S I X

3.4K 237 0
                                    

"I.... "

"Sophia... " bokap tiri gue udah di samping nyokap gue. Tapi yang bikin gue kaget adalah nyokap gue udah di tutupi kain.

"I..ibu kenapa?" gue berusaha buat gak nangis. "Ibu kena jantung koroner, sop. Lo sih sensi tadi. Gue mau bil"

dan gue yang lemah, kini udah gak punya seseorang yang selalu nguatin gue. Orang yang selalu di samping gue dan ngelahirin gue kini tiada. Ibu adalah orang yang nyuruh gue buat datang dan tinggal sama bokap, dan ternyata...

"Soph...." calum ada di samping gue. Gue gak bisa nahan, dan akhirnya gue meluk calum. Gue menjerit histeris karena gue kehilangan sosok nyokap yang begitu sabar ngadepin gue sampe segede gini. Darrel juga nyamperin gue.

"Lo harus kuat, sop. I'll be there for you like your brother." Guess bener-bener di kelilingi cowok yang care banget sama gue.

"Kau juga kakak tirinya, Sophia?" tanya Calum yang gue denger dalam isakan tangis. Entah udah berapa airmata yang keluar, yang jelas gue harus berhenti nangis. Gue berusaha menyeka airmata biar gak keluar.  Perlahan langkah gue mendekati jenazah nyokap gue.

"Ibu, aku tau kalo aku belum bisa jadi anak yang baik buat ibu. Kalo ini emang kehendak tuhan buat ibu bahagia, Sophia ikhlas kok. Ibu yang tenang yah. Sophia punya dua kakak yang tangguh, dua orang ayah yang melindungi sophia. Walau sophia gak akan terlalu sering di Indonesia, tapi sesekali sophia bakal ngunjungin ibu disini..." dan kata-kata itu menjadi pengantar terakhir nyokap gue.

2 weeks later

Gak kerasa, udah 2 minggu nyokap ninggalin gue secepat ini. Bahkan Calum terus bareng gue disini. Bokap gue udah balik ke Australia duluan.  Dan sekarang gue bakalan pamit sama bokap tiri gue dan Darrel.

"Pah, sophia pamit ya. Makasih udah ngasih tau sophia soal ibu. Rel, apa gue harus bilang lo, abang?  Bang,  gue balik ya. Lo harus cepet move on dari gue.  Cariin juga buat bokap lo ya" kata gue pada kedua lelaki yang kini berhadapan sama gue. Mereka meluk gue erat banget.

"Sampai kapanpun, kamu tetep anak papah, sophia.  Kalau ada apa-apa kamu telp papah ya? Ada darrel juga"

"Iya, lo jangan cengeng disana. Ada Calum, cowok yang dulu sering lo banggain depan gue.  Dia juga bakal ngelindungin lo.  Tapi kalau dia apa-apain lo, gue siap disini"

Gue cuma ngangguk, dramatis banget ya? Tapi inilah keluarga gue. Mereka care walaupun nyokap gak ada.  Dan pesawat gue udah dateng. 

Author

Hari-hari yang di lewati Sophia begitu berat.  Ia sudah tidak keluar kamarnya selama 2 minggu,  bahkan makan pun jarang setelah mereka tibadi Australia. Calum sudah berusaha untuk membujuk adiknya itu keluar. Ia juga menghubungi Darrel, tapi tidak berhasil juga.

"Sophia, ayolah jangan menyiksaku seperti ini. Kau tahu? Di bawah ada seseorang yang mencarimu" teriak Calum dari luar kamar adiknya itu.

Sophia masih terlihat seperti orang sakit. Bibir dan wajahnya pucat.  Ia duduk di atas kasur dengan mata yang sembab. Masih ada sisa kenangan di dalam memori nya yang tidak bisa ia lupa. Mendengar kakaknya berteriak, membuat pandangan nya yang lurus ke depan, berubah.  Ia menatap pintu kayu yang membatasi kamar dan daerah luar kamarnya. Dengan pelan, akhirnya sophia mau keluar.

"Huh, syukurlah kau tidak apa-apa, hey badan mu panas" kata Calum bernafas lega lalu memeluk adiknya itu dan merasakan bahwa badan adiknya itu panas. "Kita ke klinik ya" Lanjut Calum lau masuk ke kamar Sophia untuk mengambil jaketnya. 

"Astaga, sophia... "Yang pertama kali terkejut adalah Luke.  Ia memang tidak sempat untuk berkenalan dengan gadis itu, tapi ia mendengar cerita dari Michael. Hanya Luke yang menjenguk nya saat ini. "Luke, bantu aku bawa Sophia ke mobil " suruh calum pada teman nya itu.

Sophia

Baru kali ini gue sakit. Ya karena gue gak makan,makanya gue demam. Gue nangis dan gak bisa tidur selama 2 minggu. Sekarang, gue lagi di bawa calum sama Luke ke klinik. Seneng sih,tapi masih ada duka yang menyelimuti gue. Gue masih belum sepenuhnya move on dari nyokap,tapi seengganya ada Calum yang jadi lifesaver gue saat ini.

"nona sophia. Anda tidak boleh sering begadang, lalu obatnya di makan tiga kali sehari" saran dokter ke gue. Gue nganggut-nganggut lemes. Calum ngebantuin gue buat jalan. "Pokoknya aku harus mengawasimu. Aku akan membawamu latihan band." ucap calum ke gue sambil memapah gue ke mobil. Luke yang nyetir. 

ABANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang