Bagian 8

34 3 0
                                    

Sebelum matahari menampakkan sinarnya, Lando sudah bangun dari tidurnya yang singkat, lalu ia segera merapikan kamar dan bergegas mandi, karena ia sudah bertekad untuk meminta maaf pada Jeslin pagi ini. 20 menit kemudian, Lando yang sudah terlihat rapih, langsung bergegas keluar rumah dan menghampiri rumah Jeslin.

"Jeslin.. Jeslin.." panggil Lando dari luar rumah itu.

"Eh Lando, tumben pagi-pagi udah kesini" balas paman Jeslin, pak Wisnu, sambil membukakan pagar rumah itu. Lando pun langsung menyalim pak Wisnu.

"Ya sudah, ayo masuk dulu, Jeslin masih di kamarnya, nanti Paman panggilkan.." lanjutnya lagi sambil mempersilahkan Lando masuk.
Di dalam rumah, Jeslin yang perasaannya masih kacau balau, beranjak malas keluar dari kamarnya dan memakan sarapan yang telah disiapkan Bibinya. Bibinya tampak heran melihat kelakuan Jeslin dari kemarin pulang sekolah sampai hari ini, ingin rasanya ia menanyakan apa yang terjadi, namun diurungkannya niat itu karena dia melihat Lando yang baru saja masuk dari pintu rumah.

"Eh ada Lando.. Ayo nak, makan dulu sini bareng Jeslin.." ajak Bibi ke Lando yang langsung membuat Jeslin kaget dan segera menengok kebelakang, dan benar di dapatinya Lando sedang tersenyum manis di sana.

"Wah iya, Bi. Kebetulan banget aku belum makan, soalnya Mama belum pulang dari semalam.." balas Lando ke Bibi Jeslin, yang diiringi tatapan kesal Jeslin ke Lando.
Melihat tatapan Jeslin seperti itu langsung membuat Lando salah tingkah. Dan Lando pun segera menuju meja makan dan sarapan bersama keluarga Jeslin.
Selama sarapan pagi ini, Jeslin terus saja memandang Lando sebal, Lando yang merasakan dengan jelas tatapan tersebut tentu merasa sangat tidak nyaman, namun ia bisa apa karena sekarang dia sedang berada di rumahnya Jeslin. Ternyata tak hanya Lando yang merasakan tatapan kesal Jeslin, Kak Nina yang berada dihadapan Jeslin juga sedari tadi memperhatikan tatapan mata Jeslin ke Lando.

"Ehemm.. Lin, makan yang benar jangan kaya gitu.." seru kak Nina memperingati Jeslin.
Jeslin pun menurut dan dengan segera dia menghabiskan sarapannya dan segera pamit berangkat sekolah dengan meninggalkan Lando. Lando yang merasa ditinggalkan, langsung ikut pamit dan segera mengejar Jeslin.

"Linnn, tungguinn.. capek nih lari-lari.." teriak Lando sambil berlari sekencangnya ke arah Jeslin dan menarik tangan Jeslin.
"Hah.. hah... capek.." keluh Lando.

"Kamu masih marah sama aku ya?" Lanjut Lando setelah menarik napas dalam. Jeslin yang mendengar pertanyaan Lando tentu merasa jengkel dia pun langsung menginjak kaki Lando.

"Awww.. sakit Lin.." teriak Lando kesakitan.

"Sakitan mana sama aku yang ga pernah kamu anggap sebagai sahabat? Sakitan mana sama aku yang selalu menganggap kamu sahabat tapi ternyata kamu engga? Ayo jawab!" Seru Jeslin dengan kekesalan yang sudah memuncak.

"Ah iya aku minta maaf, jujur aku ga pernah tuh yang namanya ga anggap kamu sebagai sahabatku, malah aku selalu anggap kamu sebagai Sahabat Terbaikku.. Kalo aku ga anggap kamu sahabat, mana mungkin aku mau ngejagain kamu dari preman-preman kayak kemarin atau siapapun itu, terus mana mau juga aku selalu nganterin kamu ke kelas dulu setiap harinya, biar kamu ga diganggu sama temen-temen kamu kayak waktu SD dan mana mau juga aku temenan sama kamu yang selalu ngomelin aku dan malah ga bisa buat aku leluasa.." aku Lando dengan sejujur-jujurnya ke Jeslin yang langsung membuat gadis itu tersentak, karena yang dikatakan Lando memang ada benarnya.

"Sekarang masih mau marah sama aku? Aku udah jujur tuh sama kamu, sekarang terserah kamu aja, masih mau sahabatan sama aku atau engga.." lanjut Lando pasrah.

"Aku.. sayang kamu, lando.." seru Jeslin pelan, namun masih dapat didengar Lando samar.

"Hah? Apa? Tadi kamu ngomong apa? Pelan banget sih.." tanya Lando ke Jeslin yang membuat Jeslin malu, karena ia baru saja mengatakan apa yang ada di hatinya tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Ahh tadi aku bilang.. ya.. ya, iya pasti aku masih mau sahabatan sama kamu.." jawab Jeslin cepat dengan terbata-bata, dan diakhiri senyuman yang sangat manis.
Lando yang melihat tingkah sahabatnya ini langsung terkejut dan bingung karena tak dikira ternyata semudah ini meminta maaf ke Jeslin, padahal semalam, ia sudah berpikir berkali-kali untuk membuat kalimat yang tepat dan tidak menyakiti perasaannya.

"Cewek itu aneh ya? Tadi aja marah sekarang malah senyum-senyum sendiri.." balas Lando sambil menggelengkan kepala. Jeslin yang mendengarnya hanya tertawa karena dia juga sudah merasa lega, dan rasa malu akan ucapannya tadi langsung membuatnya geli sendiri.

***

Sesampainya di sekolah, seperti biasa Lando langsung mengantar Jeslin ke kelasnya dengan tatapan tajam ke setiap penghuni kelas itu, seakan ia mengatakan jangan ada yang gangguin Jeslin, kalo lu ganggu dia, lu bakal berurusan sama gue.. yang sontak langsung membuat penghuni kelas tersebut menunduk bisu, di sekolah memang Lando yang paling ditakuti, karena dia sering sekali berantem dan membuat masalah. Walau Jeslin sering mengomeli perilakunya tapi Lando tetap saja tidak menggubrisnya. Setelah mengantar Jeslin ke kelasnya, Lando langsung kembali ke kelas dan duduk dengan wajah yang dibenamkan di atas meja sambil mendengarkan musik dari handphonenya, sedang asik mendengarkan musik, tiba-tiba Vino memukul meja Lando dengan keras dan sontak membuat Lando kaget.
"Ah kurang ajar lu, No! Ngangetin gue aja lu! Ada apaan sih?" Kesal Lando ke Vino karena ketenangannya telah diganggu.

"Lo yang kurang ajar! Gue denger lu berantem sama preman kemaren, kenapa lo ga ajak gue sih? Kan gue bisa bantuin lo!" Balas Vino yang sedang kesal bercampur khawatir.

"Yaelah gue kirain apaan.." jawab Lando enteng.

"Wah sialan nih anak.." seru Vino sambil menjitak keras kepala Lando.

"Ampun No, ampun.. oke.. oke gue jelasin deh ya.. jadi kemaren itu gue lagi pulang bareng Jeslin, terus pas di jalan deket warung teh Leha, tuh preman udah nungguin gue disitu, ya gue kan ga tau kalo tuh preman bakalan nungguin gue disitu dan gue juga saat itu ga bisa minta tolong sama lo.." jelas Lando lengkap sebelum kepalanya benjol karena jitakan keras Vino.

"Lah terus, kok lu bisa selamat? Gue kira lu bakal mati.. wkwk" ledek Vino dengan tawa khasnya.

"Sialan lo, tapi iya juga sih, untung kemaren Galang lewat, coba kalo engga pasti udah gue yang lewat duluan tuh alias koit!" Balas Lando ke Vino.

"Galang? Galang yang dulu pas SD, ketua taekwondo itu? Widihh Lucky banget lu.." seru Vino ke Lando yang diiringi tepukan ke punggung Lando.

"Aww.. ga usah mukul juga kali! Lo tuh kalo mukul suka ga pake perasaan ya!" Balas Lando kesal dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini dan diiringi tawa khas Vino.

"Eh ngomong-ngomong kok Galang ada di jalan itu sih? Kan dia sekolahnya jauh dari sini.." tanya Vino lagi setelah dia berhenti tertawa.

"Katanya sih dia abis main PS di deket situ.." jawab Lando langsung.

"Ah masa iya main PS sampe kesitu.. deket rumah lu sama dia kan ada.." seru Vino penasaran.

"Ya, iya juga sih, tapi yaudahlah yang penting gue selamat.." balas Lando dengan enteng ke Vino.

***

Sepulang dari sekolah, Lando dan Jeslin memutuskan untuk tidak melewati jalan yang kemarin lagi, merekapun memilih jalan memutar daripada harus bertemu dengan preman-preman itu lagi. Tanpa sadar, ternyata sedari tadi mereka diikuti oleh seseorang...

Siapakah kira-kira orang tersebut?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Dear (Boy) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang