Exspresso ku mendingin, sayang.Sama seperti hatimu di untukku.
Hanya dentingan keramik yang saling beradu bersinggungan.Waktu seperti apa saat ini?
Hanya langit kelabu yang kulihat sepanjang ketidakhadiranmu.Rindu semacam apa pula ini?
Hanya namamu yang menyesap sesak diruang sempit itu.Hujan,
Kenapa kau selalu mengundang aromanya diantara derai airmu yang jatuh menyetubuhi bumi.
Kenapa kau selalu memfatamorganakan siluetnya diantara gemericik bulirmu yang menari riang.
Untuk apa semua itu?
Apakah kau inginkan ku menyesapmu yang tiada berasa?Sial.
Lagi-lagi aku terbelenggu antara kau dan hujan itu.Kau, Aku, dan Secangkir Expresso, 13 Agustus 2016
Belangi
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Sepi
SpiritualJikalau mulut mu tak mampu lagi berucap, menulislah. Mungkin dengan menulis itulah caramu mengekspresikan diri. Menulislah