeslin.

Keheningan pun terjadi diantara Lando dan Jeslin, mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga akhirnya Jeslin pun membuka suara.
"Lando.." panggil Jeslin kepada Lando.

"Iya kenapa Lin?" balas Lando ke Jeslin.

"Apa kejadian seperti ini, biasa terjadi sama kamu?" tanya Jeslin yang membuat Lando terdiam, karena memang dia sudah terbiasa dengan acara dikejar-kejar preman seperti ini, baginya ini sudah seperti di film-film India.

"Lando jawab..." pinta Jeslin kepada Lando dengan wajah sangat khawatir.

"Ehh.. hmm.. gimana ya? Ga tau deh Lin, udah ga usah khawatir kaya gitu, aku bisa jaga diriku sendiri kok!" balas Lando dengan terbata-bata.

"Gimana aku ga khawatir? Aku itu sahabat kamu, dan aku juga sebentar lagi pergi ke Jakarta, tapi kamu malah buat aku semakin ga berani ninggalin kamu kaya gini... Aku takut kamu kenapa-kenapa Lando.. Aku sungguh khawatir.. Mana mungkin ada sahabat yang tega membiarkan sahabatnya berurusan dengan masalah sebesar ini.." seru Jeslin sambil terisak sedih. Lando pun hanya bisa terdiam karena ia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan jika situasinya seperti ini.

"Selama aku bermain sama kamu, semuanya baik-baik saja kan? Lalu kenapa tiba-tiba kamu bisa dikejar sama preman? Bagaimana bisa Lando? " lanjut Jeslin dengan air mata yang sudah menetes dengan deras.
Akhirnya Lando pun buka suara "Hmm, udah dong Lin jangan nangis, lagian sebenarnya aku tuh cuma ga mau kamu khawatir sama aku aja makanya aku ga cerita apapun tentang ini, lagian kan memang yang namanya cowok pasti pernah berantem? Jadi ya sudahlah tidak usah terlalu dipikirkan." balas Lando gelagapan yang malah membuat Jeslin semakin sedih.

"Kenapa..? Kenapa kamu kaya gini ke aku? Aku kira kita sahabatan, kita bisa saling berbagi rasa suka dan duka, tapi kayanya aku salah, ternyata cuma aku aja yang menganggap kamu sahabatku. Benarkan memang cuma aku aja yang menganggapmu sebagai sahabatku? Iya kan, Lando?!" Seru Jeslin yang penuh dengan rasa sakit hati. "Aku kecewa sama kamu, Lando!" lanjut Jeslin sambil berlari meninggalkan Lando. Hati Lando pun langsung terasa sakit, dalam pikirannya ia juga mengatakan kalau dia sangat menganggap Jeslin sebagai Sahabatnya, dan karena dia menganggap Jeslin sahabat makanya dia tidak mau kalau sampai Jeslin mengkhawatirkannya.
Tanpa sadar ternyata Galang mendengarkan pertengkaran antara Lando dan Jeslin, dia juga merasa tidak enak kalau sampai ikut campur ke dalam masalah mereka, jadi dia memutuskan untuk mendengar saja. Dan setelah Jeslin pergi Galang pun langsung menghampiri Lando.
"Jeslin kemana?" Tanya Galang basa-basi.

"Pulang duluan" jawab Lando singkat.

"Ohhh, yaudah sini gue obatin, ntar kalo lu pulang, terus nyokap lu ngeliat tuh muka babak belur kaya gini, yang ada diusir lu dari rumah!" balas Galang yang berusaha memperbaiki suasana hati Lando, namun sayang tampaknya Lando tidak memperdulikan perkataan Galang, karena ia sibuk memikirkan Jeslin. Galang pun langsung mengobati luka di wajah dan pergelangan tangan Lando yang bengkak, serta membalut luka Lando seadanya. Setelah mengobati luka yang ada pada tubuh Lando, Galang pun mengantar Lando pulang ke rumahnya dan menjelaskan semua kejadian hari ini ke Mama Lando agar Lando tidak dimarahi.

***

Malam pun tiba, luka yang ada dalam tubuh Lando seakan tidak ada apa-apanya dibanding dengan rasa sakit hati yang ia terima dari perkataan Jeslin tadi siang. Berjam-jam Lando hanya memikirkan perkataan yang di lontarkan Jeslin kepadanya. Walaupun Lando sudah berusaha untuk menepis pikiran tersebut dengan melakukan banyak aktivitas, tapi sayang pikiran tersebut dengan cepat langsung merasuk ke dalam dirinya.
"Ahhhh! Kenapa sih Jeslin harus ngomong kaya gitu?! Bikin gue pusing aja! Emang dia tau apa tentang pengorbanan gue yang selama ini selalu jagain dia?! Dia tuh ga tau apa-apa! Terus udah ga tau apa-apa, malah seenaknya bilang gue ga nganggep dia sebagai sahabat! Ngeselin banget dah!" teriak Lando yang sedang berada di dalam kamarnya, dan beruntung saat ini dia hanya tinggal di rumah seorang diri, karena orang tuanya sedang pergi ke rumah Paman dan baru bisa pulang besok pagi, sedangkan kakaknya masih berada di luar kota, jadi tidak ada satu orangpun di rumah itu yang menggubris teriakan Lando.
"Tapi, kenapa gue jadi mikirin perkataan dia sih? Kan harusan gue seneng karena dia ga bakal gangguin gue lagi kalo udah kaya gini! Ahh tau ah pusing, mendingan tidur aja!" lanjut Lando lagi, dan dia pun menuju tempat tidurnya dan berusaha untuk terlelap, namun hingga jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul 1.00 , Lando masih tidak bisa tidur, ia masih tetap saja memikirkan Jeslin, dan akhirnya dia baru bisa tidur setelah ia bertekad untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya ke Jeslin.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 , Mama Lando baru saja sampai di rumah, dia langsung berkeliling untuk mencari Lando namun tidak ada, Mama Lando pun langsung berpikir kalau Lando masih tidur, dan dengan segera ia berjalan menuju kamar Lando.
"Landooooo bangun!! Mau sampai kapan kamu tidur?! Cepat bangun!" teriak Mama Lando yang mungkin sudah mencapai 4 oktaf. Walau begitu Lando masih tidak bersuara apapun juga, dan Mamanya pun langsung membuka pintu kamar Lando dengan kencang dan ia tersentak kaget, karena dilihatnya kamar itu sudah rapih dan tak ada tanda-tanda Lando berada disana.
"Kemana anak itu?" tanya Mama Lando pada dirinya sendiri.

***

Kenapa Lando menghilang? Dan dimana Lando sekarang ya?

My Dear (Boy) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang